A.
Latar
Belakang Pembelajaran Tematik
Berdasarkan paduan KTSP, pengelolaan kegiatan
pembelajaran pada kelas awal Sekolah Dasar dalam mata pelajaran dan kegiatan
belajar pembiasan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tematik dan
diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah/ madrasah. Dengan demikian, kegiatan
menganalisis kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator tidak perlu dilakukan secara tersendiri karena dapat
dilaksanakan berbarengan dengan penentuan jaringan tema. Tema-tema
yang
bisa dikembangkan di kelas awal sekolah Dasar mengacu kepada
prinsip-prinsip.sebagai
berikut:
1. Pengalaman
mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan
dikembangkan.
2. Dimulai
dari lingkungan yang terdekar dengan anak (expanding community approach).
3. Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang
sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang kongkret
menuju yang abstrak.
KTSP merupakan kurikurum operasional
yang berbasis kompetensi sebagai hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian yang
mendalam dari kurikulum yang telah
berlaku beserta pelaksanaannya. Dengan kurikulum ini diharapkan dapat membantu
mempersiapkan peserta didik menghadapi
tantangan-tantangan di masa depan. Kompetensi-kompetensi yang dikembangkan
dalam KTSP diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup
daram kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian,
dan kerumitan- kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini ditujukan untuk
menciptakan lulusan yang kompeten dan cerdas dalam membangun inregriras sosial,
serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
Dalam implementasi KTSP, telah dilakukan
berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan
dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pembelajaran. Sebagai
salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum itu, yaitu
dengan dimunculkannya berbagai model implementasi kurikulum. Model pembelajaran
tematik merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan pada
tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar. Model pembelajaran tematik pada
hakikatnya merupakan suatu sistem pembela jaran yang memungkinkan siswa baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksprorasi, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik dan
berkesinambungan.
B.
Tahap
Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar
Tahap perkembangan tingkah laku belajar
siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan
karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan
lingkungannya. Menurut piaget (1950) setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif).
Menurut Piaget, Setiap anak memiliki
struktur kognitif yang disebut schemato., yaitu sistem konsep yang ada dalam
pikiran sebagai hasil pemaharnan terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi, yaitu
menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan
akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk
menafsirkan objek yang dilihatnya. Kedua proses tersebut jika berlangsung
terus-menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi
seimbang. Dengan cara seperti itu anak secara bertahap dapat membangun
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya.
Piaget membagi perkembangan berpikir
anak ke dalam tahap-tahap sebagai berikut: usia 0-2 tahun (sensorimotor),2-7
tahun (praoperasional), 7-11 tahun (operasi konkret), dan usia 11 tahun lebih
(operasi formal). Pada setiap tahapan tersebut menunjukkan perilaku yang unik,
dimanis dan menjadi ciri psikologis dari perilaku belajar pada rentang usia
tersebut.
Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11
tahun) berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia ini tingkah laku
anak yang tampak yaitu: (1) anak mulai memandang dunia secara objektif,
bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang
unsur unsur secara serentak, (2) anak mulai berpikir secara operasional, (3)
anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda, (4) anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan
aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab
akibat, dan (5) anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas,
tinggi, rendah, ringan, dan berat.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah
Dasar memiliki tiga ciri, yaitu: konkret, integratil dan hierarkis. Konkret
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yangdapat
dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas
bagi anak usia sekolah dasar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses
dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih
nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Hampir semua tema/ topik pembelajaran
dapar dipelajari dari lingkungan. Integratif berarti memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan dan terpadu. Anak usia sekorah dasar belum
mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berpikir deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Dengan demikian,
keterpaduan konsep tidak dipilah-pilah daram berbagai disiplin ilmu, tetapi
dikait-kaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna Hierakis adalah berkembang
secara bertahap mulai dari tal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Dengan demikian, perlu diperhatikan urutan logis, keterkaitan antar
materi pelajaran, dan cakupan keluasan materi pelajaran.
C.
Belajar
dan Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)
Menurut Jackson (1991) belajar merupakan
proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan
pembelajaran rnerupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata
lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belalar peserta didik.
Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan kontekstual, artinya proses
belajar rersebut terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan
lingkungannya. proses belajar merupakan indikator berhasil tidaknya pembelajaran.
Belajar bermakna (meaningfuil learning)
pada dasarnya merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam strukrur kognitif seseorang.
Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh
terjadinya hubungan substantif antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi
atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur
kognitif siswa. Baik dalam bentuk hubungan-hubungan yang bersifat derivatif,
elaboratif, korelatif, supportif, maupun yang bersifat hubungan - hubungan
kualifikatif arau representasiona. proses belajar tidak sekedar menghafal
konsep-konsep atau fakta belaka (root learning), berusaha menghubungkan
konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep
yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Dengan demikian, agar terjadi belajar
bermakna, maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep
yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep
konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Bila tidak
dilakukan usaha untuk memadukan pengetahuan baru dengan konsep konsep relevan
yang sudah ada dalam strukrur kognitif siswa, maka pengetahuan baru tersebut
cenderung akan dipelajari secara hafalan.
Jaringan tema yang dirancang dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan alat
yang dapat digunakan untuk mengetahui keterkaitan isi antar satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, penggunaan jaringan
tema tersebut merupakan jalan pembuka yang menghasilkan upaya terjadinya
belajar bermakna. Kompetensi dasar dan materi yang luas dan tersebar pada
masing-masing mata pelajaran dapat mengakibatkan pemahaman yang parsial dan
tidak terintegrasi, padahal memiliki jalinan konsep yang saling mendukung.
Penerapan pembelajaran tematik dapat
memberikan keterhubungan Antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar siswa.
Penyajian materi tidak didasarkan pada kait berkaitnya konsep akan mengakibatkan
pemahaman yang sukar, parsial, dan tidak mendasar. Dengan penerapan
pembelajaran tematik akan membantu para siswa membangun kebermaknaan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat. Kaitan antarsatu
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
bagi siswa merupakan hal yang penting dalam belajar, sehingga apa yang
dipelajari oleh siswa akan Iebih
bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami, diolah serta digunakan
untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.
Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang.
D.
