Membuang Segala Rasa yang Sempat Hadir Bukan Karena Allah

SEBAIT DOA UNTUKMU 
MISRAHARYANTI ANUGRAH HUSAIN PARAWI
Goresan Pena Hijau




Seindah goresan pena di langit senja. Jika matahari tak tertutup awan mungkin tak akan aku lihat  goresan pelangi yang begitu indah . aku percaya banyaknya cliff yang terbentuk bukan karena abrasi yang teralalu tinggi namun karena tak ada lamun yang dapat memecahkan gelombang sehingga mampu menghatam, mengikis dan membentuk cliff
Aku bukan orang yang romantic bukan pula tipekal seorang wanita yang cuek. Cukup simple dan sederhana itulah aku. Banyak yang tak dapat memahami jalan dan pola pikiranku. Banyak pula yang tak menyukai tindakan, karakter dan sikap aku but I don’t care. It’s me selama aku tidak melanggar syariat.  
Aku terlahir 19 tahun silam. Hiijau adalah anugrah terindah dari Allah yang tercipta lewat rasa, mungkin tak mudah bagi seseorang untuk dapat memahami arti kedamaian dan ketenangan berbalut keceriaan dalam warna hijau. Tapi aku dapat merasakan semua. Bahkan aku seolah mempunyai energy baru dan semagat baru lagi. Ini tidak berlebihan. Aku tidak fanatic terhadap warna hijau karena yang ku tau dan yang aku pahami. I love the green color cause it’s give me new power.
Semua orang akan berfikir sama denganku. Masa SMA adalah masa yang paling bahagia, masa trasnsisi dan masa regenerasi. Bisa jadi. masih segar di ingtanku 4  tahun silam aku masih tertawa  lepas bersama para sahabat-sahabatku tercinta. Bermain,bercanda, makan, mengerjakan tugas bersama.  begitu indah kebersamaan kami. Aku juga tak pernah paham dari mana semua itu berawal kerana yang ku tau dan yang ku pahami aku sangat bahagia hadir di tengah-tengah mereka. Berbagai suka dan duka kami lewati bersama. Dan mungkin karena basic kami adalah social makanya begitu kental solidaritas dan kebersamaan kami. Sekali lagi kami bangga jadi anak social. Manusia yang hidup tidak individual namun juga tidak etnosentrisme..
Akhir bulan April mungkin adalah momen yang membuatku bahagia. Lewat kakak sepupuku aku mengenal seorang seniorku di SMA. Meskipun kami beda jurusan tapi dia sangat baik terhadap aku begitu pula terhadap kakak sepupuku. Bahkan bukan hanya pada kami tapi hampir kepada semua temannya baik senior maupun juniornya, iya sangat bersikap baik tak pernah membeda-bedakan dan pilih-pilih teman. Iya tipikal kakak senior yang bukan Cuma baik, cerdas tapi juga sholeh. Aku hampir tak pernah melihatnya absen shalat dzuhur berjamaah di musallalh sekolah kami. Dan juga dia adalah pemimpin yang sangat bijaksana. Ya aku kagum bahkan sangat kagum kepadanya.
Aku lupa kapan pertama kali rasa kagum itu muncul. Seolah ibarat angin yang langsung menyapa hidupku. Aku malu dan sangat malu bila harus mengatakan bahwa aku menyukai dia di balik sudjudnya. Bukan hal yang mustahil namun aku percaya akan setiap takdir-Nya. Aku mulai belajar bayak hal dari dia. Dan bahkan aku sering mencuri-curi waktu untuk mempelajari sikap dia. Awal bulan mei ada hal yang  sangat membuatku bahagia kedekatanku dengannya hampir membuat setiap harinya melayang melambung tinggi menerawang angkasa. Aku tak tau apa yang dia lakukan yang kupahami dia selalu mengganggu waktu tidurku. Aku ingat setiap hari aku di tegur adek Karena tawaku yang begitu lepas dan mengganggu waktu belajarnya. Dan  siapa yang berani mengganggu hariku kalau bukan dia.
Aku jadi ingat tiba-tiba aku jadi sangat rajin shalat berjamah di musallah dan bahkan aku mulai menjaga jarak takkala aku bergaul dengan mereka sahabat-sahabatku yang bukan mahramku. Sebagaian dari mereka banyak yang beranggapan bahwa aku sekarang sedah berubah sejak aku mengenal dia. Dan entahlah mungkin itu hanya pemikiran mereka saja.
Waktu yang ku tunggu-tunggu itu tiba datang menyapaku. Aku sangat bahagia, melebihi kebahagaianku bersama para sahabatku. Rasanya aku ingin mendaki bukit depan rumahku dan aku teriakkan semua kebahagiaku. aku percaya takdir dan aku percaya inilah yang terbaik. Mungkin inilah jawaban dari setiap shalat istiharahku. Aku yakin Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya
“ 1 senyuman berjuta kebaikan “ aku selalu merindukan ini setiap waktu. 18 mei 2010 awal yang baru untuk kami saling mengenal. Menjalani suatu ikatan yang belum resmi namun aku percya dan penuh berharap pada hubungan ini.  Aku tau juga dalam hubungan ini akan banyak gelombang yang siap menghamtam namun aku yakin kami mempunyai lamun yang banyak dan kuat dan kami percaya tak akan ada cliff yang terbetuk. Dan aku percaya begitu  juga dia. Katanya angka 18 adalah simbol 1 kesetian yang artinya kesetian selamanya. Semoga itu harapan dan mimpi besarku.
Hari-hari aku lalui dengan sangat bahagia, entah bagaiman dengan dia aku tak pernah paham. Dia datar dan pandai sekali menyembunyikan perasaannya. aku semakin tidak paham tapi aku semakin yakin akan perasaanku. Ternyata dia tak seperti yang aku bayangkan dia orangnya yang sangat perhatian dan multiperan.  Jadi kakak bisa, jadi sahabat bisa, jadi guru bisa, jadi murabbi bisa, mungkin jadi orang tua jua bisa.
Aku merasa menjadi wanita yang sangat beruntung. Aku bisa mengenalnya dan bisa hadir dalam hidupnya.  hari-hari kami lalui dengan sangat bahagia. Bahkan pernah ada materi dari mata pelajaran matematika yang sangat susah menurutku.  aku memang benci dengan pelajaran matematika. Aku tidak suka bergelut dengan kertas dan pulpen karena itu membuatku seolah-olah menjadi manusia yang kaku dan sangat kaku versi ku. Aku sempat berfikir ko’ bisa yaa dia terus bertahan dalam kondisi dan situasi yang seperti itu?  Apa tidak bosan?
Dengan sabar dan telatennya dia mengajariku materi itu sampai bisa, namun tak pernah bisa aku pahami dan bahkan ketika dia dengan  sabarnya menjelaskan materi itu aku malah tertidur di sampingnya. Entah karena terlalu kecapean atau mungkin karena kapasitas otaku yang memang tidak mendukung. Sampai di sekolah aku baru ingat kalau aku lupa membawa buku tugas matematika aku tersebut. Dengan langkah  tak pasti aku memasuki kelas. Tak mungkin juga aku pulang kembali ke rumah mangambil buku itu mengingat sekarang waktu sudah menjukan pukul 7.10 WITA.  Sedangkan jarak tempuh rumah dan sekolah kurang lebih 5 km pasti akan membutuhkan waktu yang kurang lebih 20 menit.
