A.
Jumlah
Penduduk Indonesia Sejak 1980 Sampai Dengan 2010
Secara
absolut, tambahan jumlah penduduk mulai turun dari 31,7 juta pada 1980-1990
menjadi 26,5 juta pada periode 1990-2000. Kalaupun penduduk Timor Timur
diperhitungkan pada sensus 2000, kenaikan pada periode 1990-2000 pun hanya
sekitar 27,5 juta, masih lebih rendah daripada kenaikan 1980-1990. Jadi kapan
penduduk Indonesia meledak? Kalau menggunakan angka pertumbuhan penduduk,
peledakan terjadi pada 1971-1980. Kalau menggunakan kenaikan jumlah penduduk
secara absolut, peledakan terjadi pada periode 1980-1990. Lalu mengapa ada
kekhawatiran terjadi peledakan penduduk?
Ada
tiga tanda yang dinilai telah terjadi peledakan penduduk. Pertama,angka
pertumbuhan penduduk tahunan meningkat dari 1,44% pada periode 1990-2000
menjadi 1,48% periode 2000-2010. Kedua, tambahan jumlah penduduk periode
2000-2010 mencapai 32,5 juta, lebih besar daripada periode 1990-2000 yang hanya
27,5 juta (kalau Timor Timur diperhitungkan). Ketiga, hasil sensus ini ternyata
lebih tinggi daripada dugaan para demografer. Misalnya Badan Pusat Statistik
(BPS) pada 2007 memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia akan berjumlah 234,2
juta pada 2010, yang ternyata lebih rendah dari hasil sensus 2010. Sebelum
mencari tahu sebab kenaikan angka pertumbuhan dan tambahan jumlah penduduk,
kita terlebih dulu melihat apakah benar hasil sensus ini mengagetkan.
B.
Tingkat
Kelahiran
kelahiran atau yang biasa disebut dengan natalitas adalah
tingkat kelahiran hidup dari seorang wanita selama masa reproduksinya.
Maksudnya masa seorang wanita siap untuk melahirkan keturunan. Secara garis besar penggolongan
kelahiran / natalitas adalah
·
Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)/ CBR
Angka kelahiran kasar
menunjukkan jumlah kelahiran per 1000 penduduk tiap tahun. Rumus CBR adalah
CBR = B
x 1000
P
Keterangan:
B = jumlah kelahiran dalam tahun tertentu
P = total
penduduk pada pertengahan tahun
1000 =
angka konstanta
·
Angka kematian kasar (Crude
Death Rate)/ CDR
Angka kematian kasar
adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian per 1000 penduduk setiap tahun.
Rumus CDR adalah
CBR = D x 1000
P
Keterangan:
B = jumlah
kematian dalam tahun tertentu
P = total
penduduk pada pertengahan tahun
1000 =
angka konstanta
C.
Tentang Tingkat Kematian
Kematian adalah waktu ketika
seseorang diambil nyawanya oleh sang Pencipta sehingga ia tidak dapat
melangsungkan kehidupanya di dunia atau meninggalnya seorang penduduk
menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk. Kematian dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut.
1) Angka kelahiran kasar adalah banyaknya
orang yang mati setiap 1.000 penduduk per
tahun CDR (crude death rate) = angka kematian kasar
D (death) = jumlah kematian
P
(population) = jumlah penduduk
2)
Angka kematian khusus adalah banyaknya orang yang mati setiap 1.000
penduduk usia tertentu per tahun.
D.
Susunan
Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk
berdasarkan jenis kelaminnya. Komposisi ini untuk mengetahui perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dalam satu wilayah tertentu.