Pengertian
pembelajaran Tematik
pembelajaran.tematik merupakan salah
satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan
suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun
kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip- prinsip keilmuan
secara holistic , bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada
praktik pemberajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.
pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/
hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual
anak. Teori pembelajaran ini dimotori
para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk piaget yang menekan bahwa pembelajaran
itu haruslah bermakna dan beroiienrasi kebutuhan dan perkembangan anak.
pendekatan pembelajaran terp lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
model pembelajaran tematik adalah model
pemberajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan bebera
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa., Dikatakan
bermakna karena dalam pemberajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalarnan langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik
terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi
pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan
pembelajaran tematik ini bertolak dari suaru tema yang dipilih dan dikembangkan
oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata
pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya
untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga
keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
dengan adanya tema ini akan memberikan
banyak keuntungan, di antaranya: 1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu
tema tertentu, 2) siswa dapat memperajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3)
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi
dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan rnata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi siswa; 5) siswa dapat lebih merasakan manfaat dan
makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) siswa
dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengernbangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata
pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkaan sekaligus dan
diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
E.
Landasan Pembelajaran Tematik
Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran
tematik di Sekolah Dasar, seorang guru harus mempertimbangkan banyak faktor.
Selain karena pembelajaran itu pada dasarnya merupakan implementasi dari
kurikulum yang berlaku, juga selalu membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan
didasarkan atas hasil-hasil pemikiran yang mendalam. Pembelajaran tematik
memiliki posisi dan potensi yang sangat strategis dalam keberhasilan proses
pendidikan di sekolah dasar. Dengan posisi seperti itu, maka dalam pembelajaran
tematik dibutuhkan berbagai landasan yang kokoh dan kuat serta harus
diperhatikan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai
proses dan hasilnya. Landasan- landasan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar
meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis
Secara
filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat berikut: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan
(3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural), dan memerhatikan pengalaman siswa
Dalam proses belajar, siswa dihadapkan
pada permasalahan yang menuntut pemecahan. Untuk memecahkan masalah tersebut,
siswa harus memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang
telah dimilikinya. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa
(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, isi atau materi
pembelajaran perlu dihubungkan dengan pengalaman siswa secara langsung. Menurut
aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena;
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah
jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa
yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya
potensinya, dan morivasi yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga
memiliki kekhasan,implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran
yaitu: (a) layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat
individual, (b) pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa
yang cepat, (c) penyikapan terhadap hal-hal yang unik dari diri siswa, baik
yang menyangkut faktor personal/ individual maupun yang menyangkut faktor
lingkungan sosial/ kemasyarakatan
Landasan
psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkem, bangan
peserta didik dan psikologi belajar. psikologi perkembangan. diperlukan
terutama dalam menentukan isi/ materi pembelajaran tematik, yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya' sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi/ materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa
dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik
diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik,
mental ,intelektual, moral maupun sosial.
Landasan
yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan
yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Dalam UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). Dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap
peserta didik. pada setiap satuan pendidikan
berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat,
dan
kemampuannya
(Bab
V
pasal
1-b).
selain ketiga landasan di atas,
dalam
pelaksanaan pembelajaran tematis perlu
juga
dipertimbangkan landasan sosial-budaya dan
perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi,
dan
seni
(IPTEKS).
pembelajaran selalu mengandung nilai yang harus
sesuai
dengan
nilai yang
berlaku
dalam
masyarakat.
Di
sarnping
itu,
keberhasilan
proses pembelajaran
dipengaruhi
juga
oleh
lingkungan.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik
dan
kekayaan budayanya,
harus menjadi dasar dan acuan untuk mencapai
keberhasilan
pembelajaran tematik. Landasan IPTEK diperlukan
dalam
pengembangan
pembelajaran
tematik
sebagai
upaya
menyelaraskan
materi
pembelajaran dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi
dalam
dunia
IPTEK, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
F.
Pentingnya Pembelajaran Tematik Untuk Murid Sekolah
Dasar
Model pernbelajaran tematik lebih
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna,
autentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru
sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual proses pembelajaran lebih efektif.
Kaitan konseptual antarmata pelajaran yarrg dipelajari akan membentuk skema, sehingga
siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Pentingnya
pembelajaran tematik diterapkan di Sekolah Dasar karena pada umumnya siswa pada
tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik),
perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental,
sosial, dan emosional.
Apabila dibandingkan dengan pembelajaran
konvensionai, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) kegiatan- kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3)
kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil
belajar dapar bertahan lebih lama; 4) membantu mengembangkan keterampilan
berpikir siswa 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) mengembangkan
keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain
Selain adanya keunggulan-keunggulan
tersebut diatas, pembelajaran tematik sangat penting diterapkan di Sekolah
Dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat, di antaranya: 1) dengan
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran
akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan, dihilangkan,
2) siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/ materi
pembelalaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3)
pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman
belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses
dan materi yang lebih terpadu juga, 4) memberikan penerapan-penerapan dari
dunia nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer
of rearning), 5) dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran, maka penguasaan
materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat
G.
Karasteritik Model Pembelajaran Tematik
sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah
Dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karekteristik sebagai
berikut:
1. Berpusat
pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa
(student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih
banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kemudahan pada siswa
untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan
pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan
pengaraman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung
ini, siswa dihadapkan pada sesuaru yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan
antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan
pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan
konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal
ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah- masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat
fleksibel
pembelajaran tematik bersifat luwes
(fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran
dengan mata pelaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa
dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
H.
Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik
Dalam pelaksanaan pembeiajaran tematik
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
1.
Tidak semua mata pelajaran harus
dipadukan.
2.
Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi
dasar lintas semester.
3.
Kompetensi dasar yang tidak dapat
dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak
diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
4.
kompetensi dasar yang tidak tercakup
pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun
disajikan secara tersendiri
5.
Kegiatan pembelajaran ditekankan pada
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6.
Tema- tema yang dipilih disesuaikan
dengan karakteristik siswa, minat, iingkungan, dan daerah setempat.
I.
Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup
pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata peiajaran pada kelas I,
II, dan III sekolah Dasar, yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa
Indonesia, Matematika, IImu Pengetahuan alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Irmu
pengetahuan sosial, seni Budaya dan Kererampilan, serta pendidikan Jasmani,
olahraga dan kesehatan
J.