Ini konsekuensinya, aku memang pelupa dan paling malas mengerjzkan tugas matematika. Sang waktu pun tak  mau di ajak konfromi. Bel berbunyi dan pelajaran pertama di mulai. Untung bukan matematika pelajaran pertama. Mata pelajaran bahasa Indonesai menyambut pagi kami dengan indah. Namun perasan ini campur aduk, sedih, marah, jengkel. ingin rasanya aku bolos untuk mata pelajaran kedua ini. Tapi aku tak bisa aku masih ingat bagaimana perasaan bapak dan ibu ketika tau putri sulung mereka harus bolos karena tak mengerjakan tugas matematika. Pasti mereka akan sangat kecewa. Aku tak mau membuat mereka sedih, dan kecewa.
Seorang sahabatku memanggilku dan membuyarkan semua lamuanku. Aku di suruhnya keluar karena ada seseorang yang memanggilku di luar sana., sedikit kesal pagi-pagi sudah mengganggu saja. Huff.. untungnya guru matapelajaran bahasa Indonesia adalah guru yang sangat baik. Sehingga memperbolehkan aku keluar. Dan tak pernah tetrbayangkan dalam pikiranku bahwa ternyata dia yang akan datang dan lagi. Lagi dia yang menggangguku.
Ada apa kak?”sapaku ramah.
“Adek pasti lupa membawa ini” katanya lembut  dan menunjukan buku tugas matematikaku yang bersampul warna hijau .
“Masya Allah… syuqran kak, dari tadi saya memang mencari buku ini. Dan afwan saaya lupa menaruhnnya di mana. Sekali  lagi syuqran kak,”  jawabku malu.
“Iya de. Ini bukunya” ( sambil memberikan buku itu )
Bukan bukuku yang aku perhatikan tapi senyuman lembutnya. Subahanallah.
          “Oh iya makasih ya kak. Kak saya masuk dulu “
          “iya de. Belajar yang baik ya “
          “sip bos” ( jawabku membalas senyumannya )
          Seolah mendapat energy baru kurasakan semangat dalam diriku mulai hadir kembali bahkan lebih dari energiku sebelumnya. Aku sangat bahagiah. Girohku untuk mempelajari matematika semakin bertambah besar. Ada perasaan sedih,bahagia, gelisah,takut bercampur menjadi satu. Perlahan aku mulai membuka bukuku dan kudapati sebuah tulisan yang indah dan rapi. Ya aku seolah mengenal tulisa itu. Subahanallah itu tulisan dia. Ternyata dia tidak hanya mengembalikan bukuku tetapi dia juga yang membantuku menyelesaikan tugasku..
          “Subahnallah”  sungguh dia membuatku teramat malu pada diriku sendiri.  Ada pesan di halaman belakang  bukuku. Dia menuliskan beberapa rumus sederhana agar aku mampu mengerti materi ini.
           “ Syuqran kak “
          Aku menarik bukuku dan ku genggam erat. Aku tak mau kehilangan buku ini. Ini sangat berharga bagiku. Melibihi rasa berharganya akan barang-barang hijauku yang lainnya. Aku sangat senang dan bahagia.
Girohku untuk dapat belajar matematika semakin tinggi, seolah mendapatkan energy baru aku hanya ingin mempelajari matapelajaran matematika ini terus. Kulirik jam dinding di kamarku, waktu menunjukakan pukuk 00:30 namun rasa kantuk ini seolah malu menghampiriku.  karena kamu. Bagitu banyak warna yang telah kau lukis dalam hidupku. Aku memang tak sesempurna para putri raja namun aku sangat beruntung.
Hari ini kami ada ujian matapelajaran seni dan budaya. Aku tau ini mata pelajaran yang membutuhkan semua tenaga. Butuh setidaknya kombinasi dari keduanya. Rasa gugup dalam diriku tak mampu aku bendung. Rasanya seolah ada beban berat yang secara tiba-tiba menghampiri diriku. Ku rasakan keringatku jatuh bercucuran. Terlebih Karena kesempatan pertama di berikan kepada diriku. Ini bukan konsekuensi sebagai no urut pertama di absen, aku hanya memandangnya sebagai anugrah. sesuai namaku. Alahamdulilah, langkahku seolah tak kaku lagi. Terntaya ada dia yang dari tadi memperhatikanku dari kejauhan dan aku tau dia bisa memahami apa yang aku rasakan.
Dengan alangkah yang pasti kaki menuju panggung, kurasakan detak jantungku memburu lebih kencangnya. Rasa gugup sungguh menyergap tubuhku. Dan bahkan aku hampir lupa akan semua gerakan tari yang aku pelajari selama 6 bulan terakhir. Ibarat dalam kegelapan dan kesendirian aku melihat adanya cahayah itu, kembali memancarkan senyuman termanisnya. Aku harap cahaya itu tidak pernah pudar dan tidak  akan pudar. Perasan gugup ku mulai sedikit terobati kulihat dukungan penuh dari para sahabatku tercinta. Mereka berbaris tepat di belakang guru penilai. Aku tau ini beresiko tapi aku paham mereka rela mengambil resiko demi saya. Ini hnya 1 dari sekian bentuk kasih sayang mereka. Dan begitu indah bila kita mampu hadir di tengah-tengah kasih sayang mereka. Waktu terus berlalu dan kami semua telah selesai tampil. Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Seolah kebahagiaku terasa kurang lengkap, aku terus mencari senyuman itu. Tapi entah ke mana sorot mataku tak menemukannya. Ku Tanya pada semua temanku, tapi mereka tak menemukannya.
Hari yang melelahkan. Tak ada yang mampu ku lakukan. Beribu rasa syukur dan terima kasih ku ucapkan kepada para sahabatku tercinta. Aku sungguh  bahagia. Pukuk 14.00 WITA aku sampai di rumah. Ku ayunkan langkah kakiku menuju istanaku. Ku baringkan tubuhku yang lelah ini.  Tiba-tiba hpku bergerat. Sebuah SMS dari no yang kuhapal mati. dari Kak fikri si mr.senyum kebaikan. Hatiku bahagia bukan main. Rasa lelahku seolah sirnah. seolah masih tarbayang akan  senyumannya. Seandainya aku punya waktu dan kesepatan akan aku abadikan senyuman itu. Aku sungguh merindukan dan mencintai dia.
6 bulan bukan waktu yang singkat untuk menghantarkan kita menuai hasil dari segala usaha kita.  Semua orang akan menunggu waktu ini, begitu juga dengan aku. Hari ini betul-betul membuat perasaanku bercampur aduk. Sekuat apa  pun semua kegelisahan di hatiku coba untuk menepis semua. Aku yakin dan percaya insyah Allah, Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambahNYA meskipun terkadang itu tidak sesuai dengan harapan mereka. Perlahan ku langkahkan kaki ku menuju kelas. Di sana telah menunggu para sahabat-sahabatku. Ku ungkapkan semua kegelisahan hatiku pada mereka dan mereka mampu untuk memahami semuanya. Aku merasa lega. Waktu yang ku nanti akhirnya tiba juga. Dengan rapi kami duduk di meja masing-masing. Jika boleh aku ingin sekali memutar waktu dan mempercepat semuanyaa. Pengumuman bintang-bintang kelas segera di mulai. Alhamudlillah uasahaku berbanding lurus terhadap haslnya. Aku berhasil masuk 5 besar dan memperoleh peringkat 4. Meskipun banyak di antara para sahabatku yang tidak percaya. Mereka malah justru mengatakn aku harusnya yang menjadi peringkat 1. Mereka ada-ada saja. Aku hanya mengatakan semua inilah yang terbaik yang telah di berikan oleh Allah.
Ternyata bukan hanya keluargaku yang menanti jawaban dari hasil usahaku. Masih ada 2 sorot mata yang sejak tadi menungguku di gerbang sekolah.  siapa lagi kalau bukan si Kak fikri. Seniorku yang paling baik. Ternyata cukup sudah cukup lama dia menungguku. Aku jadi lupa akan pesan yang dia kirim tadi pagi.
