Model Pembelajaran Tematik




A.    Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Berdasarkan paduan KTSP, pengelolaan kegiatan pembelajaran pada kelas awal Sekolah Dasar dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar pembiasan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tematik dan diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah/ madrasah. Dengan demikian, kegiatan menganalisis kompetensi dasar,             hasil belajar dan indikator tidak perlu dilakukan secara tersendiri karena dapat dilaksanakan berbarengan dengan penentuan jaringan tema. Tema-tema
yang bisa dikembangkan di kelas awal sekolah Dasar mengacu kepada
prinsip-prinsip.sebagai berikut:
1.      Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dikembangkan.
2.      Dimulai dari lingkungan yang terdekar dengan anak (expanding community approach).
3.       Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang kongkret menuju yang abstrak.


KTSP merupakan kurikurum operasional yang berbasis kompetensi sebagai hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian yang mendalam  dari kurikulum yang telah berlaku beserta pelaksanaannya. Dengan kurikulum ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik  menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Kompetensi-kompetensi yang dikembangkan dalam KTSP diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup daram kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan- kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini ditujukan untuk menciptakan lulusan yang kompeten dan cerdas dalam membangun inregriras sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
Dalam implementasi KTSP, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pembelajaran. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum itu, yaitu dengan dimunculkannya berbagai model implementasi kurikulum. Model pembelajaran tematik merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar. Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembela jaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksprorasi, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik dan berkesinambungan.
B.     Tahap Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar
Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya. Menurut piaget (1950) setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif).
Menurut Piaget, Setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemato., yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemaharnan terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi, yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya. Kedua proses tersebut jika berlangsung terus-menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu anak secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya.
Piaget membagi perkembangan berpikir anak ke dalam tahap-tahap sebagai berikut: usia 0-2 tahun (sensorimotor),2-7 tahun (praoperasional), 7-11 tahun (operasi konkret), dan usia 11 tahun lebih (operasi formal). Pada setiap tahapan tersebut menunjukkan perilaku yang unik, dimanis dan menjadi ciri psikologis dari perilaku belajar pada rentang usia tersebut.
Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu: (1) anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur unsur secara serentak, (2) anak mulai berpikir secara operasional, (3) anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, dan berat.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu: konkret, integratil dan hierarkis. Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yangdapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Hampir semua tema/ topik pembelajaran dapar dipelajari dari lingkungan. Integratif berarti memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan dan terpadu. Anak usia sekorah dasar belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Dengan demikian, keterpaduan konsep tidak dipilah-pilah daram berbagai disiplin ilmu, tetapi dikait-kaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna Hierakis adalah berkembang secara bertahap mulai dari tal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Dengan demikian, perlu diperhatikan urutan logis, keterkaitan antar materi pelajaran, dan cakupan keluasan materi pelajaran.
C.    Belajar dan Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)
Menurut Jackson (1991) belajar merupakan proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan pembelajaran rnerupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belalar peserta didik. Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar rersebut terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. proses belajar merupakan indikator berhasil tidaknya pembelajaran.
Belajar bermakna (meaningfuil learning) pada dasarnya merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam strukrur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan substantif antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Baik dalam bentuk hubungan-hubungan yang bersifat derivatif, elaboratif, korelatif, supportif, maupun yang bersifat hubungan - hubungan kualifikatif arau representasiona. proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta belaka (root learning), berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna, maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Bila tidak dilakukan usaha untuk memadukan pengetahuan baru dengan konsep konsep relevan yang sudah ada dalam strukrur kognitif siswa, maka pengetahuan baru tersebut cenderung akan dipelajari secara hafalan.
Jaringan tema yang dirancang dalam pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan alat  yang dapat digunakan untuk mengetahui keterkaitan isi antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, penggunaan jaringan tema tersebut merupakan jalan pembuka yang menghasilkan upaya terjadinya belajar bermakna. Kompetensi dasar dan materi yang luas dan tersebar pada masing-masing mata pelajaran dapat mengakibatkan pemahaman yang parsial dan tidak terintegrasi, padahal memiliki jalinan konsep yang saling mendukung.