Implementasi Pembelajaran Tematik
keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran
tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat,
kebutuhan, dan kemampuan). standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus
dikuasai siswa sudah tertulis dalam Kurikulum Tingkat satuan pendidikan pada
setiap rnata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Berkenaan dengan
perencanaan pembelajaran tematik, hal pertama yang harus mendapat perhatian
guru di sekoiah Dasar, yaitu kejelian dalam mengidentifikasi SK/ KD dan
menetapkan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan Guru harus
memahami betul kandungan isi dari masing- masing komperensi dasar dan indikator
tersebut sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Penerapan sistem guru kelas di
sekolah Dasar, di mana guru memiliki pengalaman mengajarkan seluruh mata
pelajaran, guru bisa lebih cepat melihat keterhubungan kompetensi dasar dan
indikator antarmata pelajaran.
Dalarn
merancang pernbelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukan dengan dua
cara.
Pertama,
dimulai dengan menetapkan teriebih dahulu tema-tema tertentu yang akan
diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar
pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema
tersebut. Tema-tema ditetapkan dengan memerhatikan lingkungan yang terdekat
dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang
sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju ke hal yang
abstrak. Cara ini biasanya dilakukan untuk kelas-kelas awal sekolah (kelas I
dan II). Contoh tema yang bisa dikembangkan, misalnya diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, pekerjaan, tumbuhan,
hewan, alam sekitar, dan sebagainya.
Kedua,
dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran
yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu. Dengan
demikian, tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempeiajari
kompetensi dasar dan indicator yang terdapat dalam masing-masing mata
pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi
pelajaran pada salah satu mata
pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada
beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan Cara ini dilakukan untuk jenjang
Sekolah Dasar kelas III s.d VI
Alur
atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1.
Menetapkan
Mata Felajaran yang akan Dipadukan
Tahap
ini sebaiknya dilakukan setelah rnembuat pemetaan kompetensi dasar secara menyeluruh
pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya
terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya. Pada saat menetapkan beberapa
mata pelajaran yang akan dipadukan
sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasionai yang berkaitan dengan
pencapaian komperensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
2.
Mempelajari
I(ompetensi Dasar dan Indikator dari Mata Pelajaran yang akan Dipadukan
Pada
tahap ini dilakukan Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada
jenjang dan kelas yang sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan
untuk diajarkan dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu. Sebelumnya
perlu ditetapkan terlebih dahulu aspek- aspek dari setiap mata pelajaran yang
dapat dipadukan. Perhatikan table 9.1. pada halaman berikut.
TABEL
9.1
Contoh Kompetensi Dasar dan lndikator dari Mata Dipadukan Pelajaran yang akan
Berdasarkan
pemetaan aspek daram setiap mata perajaran sebagaimana yang tercetak tebai dan
diarsir di atas, maka selanjutnya dapat ditetapkan kompetensi dasar dan
indikator dari setiap mata perajaran sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
TABEL 9.2 Contoh Kompetensi Dasar dan
rndikator dari Mata perajaran yang Terah Dipadukan
3.
Memilih
dan Menetapkan Tema/ Topik pemersatu
Tahap
berikutnya, yaitu memilih dan menerapkan tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompcrensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan
dipadukan pada kelas dan semester yang sama Dalam memilih dan menetapkan tema
terdapat beberapat beberapa hall yang perlu pertimbangan, di antararanya: a)
rema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, b) ruang lingkup tema
disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya, dan penerapan tema dimuiai dari lingkungan yang terdekat dan
dikenali oleh siswa. Tema-tema pemersatu yang akan dibahas dalam pembelajaran
tematik bias ditetapkan sendiri oleh guru dan/ atau bersama siswa berdasarkan
pertimbangan- pertimbangan tersebut. Contoh tema, :
Dalam silabus pembelajaran.
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a. Tema
atau judul yang akan dipelajari dalam pembelajara.
b. Identitas
mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
c. Kompetensi
dasar dan indicator yang hendak dicapai
d. Materi
pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indicator.
e. Strategi
pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dialakukan siswa
dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk
menguasai kompetensi dasar dan indicator)
f.
Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar
pencapaian kompetensi dasar , serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
g. Penilaian
dan tindak lanjut (prosedur dan instrument yang akan digunakan untuk menilai
pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian)
Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik sebaiknya disusun dalam bentuk atau format naratif.
Contoh format dan pedoman penyusunan rencana pembelajaran tematik dapat dilihat
pada uraian berikut.
FORMAT
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
Tema : ……………………………………………………………………………………………………………
Mata
Pelajaran :
1. ……………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………….
3.
……………………………………………………………………….
Kerlas /
Semester : ……………………………………………………………………………………………………………
Alikasi
Waktu : ……………………………………………………………………………………………………………
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
TEMATIK
1) Kompetensi
dasar
Tuliskan kompetesi
dasar yang dapatdipadukan mata pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan
pembelajaran tematik. Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.
2) Indicator
Tuliskan indicator
yang anda kembangkan dari kompetensi dasar di atas dari beberapa mata pelajaran
yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik
3) Tujuan
pembelajaran
Tuliskan tujuan
pembelajaran yang anda jabarkan dari kompetensi dasar di atas yang mengandung
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. (domain tersebut bersifat fleksibel
tergantung dari tema yang ditetapkan)
4) Materi
pokok
Tuliskan
pokok-pokok materi (beserta uraian singkat) yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan.
5) Metode
yang digunakan
Tuliskan metode
yang digunakan dalam pembelajaran tematik.penetapan metode boleh lebih dari
satu, misalnya : ceramah bervariasi, Tanya jawab, diskusi, pembelajaran
kooperatif pemecahan masalah dan sebagainya.
6) Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Tuliskanlah
langakah-langkah kegiatan pembelajaran berupa alur kegiatan pembelajaran secara
konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup
kegiatan tatap muka dan pengalaman belajar.
a.
Kegiatan pendahuluan(±25 menit)
Kegiatan awal atau pendahuluan(introduction) pada
dasarnya merupakan kegiatan pembuka yang harus ditempuh guru dan siswa pada
setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsinya terutama memberikan
motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif yang memungkinkan
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.Efisiensi waktu dalam
kegiatan awal ini perlu diperhatikan , karena waktu yang tersedia relative
singkat berkisar antara 10-30 menit. Dengan waktu relative singkat tersebut
diharapkan guru dapatmenciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik,sehingga
dalam kegiatan inti pembelajaran siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran
dengan seksama.
Kegiatan
yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini dianataranya, yaitu :
1.