“Gmm,, afwan kak. kakak sejak dari tadi ya menunggu?? Afwan saya hampir lupa isi sms kakak tadi pagi. Sekali laggi afwan kak “  semakin kutundukkan muka ku yang merah menahan malu kerna telah lama membuatnya menunggu.
“Ah, enggak ko dek. Saya juga baru keluar dari kelas. Bagaimna hasilnya?? Mememuaskan ??“  jawabnya santai mencairkan suasana
“Alhamdulillah kak. Kalau kk ?“ 
“Alhamdulillah, boleh kakak liat nilai rapornya ?“
“ Boleh kak tapi bersyarat“
 “Apa?“
“Pokoknya harus jawab iya dulu, okkkaay“
“Yaaudah Iyaa, Apa Syaratnya“
“Pokoknya bagaimana pun hasilnya nanti kakak ngak boleh ketawain nilai aku ya“
“Okke sip lah“
“Kak masih ada 1 lagi ??”
“Apa ?”
“Barter buku rapor,kakak liat nilai rapor aku dan aku juga liat nilai rapor kakak. Oke bost ??”
“Siip”
Aku memberikan buku laporku begitu pun sebaliknya. Perlahan ku buka buku rapornya. Ada  kebahagian yang aku rasa. Dugaanku benar dia oarang yang cerdas dan telaten. Aku kagum melihat nilai yang tertera pada buku rapornya. Hampir tak pernah aku mendapatkan ada nilai dibawah angka 8 di buku rapornya. Subahanallah. Ternyata dia masuk ke dalam 3 besar. Tak lupa ku berikan ucapan selamat untuknya. Hari ini aku sangat bahagia. Waktu menunjukan pukul 15.12 . dan jelas ini sudah terlalu sore. Aku baru sadar takkala lantunan ayat-ayat suci Al-Quran mengalun indah di telingahku ternyata aku telah menghabiskan waktuku seharian bersama dia. Setelah shalat berjamah. Dia mengantarku pulang ke rumah.
2 minggu yang katanya waktu libur bukan saatnya untuk bersantai setidaknya aka ada  waktu yang membuatku untuk sejenak merefres fikiran. Dalam 3 hari kedepan akan di adakan porseni antar kelas dan nanti akan di lanjutkan dengan pesantren kilat. Memang jadwal yang begitu padat dan kesehatan adalah segalanya dan yang paling utama. Hari ini adalah pembukaan untuk acara pesantren kilat. Kegiatan ini rencananya dillaksankan selama 3 hari mulai dari hari jumat sore sampai pada hari mingggu pagi. Semua peserta tampin dengan sangat anggun baik dari pihak ikhwan maupun dari pihak ukti. Aku mulai menyukai dan menikmati semua rangkaian kegiatan ini. Terlebih aku mulai menyukai dengan cara berpakaianku seperti ini sekarang. Bahkan aku sangat menyukainya lebih anggun dan sopan. Aku mulai memakai rok panjang, baju kaos yang tidak ketat, jilbab yang menutupi dada dan memakai kos kaki. Perlahan aku mulai merasa nyaman dan aku seolah menemukan kedamaian dalam diriku.
Acara pembukaan kegitan pun dimulai. Lantunan ayat suci Al-Quran yang begitu indah menyejukkan hingga ke palung kalbuku. Begitu ku rasakan ada kesejukan mengalir dalam darahku, menyelinap hingga ke tulang-tulangku. Sampai aku tak sadar takkala air mataku telah metetes deras.  Malam ini adalah malam pertama kami pesantren kilat. Agenda malan ini setelah isoma ( istirahat, shalat, makan ) adalah ta’aruf di lanjutkan dengan berapa maateri samapai jam 00.00. kita baru bisa turun dan istrahat, selanjutnya jam 03.00 kit di bangunkan lagi untuk melaksanakn shalat tahajjud. Sungguh aku sangat kewalahan karena aku belum terbiasa melaukukan ini. Kadang dalam shalat malamku aku tertidur takka rasa ngantuk yang betul-betul tak dapat aku tahan lagi. Dan ini berlangsung sampai 2 hari kedepan. Sungguh aku benar-benar letih bisa di hitung waktu istrirahat yang hanya 3 hari benar-benar tak mampu di adaptasikan oleh tubuhku. Sehingga rasa lelah ini sehungguh menyerangku.
Agenda pertama untuk pagi ini SJK (senam kesehatan jasmani ). Pagi ini aku merindukan senyuman itu. Tapi entah aku tak pernah bahkan belum pernah melihatnya dari kemarin hingga pagi ini. Aku juga tak tau kesalahan apa yang aku buat sehingga aku harus mendapatkan hukuman pagi ini. Oleh seorang panitia cewek yang juga seniorku dia menghukumku unutuk sebuah kesalahan yang aku sendiri tak tau apa kesalahanku. Dalam diam dan tangisku aku berendam di bawah teriknya matahari. Entah mengapa pagi ini mentari begitu semangat memancarkan cahayahnya. Hingga panasnya begitu menyengat.  Pukul 09:00 WITA adalah waktu yang kami para peserta tunggu-tunggu. Ya apalagi kalau bukan masalah perut. Aku memasuki ruang makan 1 untuk ukti. Kulihat telah banyak temanku yang dari tadi telah duduk dengan rapinya menanti jartah makan mereka.
Aku mengambil tempat duduk paling pojok untuk bisa bersandar pikirku. Menu  makanan pagi ini nasi kuning dengan telur goreng. Sudah berapa kali aku menolak ketika di sodorkan nasi kuning selain buatan bundaku. Bukan karena aku angkuh namun kondisi lambungku yang tak memungkinkan di tambah dengan penyakit magku yang sudah mulai akut. Namun kali ini aku tak dapat menolak. Aku takut, kata beberapa temanku di sini panitianya galak dan sangat galak.  Dan di sini juga punya aturan bahwa makan yang disediakan wajib di habisi. Maskipun dengan kondisi yang seperti ini aku mau tak mau harus bisa memakan dan menghabisi semua makanan ini. Orang mungkin tidak akan pernah tau bahwa ini kali pertamanya aku harus menahan air mataku di depan makanan. Aku merasa orang yang paling berdosa ketika itu karena aku tak bisa menghargai makanan itu. Astagfirullah al adzim. Aku sangat takut dalam diam dan hening aku selau beroda semoga lembung ini  akan selalu baik-baik saja.
Selesai makan ku langkahkan kaki menuju ruangan tidur khusus perempuan untuk mengambil beberapa perlengkapan. Dan kurasakan seakan ada yang mulai salah dengan lambungku. Aku juga merasa seolah pagi ini suhu badanku mulai tidak normal mungkin akibat direndam dan dijemur tadi pagi fikirku. Dengan semangat ku langkahkan kakiku ini menuju ruang kelas untuk selanjutnya menerima beberapa meteri. Seperti pengkaderan pada beberapa organisasi islam aku paham materi pertama yang akan di sugukan apalagi kalau bukan metode persidangan. Ya dalam latihan kepemimpinan ini katanya adalah materi yang esensial yang semua peserta harus mengtahui materi. Sungguh pemateri yang kami sebut sebagai fasilititor orangnya cukup jayus namun tidak mengurangi keindahan dan  makna materi yang di sampaikan. Alhamdulillah beberapa materi yang disampaikna ada yang singgah dan aku pahami meskipun tidak berarti serta merta aku langsung menerima semuanya.