Adanya ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (rasio jenis
kelamin) dapat mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka
pertumbuhan penduduk. Perbandingan (rasio) jenis kelamin dapat diketahui dengan
rumus berikut ini.
a. Besar kecilnya rasio jenis kelamin
di suatu daerah akan dipengaruhi oleh:
sex ratio at birth atau rasio jenis kelamin pada waktu kelahiran. Di beberapa negara umumnya berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi perempuan.
sex ratio at birth atau rasio jenis kelamin pada waktu kelahiran. Di beberapa negara umumnya berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi perempuan.
b. pola mortalitas (kematian) antara
laki-laki dan perempuan, jika kematian laki-laki lebih besar daripada angka
kematian perempuan, maka rasio jenis kelamin akan makin kecil
c. . pola migrasi antara penduduk
laki-laki dan penduduk perempuan, jika suatu daerah banyak penduduk perempuan
yang bermigrasi keluar daerah, maka rasio jenis kelaminnya akan besar, demikian
sebaliknya jika banyak penduduk laki-laki yang bermigrasi keluar, maka rasio
jenis kelamin juga akan rendah.
E. Susunan
Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk menurut umur dalam arti demografi adalah
komposisi penduduk menurut kelompok umur tertentu. Komposisi menurut umur dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. usia belum produktif (kelompok umur
< 14 tahun), b. usia produktif (kelompok umur antara 15 - 64 tahun), dan c.
usia tidak produktif ( kelompok umur > 64 tahun)
Berdasarkan pengelompokan umur tersebut dapat diketahui rasio beban tanggungan (dependency ratio) yang dapat digunakan untuk melihat angka ketergantungan suatu negara. Rasio beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara penduduk usia nonproduktif dengan penduduk usia produktif. Rasio beban tanggungan (dependency ratio) dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.
Berdasarkan pengelompokan umur tersebut dapat diketahui rasio beban tanggungan (dependency ratio) yang dapat digunakan untuk melihat angka ketergantungan suatu negara. Rasio beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara penduduk usia nonproduktif dengan penduduk usia produktif. Rasio beban tanggungan (dependency ratio) dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.
F.
Kepadatan Penduduk Indonesia
Kepadatan
ppenduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata ppenduduk pada setiap
Km2 pada suatu wilayah negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan
kepadatan penduduk tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut:
·
Faktor Fisiografis
·
Faktor Biologis
·
Faktor Kebudayaan dan Teknologi
i.
Kepadatan penduduk dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dalam perhitungannya. Data kepadatan penduduk aritmatik sangat bermanfaat. Contohnya adalah dengan diketahui tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah, maka dapat digunakan untuk perencanaan penyediaan fasilitas sosial. Jika pada suatu daerah memiliki kepadatan penduduk aritmatik yang rendah, maka penyediaan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dapat digabung dengan daerah yang berdekatan
Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dalam perhitungannya. Data kepadatan penduduk aritmatik sangat bermanfaat. Contohnya adalah dengan diketahui tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah, maka dapat digunakan untuk perencanaan penyediaan fasilitas sosial. Jika pada suatu daerah memiliki kepadatan penduduk aritmatik yang rendah, maka penyediaan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dapat digabung dengan daerah yang berdekatan
ii.
Kepadatan penduduk Indonesia antara
pulau yang satu dan pulau yang lain tidak seimbang. Selain itu, kepadatan
penduduk antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain juga tidak
seimbang. Hal ini disebabkan karena persebaran penduduk tidak merata. Sebagian
besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa dan Madura. Padahal, luas
wilayah pulau Jawa dan Madura hanya sebagian kecil dari luas wilayah negara
Indonesia. Akibatnya, pulau Jawa dan Madura memiliki tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, sedangkan di daerah-daerah lain tingkat penduduknya rendah.
Provinsi yang paling padat penduduknya adalah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung
kehidupan penduduknya. Daya dukung lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia
tidak sama. Daya dukung lingkungan pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan
pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawa dapat mendukung
kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan, misalnya di Kalimantan, Papua,
Sulawesi, dan Sumatra. Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu
ada batasnya. Apabila kemampuan wilayah dalam mendukung lingkungan terlampau,
dapat berakibat pada terjadinya tekanan=tekanan penduduk. Jadi, meskipun di
Jawa daya dukung lingkungannya tinggi, namun juga perlu diingat batas kemampuan
wilayah ter sebut dalam mendukung kehidupan.
G.
