“JANGAN KUTUK AKU BUNDA"

      Mengusik jiwa yang kian menggoyahkan iman yang tak mampu ku tembus dengan akal sehatku. Menyerahkan separuh usia pada takdir yang membelenggu. Aku ingin juga hadir dan masuk dalam romansa itu tapi aku tak mampu tapi aku tak bisa hadir dalam drama yang menyiksaku. Telah sekian lama rasa ini ku pendam. Dan bahkan sampai saat ini aku tak pernah tau kemana arah yang sebenarrnya ini.
      kian perih dan sakit bercampur kecewa rasa yang mengusikku. Tak ada yang mampu aku lepaskan hanya jiwa yang kian rapuh. Namun entah rasa apa ini engkau tak pernah tau. Aku marah pada diriku. Aku muak dengan diriku. Tak pernah sedikitpun senyum kasih sayang itu engkau lemparan padaku. Dan jauh dari pandanganmu aku hanya sampah yang terkutuk tanpa makna yang hanya sedekar singgah melengkapi singgah sana ini. Andai pilihan itu datang padaku maka menjadi malaikatnya Adalah pilihan  yang terbaik. Dan andai saja kasih itu tulus dan tak pernah terbagi maka rasa ini tak mungkin akan hancur seperih in. aku yang salah aku yang bodoh, dan aku yang tak pernah tau untung. Itukan yang selalu engkau lemparkan padaku. Muak aku muak dengan driku sendiri, aku muak.
      Rasanya aku ingin juga mencicipi manisnya kasih sayang yang tulus menyapaku. Inginnya rasanya aku jua tertawa lepas bersama mentari dan memelukmu hangat. Namun entah aku masih jauh di dasar nadir dan engengkau terbang bebas di angkasa. Bukan luka dan perih yang hendak engkau tawarkan tapi tolong lihatlah di belakang kirimu masih ada yang selalu rindu akan belayan kasih sayangmu. Lihat masih ada sangat rindu sentuhan kasih sayangmu manajda mu padanya. Apa salah dia?? Hingga engkau begitu muak dan sangat membencinya?
Dia memang bodoh karena dia tak tau caranya mengungkapkan rasa sayangnya padamu. Dan dia bukannya tak sayang padamu dia hanya takut malaikat kecilmu jua merasakan kriris kasih saynag seperti yang ia kini genggam darimu.
       Dan kupahami sikapnya yang terlalu sensitif bukan karena dia kasar padamu dia ingin kamu lebih memberinya perhatian seperti selaknya kasih sayang seorang ibu pada anak yang sangat ia harapkan kehadirannya. Di belai dengan penuh kasih sayang dan kelembutan dan harus ku pahami akan kasih yang tak selamanya harus engengkau genggam darimu. Kehangatan yang memang tak akan pernah akan aku dapat darimu. Apa ini kutukanmu untukku bunda? Aku juga butuh kamu, aku juga anak kamu, aku juga lahir dari rahimmu kan? Namun mengapa engengkau sangat membenciku bahkan engengkau sangat muak denganku? Apa yang salah dengan diriku? Setega ini kah engengkau mengutuk diriku ini. Semurkah ini kah engengkau padaku?
       “ kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa” nyanyian yang hanya akan ada dalam dongen-dongen kisah para putri raja.  Aku memang tak seperti yang engkau harapkan dan bahkan jauh dari kata itu. Seperi hidup dalam kesendirian dan bersembunyi di balik ganasnya sorotan kameran kehidupan. Dan kaki yang tak mampu juga berlari dari terkaman kehidupan ini. Aku bukan yang engkau harapakan aku juga bukan yang engkau inginkan. Inikan kutukan yang selama ini engkau berikan padaku hingga aku tak pernah sedikitpun engkau harapkan kehadirnnanya. Selalu salah. Jangan heran bunda anakmu memang bodoh ia tak pernah bisa mengerti dengan apa yang engengkau mau, ia tak pernah tau apa yang engkau inginkan. Karena engkau pun tak pernah iklas dan sabar memberinya membimbingnya. Karena engkau pun tak pernah memberinya arahana.
        Dia hanya menebak apa yang kamu inginkan. Dan ketika itu tebakan ia salah. engkau tak pernah mau menganggapnya, dia sangat hina bagimu hingga engengkau tak pernah sudi memeluknya. Dia tak pernah punya kekuatan unutuk membencimu. Dia tak pernah punya itu. Dia mau engkau juga memngaggapnya sama dengan anakmu yang lain yang selalu engkau sayang, yang selalu engengkau manja dan tak pernah engkau lontarkan kata-kata kasar.