Materi untuk pagi ini selesai. Ada 2 materinya yang telah selesai itu artinya sudah selama 3 jam aku Manahan rasa perih di lambungku ini. Tak banyak yang dapat aku lakukan. Suhu badanku pun tak mau di ajak konpromi. aku berharap selesai shalat dzuhur suhu badanku ini bisa sedikit turun dan perih di lambungku ini juga tidak terlalu tarasa. Ternyata aku salah. Suhu badanku semakin menggila panasnya dan lambungku pun semakin perih seolah-olah aku tak mampu lagi untuk berdiri. Sungguh ini membuatku tak nyaman. Bahkan ku rasakan diriku sudah tak kuat dan tak sanggup lagi. Beberapa butiran air mata bening Nampak jatuh dari sudut mataku.
Ini benar-benar menyakitkan. Waktu yang di nanti pun tiba. Apalagi kalau bukan waktu makan siang. Aku tau ini adalah moment yang paling di tunggu-tunggu. Dan aku berharap semoga untuk kali ini rasa perih di lambungku bisa sedkit terobati. Ku langkkahkna kakiku menuju ruang makan. Dengan gembira ku sambut sepiring nasi dengan lauk dan sayur lengkap. Alhamdulillah. Aku tau ini sebenarnya bukan menu makanan yang bersahabat bagi lambungku. Aku masih ingat pesan dokter padaku beliau melarang aku mengkonsumsi makanan yang pedis, berminyak, bersantan, sayuran-sayuran sepaerti kol,sawi dll. Aku hampir lupa pada setiap apa saja yang dilarang.
Selesai makan aku melangkahkan kakiku menuju ruang tidur untuk kembali mengambil bererapa ATM ( alat tulis menulis ). Aku fikir setelah ini suhu badanku akan turun ternyta tidak justru suhu badanku malah semakin naik. Dan lambungku pun tak bisa di ajak konfromi. tak banyak yang bisa ku lakukan. Hanya tidur dan berbaring. Aku lupa minta air minum pada panitia untuk minum obta. Untung masih ada sisa minuman dari kemarin.
Dalam hati aku menangis. Tega sekali mereka panitia tidak memperhatikan peserta. Jika ada yang  kenpa-kenapa memang mau tanggungjawabnya? Waktu itu ingin sekali rasaya aku pulang. Aku tau aku masih menyimpan HPku. Dan aku tidak menyerahkannya kemarin ketika ada penggeledaan hp mungkin aku sedikit keras kepala soal ini, namun aku berfikir semoga ini ada hikmahnya. Dengan penuh pertimbangan aku beranikan diri menghubungi kakak sepupuku yang kebetulan juga jadi penitia kegiatan. Aku minta tolong di belikan obat. Tapi aku mohon untuk tidak membrikathukan dia. Aku tidak ingin membuatkanya khwatir.
Alhamdulillah setelah minum obat dan istrahat cukup kondisiku  sudah mulai membaik. Seperti pada malam sebelumnya agenda malam ini masih dalam rangka penerimaan materi. Namun entah mengapa girohku malah mini tak seperti pada malam sebelumya. Malam semakin larut, dan entah kenapa ku rasakan kepalahku begitu di penuhi dengan bintang dan sakit sekali. Mungkin penyakit anemiahku kumat lagi. Sorot mataku tiba-tiba menemukan sepasang mata yang aku hapal betul gerak-geriknya. Bahkan aku ingat apa yang dia lakukan malam itu. Dia Duduk manis di sebuah kursi dengan ekspresi datarnya memegang minuman entah kopi atau apalah dan semakin gagah dengan switer coklatnya. Aku paham apa yang di lakukan katanya dia sedang katanya sedang melihat kondisi peserta peskil. Namun aku sadar apa yang dia lakukan sering kali mata kami beradu. Dan aku menundukkan pendanganku.
Entah karena kesalahan apa yang kami lakukan tiba-tiba fasilitator marah bukan main. Aku semakin takut dan semakin ku tundukkan pandanganku. Namun masih segar di ingatanku mungkin ini adalah permainan  mereka. entahlah aku semakin takut dan semakin takut saja. Berberapa peserta bahkan harus di suruh keluar dari forum entah karena apa kesalahan mereka. kami juga tak paham yang kami tau kami selalu salah. Aku tatap penuh wajahnya seolah aku meminta jawaban ada apa yang sebenrnya terjadi??. Fasilitator itu menyuruh kami meninggalkan forum. Ibarat sebuah kerbau liar yang di berikan kebebasan. Sungguh memprihatinkan dan sangat menyedihkan. Bahkan dalam pandangnku ini sama seklai tak berperikemanusian. Katanya organisasi isalam tapi perlakuannya terhadap kami seolah-olah tak menganggap kami manusia. Aku juga tak paham permainan apa yang sekarang sedang mereka gulirkan kepada kami.
Dalam diam menahan amarah kami meninggalkan aula menuju musallah dan entah kenapa sasaran kami mengarah ke sana aku juga tidak bisa memahami itu. Malam itu aku benar-benar lupa akan barang-barang aku semuanya aku tinggalkan di aula baik ATM,dan Hp. Aku merasa malam ini aku berada dalam neraka jahannam. Dan bahkan lebih menyakitkan lagi. Wallahi ini fitna. Kami seolah di paksa untuk mengakui kesalahan yang sama sekali tidak kami lakukan dan kami pernbuat. Rasa kesal marasuk kedalam relunag hatiku ada dendam yang begitu memuncak kepada para fasilitor  dan terlebih kepada panitia. Apa gunanya di bentuk kepanitia jika tidak bisa melindungi dan menjaga peserta. Apa gunanya hanya temple nama, jika untuk di kenang semoga saja aka nada amal baik yang bisa dilaksanakan. Dan jika aku boleh memberikan nilai untuk panitia aku akan memberikan nilai 1,97 jika interval nilainya 1-5.
Pagi yang indah dengan sambutan kicauan burung yang begitu merdunya. Kurasakan seolah diri ini terbang lembutnya. Rasa syukur ini begitu merasuki batinku. Alahamdulillah hari ini masih bi berikan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Setidaknya itu jauh lebih baik.  Pagi ini masih dengan agenda yang sama, setidaknya ada kebijakan dari fasilitator untuk pagi ini setidaknya beliau memberikan kita waktu istrhat 45 menit. Dan aku menarik kesimpulan bahwa aku harus pulang.  Namun semua uang dan hpku berada di tas kecilku dan hampir aku lupa, aku meninggalkannya tadi malam di aula.
Dengan cepat aku mencari panitia yang membereskan semua perlengkapan semua peserta. Dan dari informasi yang aku perolah panitia yang menyimpan perlengkapan adalah panitia dari pihak ikhwan. Beberapa panitia cowok saya Tanya dan ternyata yang menyimpan semua perlengkapan itu adalah kak Fikri. Alhamudillah. Kemudian aku Tanya lagi tempat dan posisi kak Fikri dan katanaya dia masih tidur namun beberpa panitia yang saya Tanya tak tau mengetahui dengan jelas di mana dia tidur semalan. Dan aku juga merasa bersalah bila telah mengganggu waktu istrahat dia.
Aku memutuska untuk pulang dan aku putuskan untuk meminjam Hp teman dan menghubungi kakak sepupuku untuk menjemputku. Alhamdulillah pagi ini dapat teratasi. Dengan managemen waktu yang aku punya alahamdulilllah aku merasa waktu ini sangat bisa ku atasi. Aku tiba di sekolah pukul 7:20 menit. Setidaknya masih ada 10 menit pikirku. Namun ternyata semua di luar dugaan dan perkiraanku. Belum sempat aku menginjakkan kakiku di gerbaang seorang panitia laki-laki langsung meneriakiku dan  menyuruhku untuk jalan jongkok. Kesal dan marah sudah pasti.