Penyebaran
Penduduk Di Berbagai Pulau
Jika diurutkan
berdasarkan pulau, peringkat pertama dengan populasi terbanyak adalah Pulau
Jawa dengan populasi 136.610.590 jiwa. Pulau Sumatera menduduki tempat kedua
dengan populasi 50.630.931 jiwa. Sementara itu Pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali
dan Nusa Tenggara, dan Papua dan Maluku secara berurutan masing-masing memiliki
populasi 17.371.782 jiwa, 13.787.831 jiwa, 13.074.796 jiwa dan 3.593.803 jiwa. Kepadatan Penduduk Indonesia Jumlah
penduduk suatu wilayah akan selalu terkait dengan kepadatan penduduknya. Namun,
jumlah penduduk yang besar tidak selalu memiliki kepadatan yang tinggi karena
hal tersebut juga tergantung luas wilayahnya. Sebuah wilayah dengan penduduk
banyak tapi memiliki wilayah yang luas, mungkin akan sama padatnya dengan
sebuah wilayah berpenduduk sedikit dan wilayah yang sempit. Sensus BPS tahun
2010 menyebutkan bahwa kepadatan penduduk Indonesia mencapai 124 jiwa per
kilometer persegi. Jika dilihat pada setiap propinsi maka didapatkan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta memiliki kepadatan yang jauh melebihi propinsi lainnya,
yaitu 14.469 jiwa per kilometer persegi. Anda dapat membadingkannya dengan
Propinsi Papua Barat yang hanya 8 jiwa per kilometer persegi atau Propinsi Jawa
Barat yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi kedua dengan 1.217 jiwa per
kilometer persegi. Silakan lihat pada peta berikut.
H.
Provinsi-Provinsi
Yang Di Jadikan Sasaran Transmigrasi
Provinsi-provinsi
yang dijadikan daerah pemukiman transmigrasi dewasa ini adalah Nanggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimanatan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Maluku, dan Papua.
I.
Upaya Yang Di Lakukan Pemerintah Agar Dapat Mengatasi
Masalah-Masalah Kependudukan Di Indonesia
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi
masalah-masalah kependudukan yaitu:
1.
Jumlah
penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana
(KB).
2.
Persebaran dan Kepadatan penduduk
3.
Tingkat kesehatan yang rendah
4.
Tingkat pendidikan yang rendah
5.
Tingkat pendapatan yang rendah
J.
Sarana Dan Prasarana Kb Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Penduduk Di
Indonesia
Pertumbuhan kependudukan dan keluarga kecil
berkualitas merupakan bagian yang penting dalam pembangunan yang berkelanjutan,
baik untuk mengendalikan kuantitas penduduk maupun untuk meningkatkan kualitas
insani dan sumberdaya manusia. Masih tingginya laju pertumbuhan dan jumlah
kuantitas penduduk. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat meskipun laju pertumbuhannya semakin menurun. Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk (SP) 1990 dan 2000, jumlah penduduk Indonesia 179,4 juta jiwa
dan 206,3 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun
pada periode 1990–2000, lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk periode
1980-1990 (1,97 persen). Masalah yang dihadapi antara lain adalah masih
tingginya pertambahan jumlah penduduk secara absolut. Meskipun telah terjadi
penurunan fertilitas, namun secara absolut pertambahan penduduk Indonesia
meningkat sekitar 3 sampai 4 juta jiwa per tahun. Hal ini disebabkan karena
tambahan pasangan usia subur yang dihasilkan dari ledakan kelahiran atau
momentum demografi yang terjadi pada tahun 1970-an. Apabila masalah
kependudukan tersebut tidak ditangani dengan baik, dapat berakibat pada semakin
beratnya upaya pemenuhan kebutuhan dasar penduduk.
1. Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk. Faktor utama yang mempengaruhi
laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran.
