RPP K13 geografi SMA kelas XII semster ganjil


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan      : SMAN 1 Bunggawai
Kelas/Semester            : XII IPS 1 /Ganjil
Mata Pelajaran            : Geografi
Topik                           : pola keruangan kota 
Pertemuan Ke-            : 13
Alokasi Waktu            :  4 x 45 menit

A.    Kompetensi Inti
1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.      Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4.      Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.



B.     Kompetensi Dasar
1.2 Menghayati adanya interaksi spasial antara desa dan kota yang mendorong pembangunan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
2.3 Menunjukkan perilaku peduli terhadap dampak interaksi, dinamika, dan kerjasama antara wilayah desa dan kota.
3.3 Menganalisis  pola persebaran dan interaksi spasial antara desa dan kota untuk pengembangan ekonomi daerah.
4.3 Membandingkan pola persebaran dan interaksi spasial antara desa dengan kota dengan menggunakan peta tematik.
C.    Indikator Pencapaian Kompetensi
1.2.1 menghayati adanya interaksi spasial antar desa kota yang mendorong pembangunan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
2.3.1 Menunjukkan perilaku peduli terhadap dampak interaksi, dinamika, dan kerjasama antara wilayah desa dan kota.
3.3.1        Menjelaskan pengertian kota beserta ciri-ciri kota!
3.3.2        Menuliskan ciri-ciri masyarakat kota!
3.3.3        Menjelaskan klasifikasi kota!
4.3.1 menjelasakan perbandingan pola persebaran dan interaksi spasial desa dan kota dengan menggunakan peta tematik.!
D.    Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok mendiskusikan tentang pola keruangan kota serta interaksi yang terjadi antara desa dengan kota dalam pembangunan daerahini diharapkan peserta didik diharapkan mampu terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat :
a.       Peserta didik mampu menghayati adanya interaksi spasial antar desa kota yang mendorong pembangunan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
b.      Peserta didik mampu Menunjukkan perilaku peduli terhadap dampak interaksi, dinamika, dan kerjasama antara wilayah desa dan kota.
c.       Peserta didik mampu Menjelaskan pengertian kota dan ciri-ciri kota!
d.      Peserta didik mampu menjelaskan Teori-teori stuktur kerungan kota!
e.       Peserta didik mampu Menuliskan ciri-ciri masyarakat kota!
f.       Peserta didik mampu Menjelaskan klasifikasi kota!
g.      Peserta didik mampu membandingkan pola persebaran dan interaksi spasial desa dan kota dengan menggunakan peta tematik.!
E.     Mata Ajar
Pola Keruangan Kota
1.   Pengertian Kota
Dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini, yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang kehidupan, sering kita bedakan ruang tempat tinggal manusia itu menjadi wilayah perkotaan dan pedesaan. Sedangkan wilayah perkotaan merupakan wilayah pusat-pusat dari kegiatan manusia di luar sektor pertanian, seperti pusat industri, perdagangan, sektor jasa, dan pelayanan masyarakat, pendidikan, pemerintahan, dan sebagainya sehingga dalam kehidupan sehari-harinya, kota terlihat sangat sibuk. Tingkat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat kota umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah pedesaan.
pada hakekatnya kota itu lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan yang sebelumnya merupakan panorama alamiah berupa sawahan, kebun atau daerah perbukitan dengan kesejukan udara dan keindahan alamnya telah diubah oleh manusia menjadi bangunan-bangunan Perkantoran, perumahan, pasar, pusat-pusat pertokoan dan tempat-tempat fasilitas lainnya.
Menurut  R.Bintarto, kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistik dibandingkan dengan daerah disekitarnya.
Menurut Grunfeld, kota adalah suatu pemukiman dengan kepadatan penduduk lebih besar dari pada kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata pencaharian non agraris dan system penggunaan tanah yang beraneka ragam serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang lokasinya sangat berdekatan.