Penerapan pembelajaran tematik dapat memberikan keterhubungan Antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar siswa. Penyajian materi tidak didasarkan pada kait berkaitnya konsep akan mengakibatkan pemahaman yang sukar, parsial, dan tidak mendasar. Dengan penerapan pembelajaran tematik akan membantu para siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat. Kaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.  bagi siswa merupakan hal yang penting dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari  oleh siswa akan Iebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami, diolah serta digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
D.    Pengertian pembelajaran Tematik
pembelajaran.tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip- prinsip keilmuan secara holistic , bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pemberajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/ hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini  dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk piaget yang menekan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan beroiienrasi kebutuhan dan perkembangan anak. pendekatan pembelajaran terp lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
model pembelajaran tematik adalah model pemberajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan bebera mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa., Dikatakan bermakna karena dalam pemberajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalarnan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suaru tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
dengan adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) siswa dapat memperajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan rnata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengernbangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
E.     Landasan Pembelajaran Tematik
Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, seorang guru harus mempertimbangkan banyak faktor. Selain karena pembelajaran itu pada dasarnya merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku, juga selalu membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran yang mendalam. Pembelajaran tematik memiliki posisi dan potensi yang sangat strategis dalam keberhasilan proses pendidikan di sekolah dasar. Dengan posisi seperti itu, maka dalam pembelajaran tematik dibutuhkan berbagai landasan yang kokoh dan kuat serta harus diperhatikan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasilnya. Landasan- landasan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis
Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat berikut: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memerhatikan pengalaman siswa
Dalam proses belajar, siswa dihadapkan pada permasalahan yang menuntut pemecahan. Untuk memecahkan masalah tersebut, siswa harus memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah dimilikinya. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, isi atau materi pembelajaran perlu dihubungkan dengan pengalaman siswa secara langsung. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena; pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya potensinya, dan morivasi yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan,implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual, (b) pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa yang cepat, (c) penyikapan terhadap hal-hal yang unik dari diri siswa, baik yang menyangkut faktor personal/ individual maupun yang menyangkut faktor lingkungan sosial/ kemasyarakatan
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkem, bangan peserta didik dan psikologi belajar. psikologi perkembangan. diperlukan terutama dalam menentukan isi/ materi pembelajaran tematik, yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya' sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/ materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik, mental ,intelektual, moral maupun sosial.
Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta didik. pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b).
selain ketiga landasan di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu juga dipertimbangkan landasan sosial-budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). pembelajaran selalu mengandung nilai yang harus sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Di sarnping itu, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh lingkungan. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, harus menjadi dasar dan acuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran tematik. Landasan IPTEK diperlukan dalam pengembangan pembelajaran tematik sebagai upaya menyelaraskan materi pembelajaran dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung.
F.     Pentingnya Pembelajaran Tematik Untuk Murid Sekolah Dasar
Model pernbelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antarmata pelajaran yarrg dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di Sekolah Dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensionai, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) kegiatan- kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapar bertahan lebih lama; 4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain
Selain adanya keunggulan-keunggulan tersebut diatas, pembelajaran tematik sangat penting diterapkan di Sekolah Dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat, di antaranya: 1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan, dihilangkan, 2) siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/ materi pembelalaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu juga, 4) memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer of rearning), 5) dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat
G.    Karasteritik Model Pembelajaran Tematik
sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karekteristik sebagai berikut:
1.    Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2.    Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengaraman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuaru yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.    Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.     Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah- masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.    Bersifat fleksibel
pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
6.    Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
H.    Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik
Dalam pelaksanaan pembeiajaran tematik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
1.         Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
2.         Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
3.         Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
4.         kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri
5.         Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6.         Tema- tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, iingkungan, dan daerah setempat.
I.       Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata peiajaran pada kelas I, II, dan III sekolah Dasar, yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IImu Pengetahuan alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Irmu pengetahuan sosial, seni Budaya dan Kererampilan, serta pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan
J.      Implementasi Pembelajaran Tematik
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam Kurikulum Tingkat satuan pendidikan pada setiap rnata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Berkenaan dengan perencanaan pembelajaran tematik, hal pertama yang harus mendapat perhatian guru di sekoiah Dasar, yaitu kejelian dalam mengidentifikasi SK/ KD dan menetapkan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan Guru harus memahami betul kandungan isi dari masing- masing komperensi dasar dan indikator tersebut sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Penerapan sistem guru kelas di sekolah Dasar, di mana guru memiliki pengalaman mengajarkan seluruh mata pelajaran, guru bisa lebih cepat melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indikator antarmata pelajaran.
Dalarn merancang pernbelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukan dengan dua cara.
Pertama, dimulai dengan menetapkan teriebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema ditetapkan dengan memerhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak. Cara ini biasanya dilakukan untuk kelas-kelas awal sekolah (kelas I dan II). Contoh tema yang bisa dikembangkan, misalnya diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, pekerjaan, tumbuhan, hewan, alam sekitar, dan sebagainya.
Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu. Dengan demikian, tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempeiajari kompetensi dasar dan indicator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran pada   salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan Cara ini dilakukan untuk jenjang Sekolah Dasar kelas III s.d VI
Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1.      Menetapkan Mata Felajaran yang akan Dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah rnembuat pemetaan kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang  akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasionai yang berkaitan dengan pencapaian komperensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
2.      Mempelajari I(ompetensi Dasar dan Indikator dari Mata Pelajaran yang akan Dipadukan
Pada tahap ini dilakukan Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu aspek- aspek dari setiap mata pelajaran yang dapat dipadukan. Perhatikan table 9.1. pada halaman berikut.
TABEL 9.1 Contoh Kompetensi Dasar dan lndikator dari Mata Dipadukan Pelajaran yang akan 
 
Berdasarkan pemetaan aspek daram setiap mata perajaran sebagaimana yang tercetak tebai dan diarsir di atas, maka selanjutnya dapat ditetapkan kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata perajaran sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.      
TABEL 9.2 Contoh Kompetensi Dasar dan rndikator dari Mata perajaran yang Terah Dipadukan
3.      Memilih dan Menetapkan Tema/ Topik pemersatu
Tahap berikutnya, yaitu memilih dan menerapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompcrensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada kelas dan semester yang sama Dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapat beberapa hall yang perlu pertimbangan, di antararanya: a) rema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, b) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, dan penerapan tema dimuiai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa. Tema-tema pemersatu yang akan dibahas dalam pembelajaran tematik bias ditetapkan sendiri oleh guru dan/ atau bersama siswa berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tersebut. Contoh tema, :


Dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a.       Tema atau judul yang akan dipelajari dalam pembelajara.
b.      Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
c.       Kompetensi dasar dan indicator yang hendak dicapai
d.      Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator.
e.      Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dialakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indicator)
f.        Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar , serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
g.       Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrument yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik sebaiknya  disusun dalam bentuk atau format naratif. Contoh format dan pedoman penyusunan rencana pembelajaran tematik dapat dilihat pada uraian berikut.
FORMAT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
Tema                                 :       ……………………………………………………………………………………………………………
Mata Pelajaran             :      
1.       ……………………………………………………………………….
2.       ……………………………………………………………………….
3.       ……………………………………………………………………….
Kerlas / Semester        :       ……………………………………………………………………………………………………………
Alikasi Waktu                 :       ……………………………………………………………………………………………………………



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
1)      Kompetensi dasar
Tuliskan kompetesi dasar yang dapatdipadukan mata pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik. Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.
2)      Indicator
Tuliskan indicator yang anda kembangkan dari kompetensi dasar di atas dari beberapa mata pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik
3)      Tujuan pembelajaran
Tuliskan tujuan pembelajaran yang anda jabarkan dari kompetensi dasar di atas yang mengandung kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. (domain tersebut bersifat fleksibel tergantung dari tema yang ditetapkan)
4)      Materi pokok
Tuliskan pokok-pokok materi (beserta uraian singkat) yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan.
5)      Metode yang digunakan
Tuliskan metode yang digunakan dalam pembelajaran tematik.penetapan metode boleh lebih dari satu, misalnya : ceramah bervariasi, Tanya jawab, diskusi, pembelajaran kooperatif pemecahan masalah dan sebagainya.
6)      Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Tuliskanlah langakah-langkah kegiatan pembelajaran berupa alur kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap muka dan pengalaman belajar.
a.       Kegiatan pendahuluan(±25 menit)
Kegiatan awal atau pendahuluan(introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan pembuka yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsinya terutama memberikan motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan , karena waktu yang tersedia relative singkat berkisar antara 10-30 menit. Dengan waktu relative singkat tersebut diharapkan guru dapatmenciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik,sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama.
        Kegiatan yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini dianataranya, yaitu :
1.       Melakukan apersepsi,yaitu mengaitkan materi yang telah diberikan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga pemahaman siswa menjadi utuh
2.       Menginformasikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dilakukan agar siswa mengetahui arah dan capaian yang akan diperoleh dalam kegiatan yang akan dilakukannya
3.       Melakukan pretest atau kuis, yaitu untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara : mengecek atau memeriksa kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar siswa, dan membangkitkan perhatian siswa.
b.      Kegiatan inti (sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan)
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan  secara interaktif, inspiratif, menyenagkan , menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarasa , kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat , minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik melalui proses eksplorasi, eloborasi dan konfirmasi.