Melakukan apersepsi,yaitu mengaitkan materi yang
telah diberikan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga pemahaman siswa
menjadi utuh
2.
Menginformasikan tujuan atau kompetensi yang
akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dilakukan agar siswa
mengetahui arah dan capaian yang akan diperoleh dalam kegiatan yang akan
dilakukannya
3.
Melakukan pretest atau kuis, yaitu untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari,
penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara : mengecek atau
memeriksa kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness),
menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar
siswa, dan membangkitkan perhatian siswa.
b.
Kegiatan inti (sesuai dengan alokasi waktu yang
ditetapkan)
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran
harus dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenagkan , menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarasa , kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat , minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik
melalui proses eksplorasi, eloborasi dan konfirmasi.
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran tematik yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar
siswa (learning experiences). pengalaman belajar tersebut busa dalam bentuk
kegiaan tatap muka dan non –tatap
muka.Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara
guru dengan siswa, sedangkan pengalaman belajar non tatap muka dimaksudkan
sebagai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber
belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik bersifat
situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana
poses pembelahjaran itu berlansung terdapat beberapa kegiata yang dapat
dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik. Kegiatan paling awal yang
perlu dilakukan guru adalah memberiyahukan tentang tema yang akan di bahas dan
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa besrta garis- garis besar materi
atau bahan pembelajaran yang akan di pelajari. Hal imi perlu dilakukan agar
sisiwa mengetahui semenjak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan di
perolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk
memberitahukan kompetensi tersebut kepada sisiwa bisa dilakukan dengan cara
tertulis atau lisan atau keduaduanya, guru menuliskan kompetensi tersebut di
papan tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya
kompetensi tersebut di kuasai siswa.
Kegiatan
lainya di awal kegiatan init pembelajaran,yaitu menjelaskan alternatif kegiatan
belajar yang dialami siswa. Dalam tahapan ni guru perlu menyaampaikan kepada
siswa tentang kegiatan kegiatan belajar yang harus di tempuh siswa dalam
mempelajai tema, topik, atau materi pembelajaran. Kegiatan belajar yang
ditempuh sisiwa dalam pembelajaran tematik lebi di utamakan pada terjadinya
proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada
aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang
memberikan kemudahan kemudahn kepada siswa untuk belajar. Siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan sendiri apa yang di pelajarinya, ssehinga prinsip-prinsip
belajar dalam teori konstruktivisme dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi embelajaran tematik
harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan
pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep-konsep
dari mata pelajaran lainnya.dalam hal ini , guru harus berupaya menyajikan
bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong siswa
ada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran tematik bisa
dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil,
dan perorangan
c.
Kegiatan penutup(±25 menit)
Kegiatan akhir dala pembelajaran tematik tidak hanya
diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran tetapi juga sebagai kegiatan
penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak
lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses san hasil belajar siswa. Waktu
yang tersedia untuk kegiatan ini relative sigkat, oleh karena itu, guru perlu
mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir
dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu diantaranya :
1.
Siswa menyimpulkan KBM dibawah arahan guru
2.
Melakukan post test atau penilaian akhir
3.
Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran
melalui kegiatan pemberian tugas atau
latihan yang harus dikerjakan di rumah
4.
Menjelaskn kembali bahan pmbelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa
5.
Menginformasikan topic atau tema yang akan
dibahas pada pertemuan yang akan datang, dan
6.
Menutup kegiatan pembelajaran
7) Alat,
Media dan Sumber
Tuliskan berbagai
alat,media, dan sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang
sesuai untuk pencapaian komoetensi dasar dan indicator. Gunakan cara penulisan
yang sudah baku, tulisan juga bagian/bab dan halamannya.
8) Penilaian
hasil belajar
Tuliskan jenis,
bentuk , dan alat tes yang digunakan untuk menilai pencapaian proses dan hasil
belajar siswa , serta tindak lanjut hasil penilaian (kalau diperlukan), seperti
remedial, pengayaa, atau percepatan. Sesuaikan dengan tekik penilaian berbssi
kelas, seperti penilaian portofolio, hasil karya(product), penugasan(project),
kinerja(performance), dan tes tertulis (written test). Dan tidak lupa
mencantumkan kunci jawaban dari soal yang teah dibuat.
7.
Pengelolaan kelas
a.
Pangaturan tempat belajar
Tempat belajar seperti ruang kelas dan ruangan lainnya seperti
laboratorium workshop/bengkel kerja, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik perlu ditata dan di atur sedemikian rupa agar dapat
manumbuhkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Jika memungkinkan, di sediakan tempaat khusus sebagai ruang
display untuk memamerkan atau memajangkan hasil pekerjaan siswa. Maksudnya agar
siswa termotifasi untuk bekerja lebih giat lagi dan menumbuhkan inspirasi bagi
siswa lainnya. Hasil kerja yang dipajangkan dapat merupakan hasil kerja
perorangan maupun kelompok kecil seperti gambar, diagram, peta, model, benda
tiruan, puisi, karangan/cerita pendek,dsb. Jika tidak memungkinkan di simpan di
ruang khusus, ruang kelaspun bisa dijadikan tmpat untuk memajangkan hasil kerja
siswa, namun perlu ditata dan diatur serta diperhatikan aspek keindahan, kebersihan,
kenyamanan, dan tidak mengganggu konsentrasi siswa saat belajar. Perlu juga
diatur mengenaiberapa lama hasil kerja siswa tersebut di pajangkan.
Pengaturan tempat belajar di kelas meliputi pengaturan meja, kursi,
lemari, perabotan kelas, alat, media, atau sumber belajar lainnya yang ad di
kelas. Untuk pelaksanaan pembelajaran tematik, pengaturan ruang kelas harus
fleksibel atau mudah diubah-ubah oleh siswa di sesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang
akan di gunakan. Kadang-kadang bisa bentuk berjajar, atau berkelompok. Untuk
meningkakan intensitas interaksi belajar antar siswa, disarankan ruang kelas
tidak dalam betuk berjajar atau berbaris
b.