Berdasarkan peraturan mentri Dalam Negeri RI Nomor 4 tahun 1980, pada hakekatnya kota mempunyai 2 macam pengertian, yaitu:
·         suatu wadah yang memiliki batasan administratif wilayah, seperti kotamadya dan kota administratif sebagaimana telah diatur oleh perundang-undangan. Misal: Kotamadya Malang, kota administratif Jember, Bekasi dan sebagainya.
·         sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pemukiman.
2.   Ciri-Ciri Fisik Kota
Berbeda dengan fisik wilayah pedesaan yang banyak didominasi oleh lahan pertanian, daerah perkotaan dicirikan oleh pola penggunaan lahan yang lebih banyak merupakan bentang budaya hasi karya manusia, seperti gedung-gedung, kompleks perumahan penduduk, jalur jalan raya, dan sebagainya. Sangat sulit kita temui wilayah-wilayah yang masih alamiah. Beberapa contoh bentang budaya yang menjadi ciri fisik yang khas bagi daerah pekotaan, terutama di kota-kota besar antara lain:
·         Wila
·         yah perkotaan, supermarket, gedung-gedung perkantoran dan gedung-gedung fasilitas hiburan. Kompleks-kompleks bangunan tersebut biasanya terletak di pusat kota. Setiap hari daerah kota ini senantiasa sibuk sebab merupakan pusat kegiatan ekonomi penduduk baik di sektor perdagangan maupun di sektor pelayanan dan jasa. Di wilayah pusat kota besar banyak kita jumpai pusat perbelanjaan yang menyediakan kebutuhan masyarakat yang tinggal didaerah sekitarnya. Berdasarkan kemampuannya dalam melayani penduduk yang dating untuk berbelanja, Arthur B. Gallion dan Simon Eisner mengklasifikasikan pusat perbelanjaan dalam tiga kelompok, yaitu:Neighborhood Centre, yaitu pusat perbelanjaan yang memiliki kapasitas untuk melayani penduduk kota sekitar 7.500 sampai 20.000 orang. (a). Community Centre,yaitu  pusat perbelanjaan yang mampu melayani penduduk kota sekitar 20.000 sampai 100.000 orang. (b). Regional Centre, yaitu pusat perbelanjaan yang melayani penduduk kota sekitar 100.000 sampai 250.000 orang. (c). Gedung-gedung pemerintahan, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
·         Alun-alun yang terletak di pusat kota. Menurut sejarahnya alun-alun berfungsi sebagai tempat pertemuan raja (pemerintah) dengan rakyatnya, namun pada saat ini fungsinya sudah mulai berubah menjadi tempat istirahat atau jalan-jalan masyarakat yang mengunjungi pusat kota.
·         Tempat parkir kendaraan penduduk. Tempat parkir kendaraan ada yang secara khusus dislokalisasi di tempat tertentu namun ada pula yang disediakan di pinggiran jalan.
·         Sarana rekreasi masyarakat, terdiri atas rekreasi pendidikan (misalnya musium dan planetarium) sarana rekreassi hiburan seperti gedung film atau tempat-tempat hiburan lainnya, dan sarana rekreasi olah raga, seperti kolam renang.
·         Sarana olahraga misalnya sport centre, gelora, dan lapangan sepak bola.
·         Open space, yaitu daerah terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota, biasanya berupa green belts atau jalur-jalur hijau, yakni pohon-pohon yang ditanam di sepanjang jalan, serta city gardens atau taman kota.
·         Kompleks perumahan penduduk yang terdiri atas : (a). Daerah pemukiman kumuh (slums area) yang dihuni oleh penduduk kota yang gagal atau kalah bersaing dengan penduduk lainnya dalam pencapaian tingkat kehidupan yang layak. Daerah kumuh ini ditandai oleh kondisi rumah yangtidak layak huni, kualitas lingkungan yang kotor dan jorok, dihuni oleh sebagian penduduk yang keadaan ekonominya pas-pasan bahkan miskin, serta tingkat kriminalitas didaerah tersebut relatif tinggi, seperti pencurian, perkelahian antar anggota masyarakat dan lain-lain. (b). Daerah pemukiman masyarakat ekonomi lemah sampai menengah, misalnya rumah sangat sederhana (RSS), rumah susun sederhana dan rumah-rumah BTN tipe kecil. (c). Daerah pemukiman masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas, seperti rumah-rumah BTN tipe besar, rumah real estate dan apartemen mewah atau kondominium.