Kurasakan dunia seolah rutuh dan sesak bagiku. Ini pesantern kilat atau model pengkaderan organisasi yang tak paham agama? . jika mau menghukum atau memberikan pembelajaran bukan begini caranya. Dendam membara ini terlanjur telah meyusup dalam nadiku. Aku sungguh memabencinya bahkan melihatnya pun aku sudah sangat benci,benci,benci. Sampai di lapanagn ku pandangi semua temanku. Seolah mereka melakukan suatu kesalahan besar dan seolah kami peserta yang selalu dalam keadaaan salah. Aku tak tau apa sebenarnya keinginan mereka. jika hari itu aku punya kebenranian aku akan bicara namun entah apa yang membungkamku hingga aku tak mampu untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
Jika aku dapat menarik pelangi , aku ingin membuat suasana pagi itu menjadi lebih indah. Seindah warna pelangi. Yang akan senatias hadir setelah hujan. Pagi yang sangat mencekam dan aku merasa ini lebih menyakitkan di bandingkan sakitku yang kusembunyikan 2 hari terakhir ini. Setelah aktivitas rutin pagi ini, agenda selanjutnya adalah forum di aula. Aku lupa akan materi apa yang di sampaikan pagi. Tak ada yang jauh lebih menarik bagiku selain sibuk mencari dan meminjam ATM ke sana ke mari.
 Dari sudut jendela aula ku temukan benda yang sangat tidak asing bagiku. Ku ambil dengan sangat gembira.  Alhamdulillah tempat pensil kesayanganku, ATM ,uang,dan HP ku masih ada dan semuanya masih lengkap. Ada sebuah benda yang sangat cantik. Aku bingung entah siapa pemilik benda ini. Dan aku lupa siapa teman yang telah menitipkan benda secantik ini. Setelah ku perhatikan pada gantungan itu terukir sebuah nama. Masyah Allah itu namaku ya terlukis dengan indah Anugrah . Aku seperti oarang yang paranoid aku tak tau apa yang mesti aku lakukan, ku cari lagi isi tas kecilku berharap ada sebuah pesan dari orang yang misterius itu. Dan ternyata aku bener aku menemukan kertas dengan tulisan yang aku kenal betul.
“ ini untuk adek. afwan de saya terlambat memberikannya. Ini sengaja kakak beli saat ada kegitan. Mohom di terimah dek“
“ syuqran kak “
          Alhamdulillah senangku bukan main. Aku merasa betul-betul di perhatikannya. Dia tak secuek dan sejutek yang ada di fikiranku. He is my hero. Ternyata bukan cuma itu. Dia juga mengisi daya betrey hp ku dan juga menyelipkan obat mag. Subahanallah semuanya membuatku sangat bahagia. Ich leibe dich immer.
          Waktu terus berjalan tanpa henti, begitu pula perasaanku. Aku tak perlu seorang laki-laki yang memberiku bunga setiap hati, namun cukuplah dia membuatku berbunga-bunga setiap hari. Aku sangat bahagia bersama dia. Setiap rasa syukur ini selalu ku selipkan doaku untuk dia. Dalam shalat-shalat malamku aku memohon kepada Rabbku semoga  dia adalah laki-laki yang pertama dan juga yang terakhir menyentuh hatiku dengan cinta. Sungguh ku rasakan kesempurnaan jiwa ini dalam nada rindu yang ku coba tepis dengan segala rasa maluku. Semakin ku tundukkan jiwaku memohon kepada Sang Pemilik segala Rasa dan Kasih sayang. Menitipkan mu pada DIA Rabb ku adalah pilihan yang terbaikku. Jika selama ini aku salah mohon kau bimbing aku.
          Masa pesantern kilat telah berlalu. Ku rasakan kesedihan  menyergap tubuhku. Aku masih ingin melakukan ini. Aku rindu suasana ini. Aku tak mau semuanya berakhir seperti ini. Aku masih mau belajar banyak hal di sini. Terbayang diriku yang mulai memakai busana muslim. Aku hanyut dalam sukaku yang terdalam. Bahkan sangat menyukainya. Ku coba berdiskusi dengan kak Fikri tentang niatku ini. Alhamdulillah dia merespon baik niatku. Ku utarakan semua keluh kesahku,semua kekahwatiranku dan juga kecemasan serta berbagai masalahku yang mungkin ada setelah ini.  Dia memahami semuanya dengan bijak.
          Pro dan kontra adalah pelangi dalam hidup. Aku tak dapat menampiknya. Dan aku percaya sangat sesusah untuk memulai seuatu kebaikan dan sangat susah pula untuk dapat mempertahankanya. Sebaris senyuman terindah mengingtkanku akan sebuah filisofi hidup yang kuat.
“Dek,bukan karena semua mudah maka kita menjadi bisa, namun karena kita bisa semua menjadi mudah“
Jika Tombak ketaqwaan itu telah ku tanam dalam relung hatiku. Maka pantang bagiku untuk mencabut tombak tersebut. Aku ingin menjadi wanita yang shaleha yang bisa menikmati indahnya surga. Aku yakin dan aku percaya Allah akan selalu memudahkan jalanku. Dengan bangga dan penuh haru ku lukis pena berjibab dalam jiwaku.
          Hari itu semakin ku bulatkan tekatku untuk belajar memakai busana muslim. Meskipun tidak serta merta menutup wajahku dengan cadar. Aku belajar memakai busan muslim menutup auratku bukan membungkus auratku. Ku pandangi berbagai celoteh dan pandangan sinis para tetanggaku.  Namun tekatku sudah bulat. Bergai celotehan itu tak ku perdulikan, toh bukan mereka juga nantinya yang akan menjawab pertanyaanku kelak, ketika para malikat menayaiku semasa hidupmu mengapa kau tak menutup auratmu? Apa yang aku jawab? Sebagai seorang anak apa aku tega membiarkan selahkah kaki bapakku berada di neraka ketika selangkah kaki keluar rumah tanpa menutup auratku. Tidak aku tidak mau.
          Jika ada yang berfikir “ aku belum siap “ lalu sampai kapan kamu akan siap?? Berhijab bukan untuk memberikan cap kamu telah baik, kamu telah siap. Berhijab adalah suatu kewajiban yang dapat menghindarkanmu dari kemaksiatan dan juga dari fitnah dunia yang kejam. Jika bukan sekarang kapan??? Apakah kita masih mempuyai kesempatan untuk bertaubat besok?? Aku sadar dan aku paham mungkin tak banyak yang dapat ku lakukan. Aku hanya memahami aku ingin menjadi muslimah yang taat.
          Jika kebahagian itu sedang memeluk jiwa, jangn biarkan iya larut dalam asahan hampa tak berhujung. Hidup ini indah bagaikan roda yang terus berputar, akan ada saatnya kita di atas dan aka nada saatnya kita di bawah. Jika hari ini Allah sedang memberikanmu ujian anggaplah itu sebagai wujud cinta kasihnya kepada engkau. Aku hampir lupa pola makanku yang tidak teratur harus serta merta menyeretku bertamu ke rumah sakit.  Sungguh tak pernah ada seseorang yang menginginkan ini. Aku pun tak dapat memungkiri semuanya. Melempar senyuman pada jiwa yang kian melapuk. Hati ini merasakan kerinduan kasih sayang padanya. Aku masih juga berharap akan kehadirannya. Setelah menunggu sekitar 3 jam sakit ini masih enggan juga untuk pergi.
Ku tatap wajah ayah dan ibu yang penuh khawtir itu. Ada rasa bersalah juga bersarang dalam hatiku. Berbagai obat telah aku konsumsi, mulai dari obat tradisional sampai obat generic namun sakitnya justru semakin parah. Tak mampu ku membendung rasa sakit yang menyergap tubuhku.   Dalam tangis ku terbangun sadar ku terbangun penuh Tanya.