Pengaturan siswa
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
tematik yang didasarkan atas pengaturan siswa dapat dilakukan secara klasikal
(kelompok besar), kelompok kecil, dan perorangan. Kegiatan pembelajaran
klasikal dapat di gunakan apabila lebih banyak bentuk penyajian bahan
pembelajaran dari guru, terutama ditujukan untuk memberikan informasi yang
lebih bersifat informatif dan faktual tentang suatu tema yang di bahas atau
sebagai pengantar proses pembelajaran tematik. Dalam proses belajarnya, siswa
lebih banyak mendengarkan atau bertanya tentang bahan pelajaran yang tersaji dalam satu tema. Dari segi proses
pembelajaran klasikal ini dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak dan
melatih kemampuan bertanya tujuan pengaturan siswa secara klasikal, yaitu untuk
menjelaskan bahan pembelajan yang belum diketahui atau dipaahmi oleh siswa
dengan lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Kegiatan yang dilaksanakan dengan
pengaturan siswa dalam kelompok kecil dilakukan dengan cara siswa dikelas
dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (4-6 orang siswa) sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar. Pengaturan secara kelompok kecil iini terutama di
tujukan untuk mengembangkan konsep dari bahan pembelajaran tematik sekaligus
untuk mengembangkan aktifitas sosial, sikap, dan nilai-nilai yang dapat di
aplikasikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kegiatan pembelajran
kelompok kecil bisa dilakukan dengan mengguanakan metode dikusi, penelitian
sederhana (obserfasi), pemecahan masalah atau metode lain yang memungkinkan dan
sesuai dengan tujuan/ kompetensi dasar yang akan dicapai dan karakteristik
materi pembelajaran itu sendari. Kesempatn siswa untuk membina sikap tanggung
jawab dan toleransi dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran kelompok
kecil ini. Lebih jauh siswa akan memahami hal-hal yang bersifat
problematis baikberdasarkan tema yang
dibahas maupun berdasarkan permasalahan sosial yang nyata dimana secara tidak
langsung siswa belajar mencari alternatif pemecahannya melalui kelompok
belajarnya. Pengaturan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini perlu
dikembangkan dalam pembelajaran temati k disokalah dasar agar siswa memiliki
kemampuan sosial, seperti kemampuan bekerja sama, kemapuan berkomunikasi,
berinteraksi, dan kemampuan bermusyawarah.
Pengaturan siswa secara perorangan
dalam pembelajaran tematik dapat mengarahkan proses pembelajaran pada optimalisasi
kemampuan siswa secara individu dan dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar
tuntas. Kegiatan pembelajaran perseorangan bisa digunakan untuk menampung
kgiatan pengayaan dan perbaikan. Program pengayaan perlu diberikan kepada siswa
yang memiliki prestassi atau kemampuang yang melebihi dari teman sekelasnya.
Sedangkan kegiatan perbaikan dilaksanakan untuk membantu siswa yang belum
menguasai kompetensi dasar, kurang berhasil dan prestasinya dibawah rata-rata
teman sekelasnya. Program perbaikan juga disediakan untuk siswa yang tertinggal
pelajarannya karena alasan-alasan tertentu.
c.
Pemilihan bentuk kegitan
Dalam melaksanakan pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru perlu
menguasai bentuk-bentuk kegiatan yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, dimulai dari kegiatan
membuka pelajran, menjelaskan isi tema, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
memberikan penguatan, mengadakan fariasi mengajar, sampai dengan menutup
pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran berkaitan dengan usaha guru dalam memulai
pelaksanaan pembelajaran tematik untuk mengarahkan siswa pada kondisi belajar
dan pembelajaran yang kodusif dan bermakna. Paling tidak, dalam kegiatan
membuka kegiatan membuka pelajaran, guru perlu menumbuhkan perhatian siswa,
membangkitkan motifasi belajar siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan-kaitan.
Dalam memberikan penjelasan mengenai isi tema, informasi harus dijelaskan
secara sistematis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang
hubungan informasi yang satu dengan yang lain. Kegiatan menjelaskan harus
berpengaruh secara langsung terhadap pemahaman siswa akan tema yang
dipelajarinya. Kegiatan menjelaskan diawali dengan melakukan perencanaan
mengenai isi tema pembelajaran yang akan di jelaskan dan menganalisis
karakteristik siswa sebagai pihak yang akan menerima penjelsan. Selain
menjelaskan isi tema, perlu juga diperbanyak kegiatan bertanya untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek dan meningkatkan terjadinya interksi pembelajaran
yang efektif.
Pemberian penguatan perlu juga dilakukan untuk memberikan respon terhadap
perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap posititf agar perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau meningkat pada waktu yang lain. Memberi penguatan
bisa dilakukan dalam bentuk ferbal dan nonferbal. Pengautan ferbal berupa
kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat
manguatkan tingkah laku dan penampilan siswa kata-kata atau kalimat tersebut
biasanya merupakn balikan atau informasi bagi siswa atas perilaku yang di
tampilkannya. Bentuk penguatan nonferbal ditunjukkan dengan cara-cara seperti
raut wajah atau mimik muka, gerakan atau isyarat badan, garak mendekati siswa
sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, simbol atau tanda, dan penguatan dengan
benda/barang. Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak
menjenukan, maka perlu dilakukan fariasi pembelajaran yang berkaitan dengan
gaya mengajar guru, penggunaan alat dan media pembelajaran, dan pola interaksi
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tematik
harus diakhiri dengan kegiatan penutupan yang bermakna misalnya dengan
cara meninjau kembali apa yang telah dilakukan, melakukan penilaian hasil
pembelajaran,dsb.
d.
Pemilihan media pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran tematik
perlu juga diperhatikan mengenai optimalisasi penggunaan media pembelajaran
yang befariasi. Tanpa media yang berfariasi maka pelaksanaan kegiatan
pembelajaran tematik tidak akan berjalan dengan efektif media pembelajaran
harus dijadikan sebagai bagian intergral dengan komponen pembelajaran lainnya dalam
arti tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya
dalam rangka menciptakan suasana belajar yang bermakna. Beberapa nilai yang
dapat dipetik dari penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran tematik
diantaranya dapat mengongkritkan konsep-konsep yang abstrak, menghadirkan
objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan
belajar, menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil dan
memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Penggunaan media dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik dapat di fariasikan kedalam penggunaan media fisual, media
audi, dan media audio fisual. Media fisual adalah media yang hanya dapat
dilihat. Jenis media fisual ini biasanya
paling sering digunakan oleh guru sekolah dasar untuk membantu menyampaikan isi
tema pembelajaran yang sedang
dipelajari. Media fisual contohnya seperti
gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik,
misalnya gambar tentang manusia,binatang,tempat, atau objek lainnya yang ada
kaitannya dengan bahan/ isi tema yang diajarkan. Selain gambar, terdapat juga
yang disebut media grafis, yaitu media pandang dua dimensi yang dirancang
khusus untuk mengomunikasikan tema-tema pembelajaran. Media ini dapat di
gunakan untuk mengungkapkan fakta atua gagasan melalui penggunaan kata-kata,
angka serta simbol. Jenis media ini seperti grafik, bagan, diagram, poster,
kartun, dan komik.
