Keep istiqamah hati




Tak ada yang istimewa memang ataupun yang menjol dari dirinya. Biasa saja sama seperti para lelaki umumnya. Namun keramahan dan tata kramanya mampu meluluhkan hati. Meski masih terlalu dini untuk menyimpulkan. Tapi aku bisa merasa ada yang aneh dengan diriku. Ada yang telah merebut hatiku dengan halus bahkan sangat halus. Hingga aku sendiri hampir tak menyadarinya ******
Dia???  pantas ku sebut apa dia. Teman bukan sahabat apa lagi. Mahluk menjengkelkan itu lebih pantas ku panggil musuh. Ya musuh bebuyutan.  Dia yang ku kenal 1 bulan yang lalu. Melalui media social bbm. Entah dari mana dia memperoleh pinku. Saat itu aku tak perduli. Toh aku juga ngak kenal dia.  Awal kedekatan Karena ternyata kita mengikuti program mata kuliha yang wajib yang menuntun pratisipasi lapangan yang sama. Entah mengapa rotasi bumi terasa begitu cepat. Hingga akhirnya hati pula yang berlabuh. Dari chatingan yang hanya sebatas berbagai informasi mengenai mata kuliah hingga candaan yang tanpa batas. Untuk pertama kalinya aku merasa ada yang aneh dengan dia.
Dia sangat asing bagiku. Tapi sosoknya yang bersahaja mampu ku gambarkan secara sempurnah. Dia yang sangat menyebalkan selalu mengundang emosi dan bahkan membuatku  bersikap gila senyum-senyum sendiri depan HP. Dan kadang pula menjadi sosok yang sangat menyebalkan bila dengan kesibukannya sendiri lupa atau lama membalas bbmku. Aku tak suka. Aku marah dan Aku benci padanya. Seolah diriku sedang berjalan dalam rona yang aku tak tau apa itu.  Sikap songong dia membuatu rindu.
Dan aku sadari ada yang mulai ku rasakan lain. Rindu bila tak ada kabar dari dirinya. Marah bila dia selalu lupa makan. Dan bahkan jengkel bila tak dia lama membalas bbmku. Aku rasa dia juga seperti itu. Dan bisa ku pahami dari semua tingka laku dia yang sudah mulai berubah. Empati dia yang ku anggap berlebih. Khawatir saat aku sakit. Cemburu saat aku meminta di salamkan dengan kawan dia yang lain yang biasa aku panggil oppa. Dan marah ketika aku tak menjaga pandanganku.  Sosok yang baru ku kenal ini mampu mencairkan hatiku. Hati yang selama ini dingin dengan cinta. Dia mampu membuatku Melupakan soosok yang ku nanti selama bertahun-tahun lamanya. Menyukainya dengan cara yang sangat natural. Tak pernah ada jaim-jaim atau bahkan sesuatu yang aku hilangkan dan lebihkan.
Namun tetap saja Aku mulai khwatir padanya. Mungkinkah dia menaruh rasa padaku? Atau aku yang selama ini salah menafsirkan semua tingkah laku dia. Rasa penasaran itu sunguh sangat menyiksaku. Hingga akhirnya aku dengan was was mulai menungkitnya. Benar saja sikapnya yang polos tak membuatku terlalu susah memperoleh informasi itu. Dengan berbagai cara aku lakukan. Hingga akhirnya...
Bagai petir di siang hari. Ya Allah apa ini?? Sungguhkah itu yang dia rasakan padaku?? Benarkah apa yang dia katakan padaku?? Apa yang harus ku lakukan???
Cinta memang adalah fitrah manusia. Karena cinta adalah pusat kebahagian manusia. Tak ada yang dapat melarang tumbuhnya cinta. Namun jalan yang kita lalui itu salah.
Dia seorang ikhwan. Yang aku rasa tak pantas untuk membagi hatinya pada wanita seperti aku. Seseorang yang sama sekali tak punya bekal agama. Tak punya etika dan sopan santun sedikitpun. Bercanda tanpa batas. Dan kata-kata kasar yang tak dapat terkontrol. Meski bahagia namun aku merasa sangat berdosa padanya. Semua tak dapat aku kontrol dengan baik.
“Ya allah maafkan saya..
Maafkan saya menodai hati yang suci mencintaiMU
Maafkan saya  secara tak sengaja merunntuhka keimanan yang sedang terpupuk
Maafkan saya atas segala keserakahan ini
Maafkan saya untuk kekhilafan ini
Mudahkan saya  rasa melawan arus memadamkan api yang tak seharusnya berkobar.
Maafkan saya  melanggar diri saya...”
Sunguh aku sangat marah padanya. Berani skali dia merebut hatiku dan bertingkah seperti seorang pengecut. Aku tak suka. Dan bahkan dengan air mata yang tak berhenti mengalir aku katakan padanya untuk menjauhiku. Meninggalkanku selamanya dan menganggap tak pernah bercengkrama sejauh itu denganku.
Dan harus ku akui ini  kata-kata itu bahkan tak sedikitpun yang aku inginkan. Sakit dan perih untuk ke2 kali harus kehilangan seseorang yang di cintai dari a-z. Tak sedikitpun yang aku mau. Tapi aku tak ingin dia menodai kesucian cintanya pada Rabb. Seperti raga yang kekosongan jiwa. Sakit dan kadang hampa. Tak ada yang mampu lakukan. Terasa perih dan sesak daadaku bila aku  terus menjadi fitnah bagi dirinya. Aku tak ingin. Dan rasa bersalah ini pula yang ku anggap mampu mengikis perasaanku padanya. Aku harap dia demikian. Karena jarak dan waktu pulalah obatnya.
Bila pergi dan berpisah aku rasa itu wajar. Toh  jalan yang kita tempuh memanglah salah. Meski terasa sangat perih dan Begitu menyesakkan dada. Aku yakin dia jauh lebih memahaminya di bandingkan aku yang masih terbelenggu perasaan dan butuh waku yang lama. aku masih tetap bersyukur karena rasa itu belum sempat mengakar ke tulang-tulang. menjaga keistimaqamahan hati memang tak mudah. Meski kadang diam-diam aku meminta pada Rabb menjadikan dia  imamku dan mencintainya dalam hening. Tak mampu aku hadapi rasa ini dengan anggun. Namun aku harus mampu memegang kendali hatiku karena cinta ini begitu sakral untuk di tumpahkan Kita percaya takdir bukan? Cukup diam dan tawan hati dalam sangkar keimanan dalam jeruji kesetiaan. Kesetiaan padanya yang Allah telah tuliskan namanya dan namamu di lauhul Mahfuzh.
Hingga pada akhirnya kita memilih untuk membuang perasaan kita masing-masing.  Dan menjadi musuh bebuyutan yang selaknya. Karena kita sedikit menyadari bahwa tak ada persahabatan anatara laki dan perempuan.

Komentar