3. Ciri-Ciri Masyarakat Kota

Masyarakat kota merupakan kelompok penduduk yang anggotanya sangat heterogen terdiri atas masyarakat dari beberapa lapisan atau tingkatan, seperti tingkst pendidikan, status social ekonomi dan daerah asal atau kampong halamannya. Penduduk kota dapat dibedakan atas penduduk asli kota dan para imigran, yaitu penduduk desa yang datang kekota untuk tujuan-tujuan tertentu seperti melanjutkan sekolah atau bekerja.
Beberapa ciri masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, antara lain :
·         Adanya heterogenitas sosial, artinya bahwa masyarakat yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sangat beranekaragam. 
·         Sikap hidup penduduk bersifat egois dan individualistik. Artinya bahwa kebanyakan penduduk kota cenderung lebih memikirkan diri sendiri tanpa mempedulikan anggota masyarakat lainnya. Sikap individualistik ini terjadi akibat persaingan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari antara sesama aggota masyarakat kota sangat tinggi, sehingga masing-masing penduduk disibukkan oleh kepentingan pribadi tanpa harus bergantung pada lorang lain.
·         Hubungan sosial yang bersifat gesselschaft yang artinya bahwa hubungan sesama anggota masyarakat sangat terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Hubungan sosial ini tidak didasarkan pada sifat kekeluargaan atau gotong royong, tetapi lebih didasarkan pada hubungan fungsional, misalnya antara buruh dan majikan, antara sesama karyawan, rekan sejawat, atasan dan bawahan antara teman-teman satu sekolahan dan sebagainya.
·         Adanya segregasi keruangan. Segregasi yaitu pemisahan yang dapat menimbulkan kelompok-kelompok atau kompleks-kompleks tertentu. Contohnya antara lain kompleks pegawai negri sipil, kompleks perumahan tentara, kompleks pertokoan, daerah pecinan, kampung arab, kampung melayu, dan sebagainya. Sebenarnya segregasi ini timbul akibat adanya heterogenitas sosial.
·         Norma-norma keagamaan tidak begitu ketat.
·         Pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional dibanding masyrakat desa. Hal ini karena masyarakat kota lebih terbuka dalam menerima budaya baru. Selain itu, laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah perkotaan cepat diterima masyarakat. 
4. Klasifikasi Kota
Sistem penggolongan atau pengklasifikasian kota dapat didasarkan atas beberapa faktor, misalnya jumlah penduduk yang tinggal di suatu kota, fungsi kota ataupun luas kota. Biasanya sistem penggolongan yang dilakukan oleh suatu negara tidak sama dengan negara lainnya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai serta jumlah penduduk negara yang bersangkutan. Selain itu masih banyak istilah-istilah yang berhubungan dengan kota yang kerap kali membingungkan, seperti city, town, dan urban. City dapat diartikan sebagai kota, town adalah kota kecil, sedangkan urban atau wilayah perkotaan mempunyai pengertian sebagai suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan kota. Jadi walaupun letaknya di pinggiran kota, namun apabila daerah tersebut telah memperlihatkan tanda-tanda kehidupan penduduknya yang menyerupai masyarakat kota, maka daerah tersebut dinamakan wilayah perkotaan.
Secara umum klasifikasi kota dapat dibedakan atas :
a. Klasifikasi kota secara numerik (Kuantitatif). Adalah cara penggolongan kota yang didasarkan atas unsur-unsur kuantitas (jumlah) yang terdapat di kota tersebut, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas wilayah kota ataupun perbandingan jenis kelamin (sex ratio) penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Kiasifikasi numerik ini  banyak digunakan dalam menentukan tingkat perkembangan suatu kota, walaupun belum ada standar yang berlaku secara umum di semua negara. Misalnya saja untuk negara Swedia, apabila suatu daerah telah memiliki jumlah penduduk sebanyak 200 jiwa, maka daerah tersebut sudah dapat dikatakan kota. Untuk negara Amerika Serikat dan Meksiko, batas minimal suatu daerah dikatakan kota adalah jika telah dihuni oleh 2.500 jiwa, sedangkan di Canada adalah 1.000 jiwa.
Sistem penggolongan kota secara kuantitatif berdasarkan gejala pemusatan penduduk yang paling umum kita jumpai ialah yang dibuat oleh C. Doxiadis dan N.R. Saxena.
Menurut N.R saxena tahapan pemusatan penduduk kota adalah sebagai berikut:
1.      Infant  Town dengan jumlah  penduduk 5.000 sampai dengan 10.000 orang.
2.      Township yang  terdiri atas adolescent  township, mature township dan specialized township dengan jumlah penduduk antara  10.000 s/d  50.000 orang.
3.      Town city  terdiri atas adolescent  town, mature town, specialized town dan adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar  100.000 s/d  1.000.000 orang.
Pemerintah  Republik  Indonesia  membuat penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut (diolah dari Urban Population Growth of Indonesia, 1980-1990):
1.      Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000 s/d 50.000 orang jiwa. Contohnya Padang panjang (32.104 orang), Banjaran (48.170 orang).