Media fisual lainnya yang dapat
digunakan dalam pembelajaran tematik yaitu model dan raelita. Model adalah
media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti
objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil,
objek yang terlalu mahal, objek yang jarang di temukan, atu objek yang terlalu
rumituntuk di bawa ke dalm kelas dan sulit di pelajari wujud aslinya. Jeni
jenis media model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock-up dan diorama. Masing masing jenis
model tersebut ukuranya mungkin persisi sama, mungkin juga lebih keci atau lebih besar dengan objek sesungguhnya.
Media relia merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran tematik yang
berfungsi memberikan engalaman langsung kepada siswa. Realia ini merupkan model
dan objek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan,binatang, dan sebagainya.
Selain media visual, bisa juga
digunakan media audio, yaitu media yang mengadung pesan dalam bentuk auditif
yang dapa merangsang pikiran, perasaa, perhatian, dan kemauan siswa untuk
mempelajari isi tema.penggunaan media audio dalam pembelajaram tematik di
sekoalh adasar pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan
aspek aspek keterampilan mendengarkan. Dri sifatnya yang auditif, media ini
mengandung kelemahan yang harus di atasi dengan caradi fariasika dengan media
lainya.
Dari berbagi jenis media yang te;ah
dikemukakan di atas tampaknya yang lebih sempurna ialah penggunaan media audio
visual. Sesuai dengan namanya mdia ini merupakan kombinasi dari media audio dan
media visual atau biasa di sebut media pandang dengar dengan menggunakan media
audio visual ini maka penyajian isi tema akan semakin lengkap salain itu medi
ini dalam batas batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas gru
dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi karena
penyajian maeri bisa diganti oleh media
e.
Penilaian
Model penilaian yang di kembangkan dalam pembelajaran
tematik I sekola dasar mencakup prosedur yang di gunakan, jenis dan bentuk
penilaian, serta alat evaluasi yang di gunakan. Model penilaian tersebut di
sesuaikan dengan penilaian berbsis kelas pada kurikulum tingakt satuaan
pendidikan.
1.
Prinsip penilaian
Pada dasarnya penilaian dalam
pembeljaran tematik tidak brbeda dari penilaian dalam kegiatan pembelajaran
konvensional. Oleh karena itu semua ketentuan yang ada dalam penilaian
pembelajaran konvensional, bisa berlaku pula dala pembelajaran tematik dengan
memperhatikan beberapa penekanan penilain terhadap evek pengiring seperti
kemempuan kerjasama dan tengang rasa, disamping juga kebutuhan persepsi yag
menjdi ciri klhas dari pembelajaran tematik.
Untuk memeperoleh hasil yang akurat,
dalam melaksanakn penilaian pembelajaran tematik guru perlu memperhtikan
beberapa prinsip penilaian, yaitu prinsip itegraldan komprehensip yakni
penilain yang dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek
pembeljaran, baim pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai. Prinsip
kesinambungan, yakni penilain yang dilakukan secara berencana, terus menerus
dan bertahapuntuk mempperolah gambran tentang perkembangan tingkah laku siswasebagai
hasil dari kegiatan belajar. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian
harus suadah direncanakan bersamaan dengan kegaiatan penyusunan program
semester dan dilaksanakan sesuai program yang telah disusun. Prinsip obyektif
yakni penilaian dilakukan dengan dengan menggunakan alat ukur yang andal dan
dilaksanakan secara objektif, sehingga dapat menggambarkan kemampuan yang
diukur.
2.
Objek penilaian
Objek dalam penilaian pembelajaran tematik mencakup
penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar
adalah upaya pemberia nilai terhadap kegiatan pembelajaranyang dilakukan oleh
guru dan siswa sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajara yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu.
Hasil belajara tersebut pada hakikatnya merupakan kompetensi yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapatdikenali melalui
sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.
Penilaian proses dan hasil belajaritu saling berkaitan satu sama lainnya.
3.
Jenis dan
alat penilaian
Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihaat dari segi
alatnya terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penialaian dengan menggunakan
teknik tes disebut penilaian konvensional. Sistem penilaian tersebut kurang
dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sebab biasanya
hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf dimana
gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk melengkapi gambaran
kemajuan belajar siswa secar menyeluruh , perlu dilengkapi dengan menggunakan
teknik penilaian lainnya, yaitu teknik bukan tes.
Penilaian
dengan menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternatif. Penilaian
alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan
kemajuan belajar siswa secara menyeluruh. Melalui penggunaan alternatif ini
kemajuan belajar siswa dapat diketahui oleh guru dan orang tua bahkan oleh
siswa sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kelas dalam
implementasi kurikulum 2004, yaitu bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu
degan kegiatan belajar mengajardan dilakukan dengan cara pengumpulan kerja
siswa, hasi karya, penugasan, kinerja, dan tes tertulis. Hasil penilaian
pembelajaran terpadu dengan cara tersebut berguna sebagai umpan balik bagi
siswa, memantau kemajuan dan diagnosis, masukan bagi perbaikan program
pembelajaran, mencapai kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi
komunikatif bagi masyarakat.
Jenis penilaian dengan teknik tes
sebenarnya sudah sangat biasa digunakan dalam pembelajaran konvensional. Teknik
tes ini mencakup tes lisan, tes tertulis dan tes tindakan. Tes lisan merupakan
suatu tes yang menuntut jawaban secara lisan dari siswa. Dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik yang berbasis kompetensi, tes lisan bisa dilakukan dengan
memberikan pertanyaan secara lisan baik ditujukan kepada siswa secara kelompok
maupun secara individual. Pertanyaan lisan bisa diajukan kepada siswa pada saat
pembelajaran di kelas sedang berlangsung atau pada kegiatan awal pembelajaran
untuk materi pelajaran yang telah lalu , dan pada kegiatan akhir pelajaran
untuk materi pelajaran yang telah diberikan hari itu.