2. Kurangnya
pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja akan hak-hak
reproduksi. Hak-hak dan kesehatan reproduksi
termasuk keluarga berencana (KB) yang merupakan dasar terwujudnya keluarga
kecil berkualitas belum dipahami oleh sebagian masyarakat dan keluarga. Dari
data SDKI 2002-03 hanya 60,3 persen pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber-KB
dapat
3. Masih
rendahnya usia kawin pertama penduduk. Tingginya
angka kelahiran erat kaitannya dengan usia kawin pertama dengan pembentukan
keluarga kecil yang berkualitas. Median usia kawin pertama di Indonesia adalah
18,6 tahun. Median usia kawin pertama di perdesaan lebih rendah yaitu 17,9
tahun, sedangkan di daerah perkotaan adalah 20,4 tahun. Tingginya angka
kelahiran ini juga disebabkan karena sebagian kelompok masyarakat dan keluarga
belum menerima dan menghayati norma keluarga kecil sebagai landasan untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
4. Rendahnya
partisipasi laki-laki dalam ber-KB. Indonesia
telah mulai melaksanakan pembangunan yang beorientasi pada kesetaraan dan
keadilan gender dalam hal KB. Namun demikian, partisipasi laki-laki dalam
ber-KB masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3 persen (SDKI 2002-03). Hal ini
selain disebabkan oleh keterbatasan macam dan jenis alat kontrasepsi laki-laki,
juga oleh keterbatasan pengetahuan mereka akan hak-hak dan kesehatan reproduksi
serta kesetaraan dan keadilan gender. Demikian pula, penyelenggaraan program KB
dan kesehatan reproduksi masih belum mantap dalam memperhatikan aspek
kesetaraan dan keadilan gender.
5. Masih
lemahnya ekonomi dan ketahanan keluarga. Kondisi lemahnya ekonomi keluarga
mempengaruhi daya beli. Keluarga miskin pada umumnya mempunyai anggota keluarga
cukup banyak. Jumlah keluarga miskin pada tahun 2003 (Pendataan Keluarga BKKBN)
15,8 juta keluarga. Kemiskinan menjadikan mereka relatif tidak memiliki akses
dan pasif dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas dirinya. Pada
gilirannya, kemiskinan akan semakin memperburuk keadaan sosial ekonomi keluarga
miskin tersebut
6. Masih
lemahnya institusi daerah dalam pelaksanaan program KB. Salah satu masalah
utama bagi kelangsungan program dan kelembagaan keluarga berencana adalah
desentralisasi program KB. Sesuai dengan Kepres No. 103/2001, bahwa kewenangan
di bidang keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Hal
ini sejalan dengan esensi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, yang memberikan
kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menentukan program-program
pembangunan yang diperlukan daerah sesuai dengan kebutuhan, aspirasi,
kemampuan, maupun sumberdaya yang tersedia. Dengan adanya peraturan tersebut,
masalah yang dihadapi program KB adalah sejauh mana pemerintah kabupaten/kota
menganggap bahwa program KB merupakan program yang strategis bagi pengendalian
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia.
K.
Analisis
data kependudukan Indonesia hasil sensus 2010
Hasil sensus penduduk 2010 Penduduk
Indonesia tahun 2010 diperkirakan sekitar 234.2 juta. Sensus diselenggarakan pada tahun 2010. Sensus-sensus
penduduk sebelumnya diselenggarakan pada tahun-tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan
2000. Menurut Sensus Penduduk 2000, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 205.1 juta jiwa, menempatkan Indonesia
sebagai negara ke-empat terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
Sekitar 121 juta atau 60.1 persen di antaranya tinggal di
pulau Jawa, pulau yang paling padat penduduknya dengan tingkat kepadatan 103
jiwa per kilometer per segi. Penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sekitar
234.2 juta.
Hasil sensus penduduk
2010 dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang antara lain mencakup:
·
memperbaharui
data dasar kependudukan sampai ke wilayah unit administrasi terkecil (desa)
·
mengevaluasi
kinerja pencapaian sasaran pembangunan milenium (Milenium Development Goal,
MDGs),
·
menyiapkan
basis pengembangan statistik wilayah kecil
·
menyiapkan data dasar untuk keperluan proyeksi
penduduk setelah tahun 2010,
·
mengembangkan kerangka sampel untuk keperluan
survei-survei selama kurun 2010-2020,
·
basis
pembangunan registrasi penduduk dan pengembangan sistem administrasi
kependudukan
Komentar