          “Dimana aku bu?”
          “kamu di RS nak. Kamu sudah pingsan selam 3 jam, kamu sangat pucat. Ibu sangat khawatir dan akhirnya ibu membawamu ke sini”
          Mau tak mau dan ikhlas tak ikhlas pun harus aku terima keadaan ini. Jarum suntik telah bersarang dalam tubuhku. Aku pun tak tau kapn infus ini terpasang . waktu menunjukkan pukul 01.30 terlalu dini memang di tambah udara dingin yang begitu menusuk tulang-tulangku.  Kurasakan seolah awan ini pun ikut bersedih atas apa yang menimpaku. Entalah sedari tadi ku rasakan curah hujan yang memenuhi segala ruang asa ini .
          Ibarat cahayah dalam kegelapan. Kurasakan ada kebahagian dan kesembuhan bersemayam  dalam diriku. Kulihat dibalik sudut ruangan ada dia yang ternyata juga menghkwatirkan ku. Kata ibu 1 jam yang lalu sejak aku ada di rumah sakit, dia pun juga datang. Yang ku pahami 1 jam yang lalu itu adalah waktu di mana curah hujan pada saat itu benar-benar sudah tinggi di tambah hembusan angin yang begitu menusuk tulang-tulang. Sudah bisa di tebak apa ynag dia alami pada saat itu. Aku terteguh menatapnya. Seolah dia tak memperdulikan situas dan kondisi saat itu.  Dalam diam dia mengahampiriku.
          “gimana keadannya de?”
          “Alhamdulillah kak”
          “ Alhamudillah syukurlah dek lain kalli jangan lupa harus makan yang teratur ya”
          “Iya kak”
          Dari hasil pemeriksaan di peroleh bahwa ternyata penyakit lambungku semakin parah dan sudah masuk dalam  kategori mag akut. Untunglah Alllah  masih melindungiku. Selain itu ternyata aku juga menderita penyakit hipetansi. Penyakit akibat kurangnya hemoglobin darah dalam tubuh. Dan dokter menyarankan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan  dan minuman yang dapat meningkatkan Hb dalam darah. Jujur saja kurasakan dunia ini kian runtuh ketika dokter itu menyuruhku untuk mengkonsumsi susu. Aku bukannya benci atau tidak suka dengan susu namun aku hanya merasa aku tak bisa mengkonsumsi susu. Sikap tak sukaku ini ternyata dipalajari dan dipahaminya.
          “Ngak apa-apa ko de, susu itu enak dan menyehatkan. Lagian kakak juga suka ko’”
          “Afwan kak, bukannya aku tak suka susu aku hanya merasa seolah aku tak bisa mengkonsumsi susu”
          “Kakak paham itu de. Namun pen`yakit itu harus dilawan. Bukankah adek ingin melihat senyuman di wajah ibu dan bapak. Kalau adek sakit, bapak dan ibu pasti akan sangat khwatir. Kakak yakin ade pasti bisa”
          “insyah Allah akan saya usahkan kak”
Ku tau keyakina itu sampai sekarang belum bisa meresap dalam batinku. Namun tak ingin melukiskan kekecawaan untuknya. Masih sangat teriang dalam  benakku.
“Dek,bukan karena semua mudah maka kita menjadi bisa, namun karena kita bisa semua menjadi mudah“
Biarlah sang waktu yang bisa menjawab semua tanyaku. Ku bulatkan tekat dan keinginanku untuk bisa sembuh. Dalam lingkaran senyuman itu aku berhenti pada sebuah titik jenuh. Titik yang aku yakin akan kehakikiannya dan aku juga percaya akan semua tekat kuat yang benar-benar tertanam dalam hatiku. Kesejukan hembusan angin sore ini begitu meresap dalam tulang-tulangku. Aku yang masih terkulai lemah tak berdaya mencoba untuk meresapi setiap tetesan makna dari sisi hidupku.
Senyuman itu menyapaku. Aku sangat bahagia, sungguh sangat bahagia. Ku rasakan kesejukan kasih sayangnya mengalir lembut. Aku sangat mencintainya. Sungguh sangat,sangat menyanginya. Selama aku terbaring lemah dia begitu sangat perhatian. Ku rasakan semua kasih sayangnya tercurahkan penuh padaku. Dia selalu berada si sampingku. Dengan penuh kesabaran dan ketulusannya dia  menyuapiku, memperhatikan jadwal makan dan minum obatku dan tak lupa dia se meletakkan susu coklat di sampingku. Keiklasannya itu jua yang perlahan-perlahan mengikis rasa tidak suka ku pada susu. Awalnya aku ragu namun dia selalu mendukungku. Alhamdulillah aku sudah bisa mengkonsumsi susu meskipun baru sebatas susu cokelat.  Aku bahkan mulai menyukai susu.
Lagi dan lagi dia selalu untuk memperlakukan ku ibarat putrid raja. Dan wanita mana yang tak bahagia jika di perlakukan sedemikian istimewahnya. Alahmdulillah dalam penantian panjang kesembuhan dan kesehatan itu datang menyambutku. Setelah telah lama berkecamuk dengan obat-obatan dan rumah sakit akhirnya aku telah mampu untuk lepas dari belengguh ini. Tiada kata yang mampu ku urai selain kata syukur untukMU wahai sang pemilik jiwa dan pemilik segala kesembuhan. Dengan riang gembira adek menyambut kehadiranku dirumah. Aku sangat bahagia akhirnya aku telah mampu kembali ke rumah dan berkumpul lagi bersama keluarga.
Pagi adalah awal dari titipan rindu yang telah hadir bersama kesejukan udara dingin yang begitu menusuk tulang-tulang. Hari ini adalah hari pertama aku masuk ke sekolah. Rindu sekali rasanya hati ini untuk berjumpa dengan sahabat-sahabatku tercinta. Setelah sarapan dan pamit kepada bapak dan ibu, aku berangkat ke sekolah. kembali mengarungi lautan ilmu bersama dengan para sahabatku. Waktu istrahat itu pun tiba. Aku melemparkan pandanganku pada teras kelas XII IPA 3 berharap ku temukan malaikatku di sebarang sana. Dan betul saja aku menemukannya. Dia sangat gagah dengan pakaian putih abu-abunya khas anak SMA. Aku sangat merindukannya, sungguh-sungguh sangat merindukannya. 
Hari-hari bersamanya adalah hari indah dalam hidupku. Aku tak ingin melepaskan semua. Aku ingin dia menjadi yang pertama dan terakhir dalam hidupku menemani dan mengisi hari-hariku dengan cinta dan kasih sayangnya. Namun ternyata Allah mempunyai kehendak yang lain. Aku tak mampu untuk menolak dan menenpiskan semua kehendakNYA. 8 bulan bukanlah waktu yang  singkat namun mungkin sudah cukup bagi Allah. Kini granat hadir dalam kehidupan kami. Ku coba untuk menepiskan semua perih itu namun takdir berkata lain.
Ketika hidup ini adalah pilihan maka pilihan yang terbaik adalah mengikuti kata hati. Ku coba tetap tersenyum di hadapannya. Ku coba untuk tetap tegar di depannya. Aku tak ingin membuatnya sedih dan kecewa. Meski pada akhirnya semuanya harus berujung duka. Namun biarlah duka ini ku pendam sendiri. Cukuplah aku yang merasakan duka itu. Tak perlu kau tau dan tak perlu pula kau rasa.