Tes tertulis yaitu suatu tes yang
menuntut jawaban secara tertulis dari siswa. Soal-soal tes tertulis disusun
dalam bentuk tes objektif dantes uraian. Tes objektif cukup banyak ragamnya
yaitu tes benar-salah, tes pilihan berganda, tes menjodohkan dan tes isian
singkat. Sedangkan tes uraian terdiri atas tes uraian
terbatas/tertutup/terstruktur dan tes uraian yang bebas/terbuka. Sifat tes
sebagai alat penilaian hasil belajar ada yang mengutamakan kecepatanada juga
yang mengutamakan kekuatan. Pada umumnya tes objektif termasuk tes yang
mengutamakan kecepatan dari tes uraian mengutamakan kekuatan.
Jenis penilaian dengan teknik non-tes
sangat tepat diterapkan untuk memperoleh informasi tentang perkembangan
kemampuan siswa secara menyeluruh. Bentuk penilaian dengan teknik bukan tes
meliputi : catatan sekolah, cuplikan kerja, porto folio, wawancara, observasi,
jurnal dan catatan anekdot.
Catatan sekolah, merupakan laporan
tetang kemajuan belajar siswa berupa penggambaran/deskripsi mengenai
aspek-aspek yang dialami siswa disekolah. Catatan ini digunakan untuk
memperoleh data dan informasi yang mendalam dan menyeluruh mengenai siswa dan
dilakukan secara terus-menerus.
Cuplikan kerja, merupakan penilaian
yang dlakukan dengan melihat tugas dalam bentuk proses atau produk yang
dihasilkan siswa tersebut selanjutnya digunakan untuk menilai dan menentukan
tingkat pengetahuan atau keterampilan siswa untuk mendukung penilaian kinerja.
Portofolio, merupkan folder atau
dokumen yang berisi hasil karyasiswa yang dianggap sangat berarti, merupakan
karaya terbaik dan favorit, sangat sulit dikerjskan tetapi berhasil, dan sangat
menyentuh perasaan atau memiliki nilai kenangan. Denga demikian, rtofolio ini
bukankumpulan hasil karya siswa tetapi lebih merupakan pengorganisasian dokumen
hasil karya siswa yang dapat menggambarkan profil kompetensi hasil belajarnya.
Isi portofolio harus terus direvisi secara periodik dimana paa akhir semester
diharapkan dieroleh portofolio final yang telah dinilai oleh guru.
Wawancara, merupakan teknik penilaian
lisan yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari siswa tentang sesuatu yang
telah dipelajari. Penilaian dangan wawancara ini dapat dipakai sebagai
penunjang atau pelengkap jika dengan penilaian yang lain belum didapatkan
gambaran yang jelas tentang siswa. Wawancara ini sapat dilakukan secara
individual ataupun kelompok. Pada saat wawancara guru perlu memberikan rasaaman
kepada siswa sehingga mereka memilki keberanian untuk mengungkapkan informasi
yang dibutuhkan oleh guru secara naman dan tidak terpaksa.
Observasi, merupakan teknik penilaian
alternatifyang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti serta
mencata secara sistematis tentang sesuatu yang terjadi pada diri siswa dalam
proses pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Observasi ini harus selalu
diusahakan dalam situasi yang alami agar dapat memperoleh data yang sebenarnya.
Jurnal, merpakan catatanharia yang
menggambarkan kegiatan siswa setiap hari. Jurnal ini dapat berisikan hal-hal
yang dilakukan siswa di dalam kelas maupun di luar jam sekolah. Selain itu
dapat juga dipakai oleh guru untuk memberi pertimbangan, motivasi dan penguatan
kepada siswa.
Catatan anekdot, merupakan catatan
pengamatan informal yang menggambarka perkembangan bahasa maupun perkembangan
sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan,
dan strategi yang digunakan siswa atau yang berkaitan dengan hal apa saja yang
tampak bermakana ketika dilakukan pengamatan. Catatan ini berisi komentar
singkat yang spesipik mengenai sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu
dikerjakan siswa yang didokumentasikan secara terus-menerus sehingga
menggambarkan kemampuan berbahasa siswa secara luas. Aktivitas siswa yang
menunjukkan kemampuan dan perkembangan diri dicata pada suatu kartu catatan
(setiap anak satu kartu). Catatan tersebut mencakup juga kelebihan, kekurangan,
dan kemajuan-kemajuan yang dicapai siswa.
4.
Pelaporan hasik penilaian
Laporan hasil penialaian pada
dasarnya merupakan laporan kemajuan belajar siswa selama mengikuti pembelajaran
selama mengikuti pembelajaran selama satu semester yang dibuat sebagai
pertanggung awaban sekolah kepada orang tua/wali siswa, komite sekolah, atasan,
masyrakat dan instansi terkait lainnya. Laporan hasil penilaian ini juga
merupakan sarana komunikasi dan sarana kerjasama antara sekolah dengan orang
tua yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun bagi pengembagan
sekolah. Laporan hasil penilaian disusu dengan jalan memperhitungkan seluruh
informasi yang terkumpul berikut teknik pengolahannya. Penyusunan laporantersebut
dilakukan secara logis , sistematis, komperehensif dan diakhiri dengan
sejumlahrekomendasi dan saran-saran yang disampaikan kepada semuap ihak
terkait.
Bentuk laporan hasil penilaian untuk
pebelajaran tematik disekolah dasar tampaknya masih sama dengan yang sudah
biasa dilakukan saat ini. Hal ini disebabkan pelaksanaan pembelajaran tematik
tersebut tidak bermula dari kurikulum yang sifatnya terpadu artinya kompetensi
dasar yang harus dicapai masih terpisah-pisah ke dalam berbagai mata pelajaran.
Namun demikian , bentuk laporan hasil
penilian dalam pembelajaran tematik tidak disajikan dengan hanya
menuliskan angka yang sulit dipahami maknanya oleh siswa dan orang tua. Laporan
hasil penilaian tersebut haruslah disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif
sehingga profil atau tingkat kemajuan belajar siswa mudah terbaca dan dapat
dipahami oleh orang tua atau pihak yang
berkepentingan lainnya. Dari laporan tersebut , orang tua dapat segera
mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dimiliki anaknya, sehingga
dapat dengan mudah menentukan jenis batuan apa yang diperlukan untuk membantu
anaknya tersebut. Siswa sendiri dengan lapran tersebut dapat mengetahui
kekuatan dan kelemahan yang perlu diperbaikinya.