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). pengalaman belajar tersebut busa dalam bentuk kegiaan  tatap muka dan non –tatap muka.Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa, sedangkan pengalaman belajar non tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik bersifat situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana poses pembelahjaran itu berlansung terdapat beberapa kegiata yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru adalah memberiyahukan tentang tema yang akan di bahas dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa besrta garis- garis besar materi atau bahan pembelajaran yang akan di pelajari. Hal imi perlu dilakukan agar sisiwa mengetahui semenjak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan di perolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan kompetensi tersebut kepada sisiwa bisa dilakukan dengan cara tertulis atau lisan atau keduaduanya, guru menuliskan kompetensi tersebut di papan tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut di kuasai siswa.
        Kegiatan lainya di awal kegiatan init pembelajaran,yaitu menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang dialami siswa. Dalam tahapan ni guru perlu menyaampaikan kepada siswa tentang kegiatan kegiatan belajar yang harus di tempuh siswa dalam mempelajai tema, topik, atau materi pembelajaran. Kegiatan belajar yang ditempuh sisiwa dalam pembelajaran tematik lebi di utamakan pada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kemudahn kepada siswa untuk belajar. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang di pelajarinya, ssehinga prinsip-prinsip belajar dalam teori konstruktivisme dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi embelajaran tematik harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.dalam hal ini , guru harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong siswa ada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran tematik bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil, dan perorangan
c.       Kegiatan penutup(±25 menit)
Kegiatan akhir dala pembelajaran tematik tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses san hasil belajar siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relative sigkat, oleh karena itu, guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu diantaranya :
1.       Siswa menyimpulkan KBM dibawah arahan guru
2.       Melakukan post test atau penilaian akhir
3.       Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui  kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah
4.       Menjelaskn kembali bahan pmbelajaran yang dianggap sulit oleh siswa
5.       Menginformasikan topic atau tema yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang, dan
6.       Menutup kegiatan pembelajaran

7)      Alat, Media dan Sumber
Tuliskan berbagai alat,media, dan sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian komoetensi dasar dan indicator. Gunakan cara penulisan yang sudah baku, tulisan juga bagian/bab dan halamannya.
8)      Penilaian hasil belajar
Tuliskan jenis, bentuk , dan alat tes yang digunakan untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar siswa , serta tindak lanjut hasil penilaian (kalau diperlukan), seperti remedial, pengayaa, atau percepatan. Sesuaikan dengan tekik penilaian berbssi kelas, seperti penilaian portofolio, hasil karya(product), penugasan(project), kinerja(performance), dan tes tertulis (written test). Dan tidak lupa mencantumkan kunci jawaban dari soal yang teah dibuat.
7.          Pengelolaan kelas
a.       Pangaturan tempat belajar
Tempat belajar seperti ruang kelas dan ruangan lainnya seperti laboratorium workshop/bengkel kerja, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu ditata dan di atur sedemikian rupa agar dapat manumbuhkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Jika memungkinkan, di sediakan tempaat khusus sebagai ruang display untuk memamerkan atau memajangkan hasil pekerjaan siswa. Maksudnya agar siswa termotifasi untuk bekerja lebih giat lagi dan menumbuhkan inspirasi bagi siswa lainnya. Hasil kerja yang dipajangkan dapat merupakan hasil kerja perorangan maupun kelompok kecil seperti gambar, diagram, peta, model, benda tiruan, puisi, karangan/cerita pendek,dsb. Jika tidak memungkinkan di simpan di ruang khusus, ruang kelaspun bisa dijadikan tmpat untuk memajangkan hasil kerja siswa, namun perlu ditata dan diatur serta diperhatikan aspek keindahan, kebersihan, kenyamanan, dan tidak mengganggu konsentrasi siswa saat belajar. Perlu juga diatur mengenaiberapa lama hasil kerja siswa tersebut di pajangkan.