2.      Kota sedang, jumlah penduduk antara 50.000 s/d 100.000 jiwa. Contohnya Sibaloga (71.559 orang), Bukit Tinggi (71.093 orang), Mojokerto (96.626 orang), Palangkaraya (99.693 orang) dan Gorontalo (94.058 orang).
3.      Kota besar,jumlah penduduk  antara 100.000 orang sampai dengan 1.000.000 orang. Contoh: Padang 477.064 orang; Jambi  301.430 orang; Cirebon 244.906 orang;Surakarta 503.827 orang; Kediri 235.333 orang.
4.      Metropolis, jumlah penduduk di atas 1.000.000 jiwa. Contoh: Jakarta dengan jumlah penduduk 8.222.515 orang; Bandung dengan jumlah penduduknya 2.125.159 orang,Surabaya 2.410.417 orang dan Medan dengan jumlah penduduk 1.685.272 orang.
b. Klasifikasi Kota Secara Non Numerik (Kualitatif). 
Sistem klasifikasi kota secara  non numerik dapat di artikan sebagai penggolongan yang di dasarkan atas unsur-unsur kualitatif dari suatu kota, kondisi social penduduk dan sebagainya:
·         Tahap Eopolis, yaitu tahap perkembangan desa yang sudah teratur , sehingga organisasi masyarakat penghuni daerah  tersebut sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan daari pola kehidupan desa yang tradisional kearah kehidupan kota.
·         Tahap Polis, yaitu tahapan dimana suatu daerah kota yang masih bercirikan sifat-sifat agraris atau berorientasi pada sektor pertanian. Sebagian besar kota-kota di Indonesia masih berada di tahap ini.
·         Tahap Metropolis, yaitu kota merupakan kelanjutan dari tahap polis. Tahapan ini ditandai oleh sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi penduduknya mengarah kesektor industri. Kota- kota di Indonesia yang tergolong  pada tahapan metropolis adalah Jakarta, Bandung dan Surabaya.
·         Tahap Megapolis (kota maha besar) yaitu suatu wilayah perkotaan yang ukurannya sangat besar,biasanya terdiri atas beberapa kota metropolis  yang menjadi satu sehingga membentuk  jalur perkotaan. Balam beberapa segi kota megapolis telah mencapai titik tertinggi dan memperlihatkan tanda-tanda akan mengalami penurunan kualitas. Contah Bos-Wash (jalur kota Boston sampai dengan Wasington di Amerika Serikat). San-san (jalur kota San Diego sampai San Fransisco di Amerik Serikat), Randstad Holland mulai kota Doordecht  sampai Archem  di Netherland.
·         Tahap Tryanopolis, yaitu tahapan kota yang kehidupannya sudah di kuasai oleh triani, kemacetan-kemacetan,kekacuan pelayanan, kejahatan, dan kriminalitas yang bias terjadi.
·         Tahap Nekropolis, yaitu tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah kematiannya.
Selain berdasarkan  tahapan perkembangannya, kota  juga masih dapat digolongkan dengan memperhatikan fungsi sosialnya. Sistem penggolongan kota atas dasar fungsi sosialnya bersifat relatif, maksudnya adalah bahwa fungsi kota di permukaan bumi tidak bersifat tetap untuk selamanya. Ada kalanya  sebuah kota akan beralih fungsi, misalnya dari sebuah kota pusat perdaganan menjadi pusat industri. Selain itu dapat pula terjadi sebuah kota memiliki fungsi lebih satu,misalnya kota Jakarta sebagai sebuah kota memiliki  fungsi lebih dari satu, misalnya kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan  dan  pariwisata. Berdasarkan fungsinya kota dapat di bedakan:
·         Kota Pusat Produksi yaitu kota yang berfungsi sebagai pemasok barang-barang yang di butuhkan oleh wilayah lain. Barang-barang yang di suplay oleh kota produksi dapat berupa bahan mentah dan atau barang setengah jadi. Karena itu kota pusat produksi dapat dibedakan atas kota penghasil bahan mentah, seperti Bukit Asam dan Obilin (batubara), Bontang (LNG), Mojokerto (yodium) serta kota industri manufaktur (mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dan setengah jadi) seperti Cilegon (industri besi dan baja), Bandung Raya (industri tekstil), Yokohama, Nagoya, Kobe dan Horoshima (industri berat).
·         Kota pusat perdagangan baik yang bersifat lokal maupun regional dan internasional. Contoh: Bremen pusat perdagangan tembakau, Singapura pusat perdagangan internasional, Philadelphia, pusat pelabuhan di Pantai Atlantik yang mengekspor batubara dan baja, Richmond pelabuhan perdagangan di USA yang banyak mengekspor tembakau dan kota-kota perdagangan di Indonesia.
·         Kota pusat pemerintahan: ibukota suatu negara merupakan contoh paling jelas untuk melihat fungsi kota sebagai pusat pemerintahan. Biasanya kantor-kantor lembaga tinggi beserta kantor pemerintahan tingkat pusat terdapat di ibukota negara yang bersangkutan. Contoh: Jakarta, Berlin, London, Istambul dan sebagainya.
·         Kota pusat kebudayaan, biasanya sangat berhubungan dengan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat setempat. Misalnya kesenian tradisional, tata cara keagamaan, atau bentuk-bentuk budaya yang lainnya yang masih dipegang teguh oleh penduduk setempat. Contoh: beberapa kota di propinsi Bali, Yogyakarya, Surakarta dan beberapa kota di India sebagai pusat agama dan kebudayaan Hindu, Roma dan Vatikan sebagai pusat agama dan kebudayaan Kristen Katolik, serta Mekah sebagai kota pusat agama dan kebudayaan Islam
F.     Alokasi Waktu
4 x 45 menit