Isi laporan
hasil penilaian duharapkan dapat menginformsikan beberapa hal yang berkaitan
dengan keadaan anak selama mengikuti pelajaran yang sifatnya akademik, fisik,
sosial dan emosional, partisipasi anak dalam kegiatan di sekolah, kompetensi
yang sudah dan belum dikuasai dengan baik , saran untuk orang tua dalam mebantu
anak lebih lanjut. Informasi tersebut hendaknya menggunakan bahasa yang mudah
dipahami, menitikberatkan pada apa yang telah dicapai siswa, memberikan
perhatian pada pengembangan pembelajaran anak, berkaitan dengan hasil belajar
yang harus dicapai dalam kurikulum, berisi informasi tentang tingkat pencapaian
hasil belajar, dan menunjukkan hasil penilaian yang sahih dan ajeg.
Untuk
penilaian yang bersifat harian tidak diperlukan format khusus. Laporan dapat
berupa penyerahan hasil tes, hasil tugas atau hasil kerja siswa yang sudah
dinilai guru, serta komentar tertulis
sebagai umpan balik bagi siswa dan orang tuanya. Orang tua diminta untuk
menandatangani hasil tugas dan hasil kerja yang sudah dinilai tersebut
danmengembalikannya kepada guru untuk diadministrasikan sebagai bukti dan bahan pertimbangan dalam mengisi buku
rapor.
K. Implikasi Model Pembelajaran Tematik
Penggunaan
model pembelajaran tematik disekolah dasar mengarah pada peningkatan mutu
pendidikan dan memberikan prospek yang sangat mendukung terhadap pelaksanaan
kurikulum 2004 yang berbasis wawasan dan aktivitas berpikir siswa melalui jaringan tema yang
berisi pengetahuan , keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh siswa dalam
pembelajaran yang utuh / terpadu dan simultan. Penggunaan model ini
berimplikasi pada proses penciptaan situasi belajar dan pembelajaran dimana
siswamempelajari beberapa mata pelajaran secara terpadu dalam satu tema
pemersatu. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau keterampilan yang ada
dalam mata pelajaran menjadi lebih bermakana bagi siswa. Model pembelajaran
tematik disekolah dasar juga memberi peluang untuk membangun pengetahuan secara
utuh, tidak terpecah-pecah dalam mata pelajaran.
1.
IMPLIKASI BAGI GURU
Sebagai pihak
yang paling bertanggung jawab terhadap berhasilnya penerapan model pembelajaran
tematik di sekolah dasar, guru dituntut untuk kreatif dan memiliki inovatif.
Hal pertama yang harus dilakukan guru
adalah memahami model pembelajaran tematik, baik secara konseptual maupun
secara praktikal. Kebiasan-kebiasaan yang terjadi dalam menerima suuatu bentuk
inovasi dalam pembelajaran, guru cenderung ingin langsung atau dipaksa
melaksanakannya tanpa dibarengi dengan pemahaman yang tuntas dari inovasi yang
dikembangkan tersebut. Akibatnya, inovasi tersebut jarang yang berumur panjan
dan selalu kandas ditengah jalan, bukan disebabkan karena buruknya bentuk
inovasi tersebut, tetapi lebih disebabkan sifat konservatif pada diri guru yang
lebih senag dengan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
Hal-hal lain
yang perlu diperhatikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah
dasar yaitu bahwa pembelajaran tematik ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih
bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan antara lain
alokasi waktu setipa tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada
dilingkungan sekitar siswa. Pilihlah tema-tema yang terdekat dan familiar
dengan anak, namun demikian selalu mengutamakan kompetensi dasar yang akan
dicapai daripada tema-tema tersebut.
2.
IMPLIKASI BAGI SISWA
Siswa sebagai objek dan subjek
belajar merupakan faktor utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik
disekolah dasar. Penggunaan cara baru dalam penyampaian isi kurikulum melalui
penerapan model pembelajran tematik perlu diperkenalkan dan dikondisikan sejak
dini agar tiak menimbulkan kerancuan-kerancuan yang dapat mengganggu dan
berpengaruh negatif terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa sendiri perlu
menyadari atau disadarkan akan pentingnya pengaitan materi/isi kurikulum pada
masing-masing mata pelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna bagi
kehidupannya kelak. kesiapan menerima pembelajaran yang mengharuskan adanya
keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya merupakan
hal mutlak yang harus dipahami oleh siswa dalam membangun pengetahuanan yang
lebih bermakna dan dapat dipublikasikan.
3.
IMPLIKASI TERHADAP BUKU AJAR
Penerapan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar menuntut
terseianyya bahan ajar terutama buku ajar, yang memadai dan dapat memenuhi
kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antar satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan. Sekalipun, buku ajar yang sudah ada
saat ini untuk masing-masing mata pelajaran masih dapat dipergunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik, namun pada masa mendatang perlu diupayakan
adanya buku suplemen khusus yang memuat
bahan ajar yang terintgrasi untuk
membantu siswa sejak dini memahami berbagai ilmu pengetahuan secara interdisipliner.
Bahan ajar tersebut berpangkal dari tema-tema yang melekat dalam kehidupan siswa dan
lingkungannya.
4.
Implikasi terhadap sarana dan prsarana, sumber
belajar, dan media pembelajaran
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa
baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
secara holistik dan autentik. oleh karena itu, penerapan model ini aka sangat
berimplikasi terhadap ketersediaan berbagai sarana dan prasarana belajar yang
memadai disertai dengan manajemen yang baik. Hal yang paling dominan dalam
kaitannya dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan model
pembeljaran tematik di sekolah dasar ini
yaitu tersedianya sumber belajra yang
lengkap dengan pengelolaan yang profesional. Sumber belajar tersebut baik yang
sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran
tematik. Maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang tidak didesain
untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat dimanfaatkan .
Agar pengelolaan sumber belajar berjalam dengan baik, pada masing-masing
sekolah atau rayon sekolah, perlu dididrikan suatu pusat sumber belajar yang
merupakan suatu tempat yang dirancang secara khusus untuk melaksanakan
aktivitas terorganisasi dalam mendesain , mengembangkan, memanfaatkan ,
mengelolah, mengevaluasi, dan meneliti berbagai sumber untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penerapan pembelajaran tematik
Komentar