       Dia bukan robot yang tak butuh kasih sayang. Hatinya sangat sensitif. Dia mau memelukmu sekali saja. Dia mau engengkau juga menggapanya ada, dia mau engengkau juga menggapnya hadir di dunia ini. Di sangat lemah dan bahkan air matanya terlalu dangkal. Dia sakit, dia lemah, dia sedih dan dia rindu padamu. engengkau tak pernah tau itu kan dan bahkan engkau tak mau tau itu kan. Dia asing bagimu, tapi engengkau tak pernah asing baginya. engengkaulah bidadari surganya bahkan engengkau tak perlu tau betapa dalamnya dan rindunya dia padamu saat ini. Saat diaman engengkau tak pernah memebrnya setetes kasih sayang di saat dia sekarat. Dan bahkan engkau pun tak pernah mau tau seincipun dari dia. Apa dia baik-baik saja.
      Tidak aku tak pernah berharap engkau memelukku, aku tak berharap lagi engengkau mau membelai rambutku, aku tak pernah berharap lagi engengkau memberiku ucapan ualang tahun. Aku iri pada malaikat kecilmu engengkau sellau perduli padanya bahkan dia helai rambutnya engengkau tau persis. Saat dia sakit engkau sangat khawatir, engkau bahakan sangat rela melakukan apa saja demi dia. Membuatkan nasi tumpeng di hari ualang tahunnya dan selelu memperhatian tiap inci pakaian. Aku juga mau di perhatikan, aku juga merasakan kasih sayang itu, aku juga mau menjadi yang spesial dan yang utama engkau perhatikan. Dan malang dalam tangisan itu aku masih berharap. Lau tak punya siapa-siapa lagi. Aku di tadrikan hanya punya  satu ibu saja. Kemana lagi aku kan mengemis kasih sayang jika bukan padamu, kemana aku lampiaskan segala perih ini dan menurunkan segala beban hidup yang rasanya tak sanggup aku pikul sendiri.
       Dan arah yang melintang tak pernah mampu menentang garis yang telah terlukis indah. Bukankah kudrat itu pada dasarynya telah tertanamkan.Sedih dan kecewa itu hal yang biasa. Tak apalah asalkan ini tak membuatmu terlalu dan menambahkan kebencianmu padamu. Aku baik saja jika engengkau menandangku sbelah mata.danaku juga masih baik-baik saja bila engengkau.mau membuangku sekarang. Pada dasarnya aku juga sudah kebal dengan semua ini. Bahkan aku masih bisa tersenyum dalam kondisi ini.
       Ini jalur yang telah aku pilih. Aku yang selalu menjadi beban buatmu dan itu yang selalu akan engkau tanamkan sampai engkau telah bosan di dunia ini. Aku tak pernah lagi berharap akan setetes kasih itu. Aku juga sudah kebal dengan semuanya. Kamu mau memberiku kasih itu atau tak perduli sama sekli aku tak perduli lagi. Aku sudah muak dengan semua ini dan bahkan aku sangat membenci diriku sendiri. Aku iri pada merpati meskipun terbang mereka jauh dan nayawa mereka taruhannya aku masih tetap iri mereka masih punya ibu yang sellau melindungi mereka, menghangatkan mereka dikala mereka kedinginan, mereka punya ibu yang sabar membimbing mereka dengan penuh cinta dan kasih sayangya. Sedangkan aku bak aktor yang terlahir dalam drama hidup dalam keluarga yang utuh tapi haus akan kasih sayang. Tersenyum dalam batin yang teramat perih dan meronta membalut sepi yang kian mengusik dan terbangkap dalam jiwa yang tak akan dan tak pernah sembuh dari luka di dasar nadir.
       Mengemis kasih itu tak mampu lagi aku lakukan. Apaun yang engkau lakukan tak pernah akan aku tuntut lagi. Aku tak mau lagi berharap banyak lagi darimu aku tak mau membuatmu kecewa. Aku hanya orang tak tau malu, pengemis yang sellau menangisi kasih sayangmu. Dan pastinya tak mampu lagi hadir dalm bingkai dunia yang kejam mencekam ini. 
       Cukuplah paruh waktu ini untuk mampu melukiskan segala keindahan bumi yang terlena ini. Aku juga bukan siap-siapa. Hanya pengemis tanpa harga diri yang terus mengais bekas kasih sayangmu. Biarkan hujan itu menghapus segala panas yang kian mengisyarataklan kekeringan panjang ini.  Dan selamat untuk sebuah kisah yang tak sempat tertera secera jelas dalam balutan kasih yang tak sempurnah.

Komentar