G.    Metode Pembelajaran
1.      Diskusi kelompok
2.      Penugasan
3.      Presentasi



H.    Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi Waktu
Pendahuluan
1.  Guru memberikan salam
2. Guru mengecek daftar hadir peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu Peserta didik mampu menjelaskan pola keruangan kota  dan menjelaskanInteraksi desa dengan kota dalam pembangunan daerah
4. mempersiapkan peserta didik untuk belajar
5.  Guru memotivasi peserta didik untuk belajar.
6. guru memperoleh informasi dari pengetahuan awal dari peserta didik.

20 menit
Inti
Fase I : Mengorientasi peserta didik pada masalah
         Guru menampilkan gambar masalah tentang pola keruangan kota Histroris
Fase II : Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
a.           Guru meminta peserta didik untuk berkelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang peserta didik sesuai dengan kelompok yang telah dibagi
b.          Kelompok I itu mencari contoh masalah tentang sektoral dan solusi
c.           Kelompok II memcari masalah tentang pola inti berganda
d.          Kelompok III memcari masalah tentang konsentris
e.           Kelompok IV memcari masalah tentang konsektoral
Fase III : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
a.       Dengan diskusi, peserta didik menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh guru
b.       Guru berkeliling dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
Fase IV : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
a.    Bagi kelompok yang sudah selesai menyelesaikan masalah yang diberikan, dapat menyajikannya di depan kelas dan mendemonstrasikannya
b.    Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan
Fase V : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru mengevaluasi dan memberi penguatan terhadap jawaban peserta didik
130 menit
Penutup
-          Peserta didik diminta menyimpulkan tentang kesimpulan pola keruangan kota dan  Interaksi desa dengan kota dalam pembangunan daerah.
-           Dengan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan kesimpulan pola keruangan kota dan  Interaksi desa dengan kota dalam pembangunan daerah
-          Guru memberikan tugas PR beberapa soal pola keruangan kota dan  Interaksi desa dengan kota dalam pembangunan daerah
30 menit