Pengaturan tempat belajar di kelas meliputi pengaturan meja, kursi, lemari, perabotan kelas, alat, media, atau sumber belajar lainnya yang ad di kelas. Untuk pelaksanaan pembelajaran tematik, pengaturan ruang kelas harus fleksibel atau mudah diubah-ubah oleh siswa di sesuaikan  dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan di gunakan. Kadang-kadang bisa bentuk berjajar, atau berkelompok. Untuk meningkakan intensitas interaksi belajar antar siswa, disarankan ruang kelas tidak dalam betuk berjajar atau berbaris
b.      Pengaturan siswa
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik yang didasarkan atas pengaturan siswa dapat dilakukan secara klasikal (kelompok besar), kelompok kecil, dan perorangan. Kegiatan pembelajaran klasikal dapat di gunakan apabila lebih banyak bentuk penyajian bahan pembelajaran dari guru, terutama ditujukan untuk memberikan informasi yang lebih bersifat informatif dan faktual tentang suatu tema yang di bahas atau sebagai pengantar proses pembelajaran tematik. Dalam proses belajarnya, siswa lebih banyak mendengarkan atau bertanya tentang bahan pelajaran yang  tersaji dalam satu tema. Dari segi proses pembelajaran klasikal ini dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak dan melatih kemampuan bertanya tujuan pengaturan siswa secara klasikal, yaitu untuk menjelaskan bahan pembelajan yang belum diketahui atau dipaahmi oleh siswa dengan lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Kegiatan yang dilaksanakan dengan pengaturan siswa dalam kelompok kecil dilakukan dengan cara siswa dikelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (4-6 orang siswa) sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar. Pengaturan secara kelompok kecil iini terutama di tujukan untuk mengembangkan konsep dari bahan pembelajaran tematik sekaligus untuk mengembangkan aktifitas sosial, sikap, dan nilai-nilai yang dapat di aplikasikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kegiatan pembelajran kelompok kecil bisa dilakukan dengan mengguanakan metode dikusi, penelitian sederhana (obserfasi), pemecahan masalah atau metode lain yang memungkinkan dan sesuai dengan tujuan/ kompetensi dasar yang akan dicapai dan karakteristik materi pembelajaran itu sendari. Kesempatn siswa untuk membina sikap tanggung jawab dan toleransi dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran kelompok kecil ini. Lebih jauh siswa akan memahami hal-hal yang bersifat problematis  baikberdasarkan tema yang dibahas maupun berdasarkan permasalahan sosial yang nyata dimana secara tidak langsung siswa belajar mencari alternatif pemecahannya melalui kelompok belajarnya. Pengaturan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran temati k disokalah dasar agar siswa memiliki kemampuan sosial, seperti kemampuan bekerja sama, kemapuan berkomunikasi, berinteraksi, dan kemampuan bermusyawarah.
Pengaturan siswa secara perorangan dalam pembelajaran tematik dapat mengarahkan proses pembelajaran pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu dan dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas. Kegiatan pembelajaran perseorangan bisa digunakan untuk menampung kgiatan pengayaan dan perbaikan. Program pengayaan perlu diberikan kepada siswa yang memiliki prestassi atau kemampuang yang melebihi dari teman sekelasnya. Sedangkan kegiatan perbaikan dilaksanakan untuk membantu siswa yang belum menguasai kompetensi dasar, kurang berhasil dan prestasinya dibawah rata-rata teman sekelasnya. Program perbaikan juga disediakan untuk siswa yang tertinggal pelajarannya karena alasan-alasan tertentu.
c.       Pemilihan bentuk kegitan
Dalam melaksanakan pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru perlu menguasai  bentuk-bentuk kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, dimulai dari kegiatan membuka pelajran, menjelaskan isi tema, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memberikan penguatan, mengadakan fariasi mengajar, sampai dengan menutup pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran berkaitan dengan usaha guru dalam memulai pelaksanaan pembelajaran tematik untuk mengarahkan siswa pada kondisi belajar dan pembelajaran yang kodusif dan bermakna. Paling tidak, dalam kegiatan membuka kegiatan membuka pelajaran, guru perlu menumbuhkan perhatian siswa, membangkitkan motifasi belajar siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan-kaitan.
Dalam memberikan penjelasan mengenai isi tema, informasi harus dijelaskan secara sistematis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lain. Kegiatan menjelaskan harus berpengaruh secara langsung terhadap pemahaman siswa akan tema yang dipelajarinya. Kegiatan menjelaskan diawali dengan melakukan perencanaan mengenai isi tema pembelajaran yang akan di jelaskan dan menganalisis karakteristik siswa sebagai pihak yang akan menerima penjelsan. Selain menjelaskan isi tema, perlu juga diperbanyak kegiatan bertanya untuk memperoleh informasi tentang suatu objek dan meningkatkan terjadinya interksi pembelajaran yang efektif.
Pemberian penguatan perlu juga dilakukan untuk memberikan respon terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap posititf agar perilaku tersebut dapat berulang kembali atau meningkat pada waktu yang lain. Memberi penguatan bisa dilakukan dalam bentuk ferbal dan nonferbal. Pengautan ferbal berupa kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat manguatkan tingkah laku dan penampilan siswa kata-kata atau kalimat tersebut biasanya merupakn balikan atau informasi bagi siswa atas perilaku yang di tampilkannya. Bentuk penguatan nonferbal ditunjukkan dengan cara-cara seperti raut wajah atau mimik muka, gerakan atau isyarat badan, garak mendekati siswa sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, simbol atau tanda, dan penguatan dengan benda/barang. Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak menjenukan, maka perlu dilakukan fariasi pembelajaran yang berkaitan dengan gaya mengajar guru, penggunaan alat dan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tematik  harus diakhiri dengan kegiatan penutupan yang bermakna misalnya dengan cara meninjau kembali apa yang telah dilakukan, melakukan penilaian hasil pembelajaran,dsb.