 Aku sangat kecewa dengannya, sangat kecewa. Aku tak mampu menahan air mata dan perihku ini. Mengapa dia begitu tega mengkhianati semua kepercyaan yang selama aku tanamkan padanya. Melalui beberapa sahabatku aku mendapakan beberapa informasi bahwa ternyata selama ini ada wanita yang  juga menyimpan rasa padanya. Dan sebagai seorang wanita aku bisa memahami bahwa perasaan itu bukanlah hanya sebatas kakak dan adik. Mendengarkan berita itu hatiku sangat sakit, sangat sakit. Penat ku rasakan dunia yang fana ini. Dan ternyata wanita tersebut juga merupakan junior kami di SMA. Hubungan mereka yang katanya hanya sebatas kakak adik begitu sangat menyakitkan bagiku. Wanita mana yang tak sakit hati bila orang yang sangat disayaninya berbagi kasih dengan orang lain. 
Namun kekecewaan ini tak mampu untuk ku tolak.Awalnya aku tak percaya dengan apa yang  kini dikabarkan di telingaku. Namun bukti demi bukti itu mulai terkuak. Begitu sakit hati ini. Tak ada yang mampu ku ungkapkan padanya hanya sakit dan perih yang mampu kuuraikan Berkali-kali ku coba untuk menahan perih yang kini menyusup dalam batinku, namun perih ini terlanju terinfiltrasi dalam hatiku.
Sikapnya padaku pun sudah mulai berubah. Tak pernah lagi kulihat senyuman dan kata-kata lembutnya padaku. Dia orang lain bagiku dan aku  juga orang lain baginya. Seolah waktu pula akhirnya mengikis perasaannya padaku. Aku asing baginya. Hampir tak pernah lagi ku temukan kebahagian dalam dirinya.  Beberapa hari terakhir aku selalu  salah baginya.  Dan  aku tak tau apa yang haru aku lakukan.
Membela langit malam menyusup melalui dinginnya malam yang hakiki. Hidup bukanlah akhir dari sebuah kisah. Ku coba tersenyum dalam diam menahan perih. Dengan melalui beberapa pertimbangan aku akhirnya mengambil suatu jalan yang aku yakini ini adalah jalan yang terbaik untuk kami. Aku tak pernah menginginkan  ini bahkan  bermimpi pun aku tidak pernah mau berpisah dengannya. Namun ternyata takdir ini yanga harus berkata lain. Dengan berderai air mata aku mengirimkannya sms yng berisi pemutusan hubungan dan berharap kelak dia bisa bahagia dengan pilihan hatinya.
Setelah sms itu aku kirim dia tak pernah memberikan respon. Bertemu di sekolah pun aku tak pernah. Kecewa dan sakit hati ini terlalu dalam dan bahkan terlalu sulit untuk mengahapus duka yang telah ia lukis. Senyuman itu kini telah berubah menjadi tangis. Aku tak pernah lagi melihatnya berada di teras kelasnya. Aku sudah berusaha mencarinya namun tak pernah aku temukan batang hidungnya. Di mussallah pun aku jarang melihatnya entah di mana dia. Sorot mataku pun tak pernah lagi tertuju padanya.
Sudah hampir sebulan setelah sms itu aku kirim. Yang berarti telah sebulan lebih aku tak pernah lagi berkomunikasi dengannya. Telah sebulan lebih aku tak pernah lagi melihat senyuman dan aku mengetahui bagaimana keadaanya.  Yang artinya telah sebulan lebih juga  waktu mengikis duka dan luka ini. Kini semuanya telah hilang ditelan kerinduan.
Meski duka telah berlalu namun tak pernah sedikitpun rasa ini berubah unutuknya.  Aku tak pernah tau persis apa yang sebenarnya aku rasakan padanya. Yang aku pahami dia selalu sukses menggetarkan hatiku. 4 bulan sudah aku tak pernah beromunikasi dengannya. Kadang aku merindukannya namun dengan susah payah  rindu itu harus segera aku padamkan. Kau tak ingin menjadi duri dalam daging. Cukuplah aku jua yang meraskan rasa itu. Namun perasan ini tak pernah lagi berubah untuknya. Meski waktu yang kian hadir menitikan senyuman namun canda tawa takkan hadir lagi seindah dulu.
Waktu telah berlal dan menghantasrkan aku menuju tahun ajaran baru. Menduduki strata teratas sebagai siswa di SMA membuat girohku unutk menuntut ilmu menjadi semakin kuat dan sangat kuat. Aku seolah mempunyai semangat baru dalam jiwaku. Aku sangat bahagia mendapatkan dan menjelang kurnag lebih 1 tahun lagi waktu untuk ujian dan aku harus segara berbenah diri.
Geogarafi adalah matapelajaran yang paling asik dan sangat seru unutkku. Selain itu gurunya juga seru dan asik jadilah girohku untuk mempelajarinya semakin tinggi dan memuncak. Aku bermimpi kelak bisa menyemam indahnya bangku pendidikan dalam ruang lingkup geografi. Dan berhararap kelak bisa menjadi seorang “GEOGRAFER”. Ada suka ada juga duka. Begitu pula dalam mengarungi lautan ilmu ini. Matematika adalah salah satu pelajaran yang paling menakutkan untukku. Tentunya karena kapasitas otakku yang mungkn kurang memadai dalam hal ini.
“Huufff, susahnya” menghelah nafas panjang.
“Iya, gi mna nih, mana tugsnya banyak lagi”
“Gmmm,,aku ngk tau juga”
Sedikit gambaran dilema kami dalam menghadapi mata pelajaran ini. Telah lama ku coba untuk belajar namun hasutan syetan ini terlalu dahsyat untuk menggodaku.  Belum 5 menit aku membuka buku matematika namun rasa kantuk ini terlalu cepat menyebar hingga ke nadiku. Hingga singkat cerita aku di kenalkan oleh kakak sepupuku seorang laki-laki yang kebetulan  jurusan matematika di salah satu universitas. Darinya aku banyak belajar matematika.  Alhamdulillah beberapa materi dengan mudah ku pahami.
Dia sosok yang sangat menyenangkan, humoris dan rajin beribadah. Tabiat baiknya ini yang aku ketahui dari beberapa sahabtnya dan juga dari kakak sepupuku. Dan yang aku pahami sebagai seorang teman dia tipekal orang yang cukup baik di ajak dan di temani untuk bertukar fikiran.  Dan tidak terlalu susah bagiku untuk akrab dengannya. Aku sekarang memapunyai sahabat baru. Dengannya aku mulai terbuka dan dengannya aku tumpahkan semua keluh kesahku. Alhamdulillah aku merasa sudah  mulai lega.
Keakrapanku padanya terjalin dengan begitu manis. Dan aku rasa inilah saatnya aku bisa move on  dari kak Fikri. Aku hampir tak pernah lagi menginatnya dalam fikirku. Seolah fikiran ini sepenuhnya terhipnotis dengan  karisma yang di miliki kak fikri. Aku bahagia dengannya. Dia tak pernah membuatku sedih ataupun kecewa. Dan kurasakan aku jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Karisma yang di milikingya mampu membuatku tenggelam dalam lautan hayalku.
Tepat 7 januari 2012. Untuk ke dua kalinya ku labuhkan hatiku pada laki-laki yang menyentuh jiwaku. Dia motivator yang hebat dalam hidupku. Dan aku percaya dia malaikatku yang di kirim Allah untukku. Aku percaya padanya dan kulabuhkan semua pengharapanku ini pada Allah. Ku sandarkan imanku padaNYA.