I.       Alat dan Sumber Belajar
Alat dan bahan :
1.      Spidol dan penghapus
2.      LCD
3.      Laptop
4.      Worksheet atau lembar kerja (peserta didik)
5.      Bahan tayang
6.      Lembar penilaian 
7.      Power point
8.      Buku Peserta didik
9.      Worksheet atau lembar kerja (peserta didik )
10.  Lembar penilaian 
11.  Buku Peserta didik

-       Sumber belajar :
1.      Buku Geografi SMA kelas 2
2.      Internet
3.      LKS
4.      Media audio visual
5.      Bahan tayang
6.      Power point
J.      Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1.      Teknik       : observasi dan diskusi
2.      Bentuk      : essay, ujuk kerja, dan portofolio
3.      Instrument : tes dan non tes
4.      Kunci dan pedoman penskoran


Kriteria Penilaian Hasil Diskusi Peserta Didik
No
Nama Siswa
Proses kerja kelompok
Hasil Diskusi
(15)
Nilai Tes
(15)
Nilai Akhir
(50)
Aktivitas siswa
Kemapuan bekerjasama
Ketepatan menjawab
Kemampuan menyampaikan pendapat
Skor sikap
(20)
1









2









3









4









5









Dst











 Keterangan : 
1.        Aktivitas siswa
2.        Kemampuan bekerja sama,
3.        Ketepatan menjawab,
4.        Kemampuan menyampaikan pendapat


Instrumen tertulis
1.      Menjelaskan pengertian kota menurut :
a.       peraturan mentri Dalam Negeri RI Nomor 4 tahun 1980
b.      Bintarto
2.      Menuliskan ciri-ciri kota menurut northam!
3.      Menjelaskan klasifikasi kota!
Jawaban :
1.      pengertian kota menurut :
a.       Berdasarkan peraturan mentri Dalam Negeri RI Nomor 4 tahun 1980, pada hakekatnya kota mempunyai 2 macam pengertian, yaitu:
·         suatu wadah yang memiliki batasan administratif wilayah, seperti kotamadya dan kota administratif sebagaimana telah diatur oleh perundang-undangan. Misal: Kotamadya Malang, kota administratif Jember, Bekasi dan sebagainya.
·         sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pemukiman.
b.      Bintarto

Menurut  R.Bintarto, kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistik dibandingkan dengan daerah disekitarnya.
2.      ciri-ciri kota menurut northam :
a.       Kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kepadatan penduduk sekitarnya.
b.      Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut sebagian besar tidak bergantung pada sektor pertanian dan tidak juga pada aktifitas ekonomi primer
c.       Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi dan ekonomi bagi wilayah-wilayah di sekitarnya.

3.      klasifikasi kota
a.       Numerik ( Kuantitatif )
§  Berdasarkan jumlah penduduk, kepadatan, perbandingan jenis kelamin dan luas kota
b.      NonNumerik ( Kualitatif )
§  berdasarkan tahapan perkembangannya, fungsi kota dan kondisi sosial penduduknya
Pedoman / Kriteria penilaian dalam diskusi/unjuk kerja:

  1. Aktivitas siswa; bila peserta didik selalu aktif, skornya = 4,1 s.d. 5, bila  sedang = 2,6 s.d.4, bila  kurang = 0 s.d. 2,5
  2. Kemampuan bekerja sama; bila peserta didik selalu aktif, skornya = 4,1 s.d.5, bila  sedang = 2,6 s.d.4, bila  kurang = 0 s.d. 2,
  3. ketepatan menjawab; bila peserta didik selalu aktif, skornya = 4,1 s.d. 5, bila  sedang = 2,6 s.d.4, bila  kurang = 0 s.d. 2,5
  4. kemampuan menyampaikan pendapat bila peserta didik selalu aktif, skornya= 4,1-5, bila  sedang = 2,6 s.d.4, bila  kurang = 0 s.d. 2,5
                                                                                                    Makassar,                           2014

Mengetahui,                                                   
Kepala Sekolah                                               Guru Mata Pelajaran

                        

                       Eka sasmita Hasir,S.Pd,M,Pd                          Misrah Anugrah Husain, S.Pd.M.Pd
                       NIP.                                                                  NIP.











Komentar