d.      Pemilihan media pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran tematik perlu juga diperhatikan mengenai optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang befariasi. Tanpa media yang berfariasi maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik tidak akan berjalan dengan efektif media pembelajaran harus dijadikan sebagai bagian intergral dengan komponen pembelajaran lainnya dalam arti tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan suasana belajar yang bermakna. Beberapa nilai yang dapat dipetik dari penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran tematik diantaranya dapat mengongkritkan konsep-konsep yang abstrak, menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar, menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil dan memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dapat di fariasikan kedalam penggunaan media fisual, media audi, dan media audio fisual. Media fisual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media fisual ini  biasanya paling sering digunakan oleh guru sekolah dasar untuk membantu menyampaikan isi tema pembelajaran  yang sedang dipelajari. Media fisual contohnya seperti  gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia,binatang,tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/ isi tema yang diajarkan. Selain gambar, terdapat juga yang disebut media grafis, yaitu media pandang dua dimensi yang dirancang khusus untuk mengomunikasikan tema-tema pembelajaran. Media ini dapat di gunakan untuk mengungkapkan fakta atua gagasan melalui penggunaan kata-kata, angka serta simbol. Jenis media ini seperti grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik.
Media fisual lainnya yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik yaitu model dan raelita. Model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang di temukan, atu objek yang terlalu rumituntuk di bawa ke dalm kelas dan sulit di pelajari wujud aslinya. Jeni jenis media model padat, model penampang, model susun, model kerja,  mock-up dan diorama. Masing masing jenis model tersebut ukuranya mungkin persisi sama, mungkin juga lebih keci  atau lebih besar dengan objek sesungguhnya. Media relia merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran tematik yang berfungsi memberikan engalaman langsung kepada siswa. Realia ini merupkan model dan objek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan,binatang, dan sebagainya.
Selain media visual, bisa juga digunakan media audio, yaitu media yang mengadung pesan dalam bentuk auditif yang dapa merangsang pikiran, perasaa, perhatian, dan kemauan siswa untuk mempelajari isi tema.penggunaan media audio dalam pembelajaram tematik di sekoalh adasar pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek aspek keterampilan mendengarkan. Dri sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus di atasi dengan caradi fariasika dengan media lainya.
Dari berbagi jenis media yang te;ah dikemukakan di atas tampaknya yang lebih sempurna ialah penggunaan media audio visual. Sesuai dengan namanya mdia ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa di sebut media pandang dengar dengan menggunakan media audio visual ini maka penyajian isi tema akan semakin lengkap salain itu medi ini dalam batas batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas gru dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi karena penyajian maeri bisa diganti oleh media

e.      Penilaian
Model penilaian yang di kembangkan dalam pembelajaran tematik I sekola dasar mencakup prosedur yang di gunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang di gunakan. Model penilaian tersebut di sesuaikan dengan penilaian berbsis kelas pada kurikulum tingakt satuaan pendidikan.
1.       Prinsip penilaian
Pada dasarnya penilaian dalam pembeljaran tematik tidak brbeda dari penilaian dalam kegiatan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu semua ketentuan yang ada dalam penilaian pembelajaran konvensional, bisa berlaku pula dala pembelajaran tematik dengan memperhatikan beberapa penekanan penilain terhadap evek pengiring seperti kemempuan kerjasama dan tengang rasa, disamping juga kebutuhan persepsi yag menjdi ciri klhas dari pembelajaran tematik.
Untuk memeperoleh hasil yang akurat, dalam melaksanakn penilaian pembelajaran tematik guru perlu memperhtikan beberapa prinsip penilaian, yaitu prinsip itegraldan komprehensip yakni penilain yang dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek pembeljaran, baim pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai. Prinsip kesinambungan, yakni penilain yang dilakukan secara berencana, terus menerus dan bertahapuntuk mempperolah gambran tentang perkembangan tingkah laku siswasebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus suadah direncanakan bersamaan dengan kegaiatan penyusunan program semester dan dilaksanakan sesuai program yang telah disusun. Prinsip obyektif yakni penilaian dilakukan dengan dengan menggunakan alat ukur yang andal dan dilaksanakan secara objektif, sehingga dapat menggambarkan kemampuan yang diukur.


2.       Objek penilaian
Objek dalam penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberia nilai terhadap kegiatan pembelajaranyang dilakukan oleh guru dan siswa sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajara yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajara tersebut pada hakikatnya merupakan kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapatdikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajaritu saling berkaitan satu sama lainnya.