Waktu terus bergulir tanpa henti. Alhamdulillah setelah melalui suka duka bangku SMA telah aku lalui dengan sahabat-sahabatku tercinta. Aku tau saatnya aku meraih mimpi dan cita-citaku meraungi lautan ilmu di bangku kuliah. Aku sangat bermimpi suatu hari nanti aku bisa masuk dalam barisan mulia, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Allah sangat menyayangiku. Jalan menuju suatu keseuksekan terbuka untukku. Allah memberikanku kesemptan mencicipi indahnya bangku kuliah di salah satu universitas negari pada jurusan yang sangat aku cintai “GEOGRAFI”. Masa oreintasi dan pengenalan lapang berjalan dengan harmonis dan penuh kesan untukku. Aku sangat senang bisa mempunyai keluarga baru di geografi. Kekompakkan dan kebersamaan melekat kental pada kami,dan aku bangga bisa menjadai begian dari keluarga ini.
Keyakinan membawaku pada sebuah pengharapan penuh. Dan kuserahkan semua cinta kasihku pada Allah sang Maha Cinta.  namun meski hubungan ini telah berjalan 1 tahun lebih namun entah mengapa sampai detik ini tak pernah kurasakan getaran rindu ini unutknya. Sikapnya yang terlalu posesif harus serta merta mengikis semua rasa sayang dan rindu ini untuknya. Dan bahkan di bawah 0,0063 mm ukuran sedimen cinta itu tak lagi ada untuknya. Tak jarang air mata bening ini harus jatuh dari sudut mataku. Kurasakan sakit ketika kasih sayang dan  perhatiannya terus mengalir untukku sedang rasa ini tak pernah ada lagi untuknya. Aku benci dan sangat benci padanya. Dan tak jarang kata-kata kasar harus keluar dari mulutku.  Seolah sudah menjadi kebisaan bagiku membentaknya dan menutup telponnya sesuka hatiku dan bila ada sedikit kata-katanya yang tak tak ku suka dengan  mudah aku marah dan aku lemparkan kata-kata yang tak seharusnya aku katakan. Dan tak sedikitpun aku punya keberanian untuk mengungkapkan semua rasa tak sukaku ini padanya. Dan ku biarkan hubungan ini berjalan  hampa tak rasa sayang. Aku benci semua caranya mencintaiku. Aku benci caranya cemburu pada semua sahabatku laki-laki. Aku benci.
“Bukan kamu kak yang harus memberikan perhatian itu untukku. Bukan kamu yang seharusnya ada di sampingku. Bukan kamu yang harusnya menyeka air mataku. Bukan kamu yang harusnya memdengarkan tawaku. Bukan kamu, bukan kamu. Hati ini menghibah pada cinta yang lain”
          Telah hampir 2 tahun aku tak pernah tau bagaimana keadaan kak fikri. Namun karisma dia dan semua luapan kasih sayangnya menari-nari di pelupuk mataku. Aku rindu padanya.  Rasa ini bahkan jauh lebih besar dari sebelumnya. Aku tak pernah tau apa yang membuat rasa ini hadir kembali. Terkadang aku cemburu bila mendengarkan keadaan dia dari para sahabatku.  Namun aku bahagia melihat dia seperti sekarang ini bisa meraih mimpi-mimpi dan harapan dia dulu. Aku bangga padanya. Ku selipkan semua doa terindahku pada sang Rabbku.
          “Terimah kasih ya Allah Engkau telah memberikanku kesempatan untuk mengenalnya. Terimah kasih engkau telah memberikanku hidahyahMU melalui perantara dia. Terimah kasih untuk semua kasih sayang dan rasa cinta yang dia tumbuhkan untuk senatiasa taat padaMU Rabb Ku. Dan izinkan semua rasa ini hadir untuknya. Ya Rabb palingkan dia pada wanita yang benar-benar terbaik untuknya. Wanita yang senatiasa taat kepadaMu dan padanya. Ya Rabb jaga dan lindungi dia dimana pun dan kapanpun dia berada. Limpahkan kasih sayangmu padaNya dalam ini indahnya dekapan iman dan islam kepadaMu. Jangn pernah buat dia sedih dan larut dalam kebahagian dunia yang fana ini. Berikan senantiasa kesehatan dan umur yang panjang untuknya. Jadikan dia imam yang bisa melindungi keluarganya berbakti kepada kepada kedua orang tuanya, dan juga dapat bermanfaat bagi sesamanya. Hilangkan rasa arogan dalam hatinya dan buat  dia senantiasa mendekatkan diri padaMu, berkeluh kesah dan bermunajat padaMU, jika ia adalah doa maka tawan hatiku dalam sangkar keimanan dalam jeruji kesetian,kesetian padanya yang telah Engkau  lukiskan namaku dan namanya di Lauhul Mahfuz. ”
Sebait doa untukmu, ku sisipkan di sela-sela shalat-shalat panjangku. Mengalahkan dingin malam menusuk tulang. Cinta adalah fitra sebuah anugrah tak terperih kerana cinta adalah kehidupan karena rasa itu adalah cahayah.   Jika kelak ia kembli hadir. Sudah pasti pilar itu kian kokoh,namun jika Allah mempunyai kehendak yang lain pilar itu akan belajar untuk tetap kokoh.
Jika di tanya sekrang bangaimana lagi perasaan ini maka dengan lantang aku akan menjawab
dari awal sampai skrng perasaan itu ndk ada yang berubah meskipun terkadang harus bergeser 0,5 inci, tapi mau mi di apa namay juga persaan ndk ada sanggup bendung. dan msekipun sering bergeres entahknapa seolah2 setiap pergeseran itu membuat perassan itu sempurnah”
Itu dulu hingga pada akhirnya ku sadari bahwa aku telah salah menitipkan hatiku padamu. Bahwa aku telah jauh melanggar hokum-hukum Allah. Dan 4 tahun bukanlah waktu yang singkat dan 4 tahun bukan pula kesalah dan kobodohan terkecil. Lalu Untuk apa??
  sadarkah kamu ada berbagai hak-hak Allah telah kau baikan. Ada hati yang seolah bangga untuk berzinah.  Membabi buta syariat yang secara jelas menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang wanita. lalu mengapa dengan penuh arogan kau mengabaikan segala aturan yang ada? Dengan bangga pula kau membuat aturan di atas aturan itu sendiri? Tak takutkah kamu akan azab Allah yang telah  dijanjikanNYA? “Walataqrabuzzina”.
lalu tak malukah kamu mengumbar semua rasa sukamu?  Akankah dia yang selama ini kamu puji dan puja itu kelak akan menjadi imam untukmu? Kalau bukan? Apa masih sanggup kau tatap wajah suamimu kelak? Sampai kapan kamu mengemis kasih padanya? Pada lelaki yang belum tentu dan mungkin tidak akan pernah menjadi mahrammu.?
Kau harus percaya bahwa Tak akan pernah ada tulang rusuk yang tertukar. Tak aka nada tulang rusuk yang salah. Apa yang kau takutkan? Apa yang membuatmu ragu unutuk bisa melabuhkan segala rasamu pada Allah Sang pemilik segala kasih sayang? Taukah kamu bahwa kasihNYA sungguh sangat indah. Bahwa bermunajat kepadaNYA di sepertiga malamNYA adalah rasa cinta yang tak ternilai nikmatnya.
Dan buang segala rasa yang sempat hadir bukan karena Allah. Karena sesungguhnya Allah telah memilihkan diantara laki-laki yang sangat terbaik untukmu. Imam yang akan senantiasa menuntunmu untuk selalu mencintainya. Untuk selalu melabuhkan hatimu padaNYA kerana rasa cintamu kepada Allah. sesungguhnya namamu dan namanya telah bersanding indah di lauhul mahfuz Allah. Maka tanamlah segala rasa cinta untuk Allah dan memupuknya dengn penuh keimanan 
THE END.___





Komentar