3.        Jenis dan alat penilaian
Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihaat dari segi alatnya terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penialaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional. Sistem penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf dimana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa secar menyeluruh , perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilaian lainnya, yaitu teknik bukan tes.
      Penilaian dengan menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternatif. Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh. Melalui penggunaan alternatif ini kemajuan belajar siswa dapat diketahui oleh guru dan orang tua bahkan oleh siswa sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kelas dalam implementasi kurikulum 2004, yaitu bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu degan kegiatan belajar mengajardan dilakukan dengan cara pengumpulan kerja siswa, hasi karya, penugasan, kinerja, dan tes tertulis. Hasil penilaian pembelajaran terpadu dengan cara tersebut berguna sebagai umpan balik bagi siswa, memantau kemajuan dan diagnosis, masukan bagi perbaikan program pembelajaran, mencapai kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi masyarakat.
Jenis penilaian dengan teknik tes sebenarnya sudah sangat biasa digunakan dalam pembelajaran konvensional. Teknik tes ini mencakup tes lisan, tes tertulis dan tes tindakan. Tes lisan merupakan suatu tes yang menuntut jawaban secara lisan dari siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang berbasis kompetensi, tes lisan bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara lisan baik ditujukan kepada siswa secara kelompok maupun secara individual. Pertanyaan lisan bisa diajukan kepada siswa pada saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung atau pada kegiatan awal pembelajaran untuk materi pelajaran yang telah lalu , dan pada kegiatan akhir pelajaran untuk materi pelajaran yang telah diberikan hari itu.
Tes tertulis yaitu suatu tes yang menuntut jawaban secara tertulis dari siswa. Soal-soal tes tertulis disusun dalam bentuk tes objektif dantes uraian. Tes objektif cukup banyak ragamnya yaitu tes benar-salah, tes pilihan berganda, tes menjodohkan dan tes isian singkat. Sedangkan tes uraian terdiri atas tes uraian terbatas/tertutup/terstruktur dan tes uraian yang bebas/terbuka. Sifat tes sebagai alat penilaian hasil belajar ada yang mengutamakan kecepatanada juga yang mengutamakan kekuatan. Pada umumnya tes objektif termasuk tes yang mengutamakan kecepatan dari tes uraian mengutamakan kekuatan.
Jenis penilaian dengan teknik non-tes sangat tepat diterapkan untuk memperoleh informasi tentang perkembangan kemampuan siswa secara menyeluruh. Bentuk penilaian dengan teknik bukan tes meliputi : catatan sekolah, cuplikan kerja, porto folio, wawancara, observasi, jurnal dan catatan anekdot.
Catatan sekolah, merupakan laporan tetang kemajuan belajar siswa berupa penggambaran/deskripsi mengenai aspek-aspek yang dialami siswa disekolah. Catatan ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang mendalam dan menyeluruh mengenai siswa dan dilakukan secara terus-menerus.
Cuplikan kerja, merupakan penilaian yang dlakukan dengan melihat tugas dalam bentuk proses atau produk yang dihasilkan siswa tersebut selanjutnya digunakan untuk menilai dan menentukan tingkat pengetahuan atau keterampilan siswa untuk mendukung penilaian kinerja.
Portofolio, merupkan folder atau dokumen yang berisi hasil karyasiswa yang dianggap sangat berarti, merupakan karaya terbaik dan favorit, sangat sulit dikerjskan tetapi berhasil, dan sangat menyentuh perasaan atau memiliki nilai kenangan. Denga demikian, rtofolio ini bukankumpulan hasil karya siswa tetapi lebih merupakan pengorganisasian dokumen hasil karya siswa yang dapat menggambarkan profil kompetensi hasil belajarnya. Isi portofolio harus terus direvisi secara periodik dimana paa akhir semester diharapkan dieroleh portofolio final yang telah dinilai oleh guru.
Wawancara, merupakan teknik penilaian lisan yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari siswa tentang sesuatu yang telah dipelajari. Penilaian dangan wawancara ini dapat dipakai sebagai penunjang atau pelengkap jika dengan penilaian yang lain belum didapatkan gambaran yang jelas tentang siswa. Wawancara ini sapat dilakukan secara individual ataupun kelompok. Pada saat wawancara guru perlu memberikan rasaaman kepada siswa sehingga mereka memilki keberanian untuk mengungkapkan informasi yang dibutuhkan oleh guru secara naman dan tidak terpaksa.
Observasi, merupakan teknik penilaian alternatifyang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti serta mencata secara sistematis tentang sesuatu yang terjadi pada diri siswa dalam proses pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Observasi ini harus selalu diusahakan dalam situasi yang alami agar dapat memperoleh data yang sebenarnya.
Jurnal, merpakan catatanharia yang menggambarkan kegiatan siswa setiap hari. Jurnal ini dapat berisikan hal-hal yang dilakukan siswa di dalam kelas maupun di luar jam sekolah. Selain itu dapat juga dipakai oleh guru untuk memberi pertimbangan, motivasi dan penguatan kepada siswa.
Catatan anekdot, merupakan catatan pengamatan informal yang menggambarka perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi yang digunakan siswa atau yang berkaitan dengan hal apa saja yang tampak bermakana ketika dilakukan pengamatan. Catatan ini berisi komentar singkat yang spesipik mengenai sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu dikerjakan siswa yang didokumentasikan secara terus-menerus sehingga menggambarkan kemampuan berbahasa siswa secara luas. Aktivitas siswa yang menunjukkan kemampuan dan perkembangan diri dicata pada suatu kartu catatan (setiap anak satu kartu). Catatan tersebut mencakup juga kelebihan, kekurangan, dan kemajuan-kemajuan yang dicapai siswa.
4.       Pelaporan hasik penilaian
Laporan hasil penialaian pada dasarnya merupakan laporan kemajuan belajar siswa selama mengikuti pembelajaran selama mengikuti pembelajaran selama satu semester yang dibuat sebagai pertanggung awaban sekolah kepada orang tua/wali siswa, komite sekolah, atasan, masyrakat dan instansi terkait lainnya. Laporan hasil penilaian ini juga merupakan sarana komunikasi dan sarana kerjasama antara sekolah dengan orang tua yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun bagi pengembagan sekolah. Laporan hasil penilaian disusu dengan jalan memperhitungkan seluruh informasi yang terkumpul berikut teknik pengolahannya. Penyusunan laporantersebut dilakukan secara logis , sistematis, komperehensif dan diakhiri dengan sejumlahrekomendasi dan saran-saran yang disampaikan kepada semuap ihak terkait.
Bentuk laporan hasil penilaian untuk pebelajaran tematik disekolah dasar tampaknya masih sama dengan yang sudah biasa dilakukan saat ini. Hal ini disebabkan pelaksanaan pembelajaran tematik tersebut tidak bermula dari kurikulum yang sifatnya terpadu artinya kompetensi dasar yang harus dicapai masih terpisah-pisah ke dalam berbagai mata pelajaran. Namun demikian , bentuk laporan hasil  penilian dalam pembelajaran tematik tidak disajikan dengan hanya menuliskan angka yang sulit dipahami maknanya oleh siswa dan orang tua. Laporan hasil penilaian tersebut haruslah disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif sehingga profil atau tingkat kemajuan belajar siswa mudah terbaca dan dapat dipahami  oleh orang tua atau pihak yang berkepentingan lainnya. Dari laporan tersebut , orang tua dapat segera mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dimiliki anaknya, sehingga dapat dengan mudah menentukan jenis batuan apa yang diperlukan untuk membantu anaknya tersebut. Siswa sendiri dengan lapran tersebut dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang perlu diperbaikinya.
      Isi laporan hasil penilaian duharapkan dapat menginformsikan beberapa hal yang berkaitan dengan keadaan anak selama mengikuti pelajaran yang sifatnya akademik, fisik, sosial dan emosional, partisipasi anak dalam kegiatan di sekolah, kompetensi yang sudah dan belum dikuasai dengan baik , saran untuk orang tua dalam mebantu anak lebih lanjut. Informasi tersebut hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menitikberatkan pada apa yang telah dicapai siswa, memberikan perhatian pada pengembangan pembelajaran anak, berkaitan dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum, berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar, dan menunjukkan hasil penilaian yang sahih dan ajeg.
      Untuk penilaian yang bersifat harian tidak diperlukan format khusus. Laporan dapat berupa penyerahan hasil tes, hasil tugas atau hasil kerja siswa yang sudah dinilai guru, serta komentar tertulis  sebagai umpan balik bagi siswa dan orang tuanya. Orang tua diminta untuk menandatangani  hasil tugas  dan hasil kerja yang sudah dinilai tersebut danmengembalikannya kepada guru untuk diadministrasikan sebagai bukti  dan bahan pertimbangan dalam mengisi buku rapor.
K. Implikasi Model Pembelajaran Tematik
      Penggunaan model pembelajaran tematik disekolah dasar mengarah pada peningkatan mutu pendidikan dan memberikan prospek yang sangat mendukung terhadap pelaksanaan kurikulum 2004 yang berbasis wawasan dan aktivitas  berpikir siswa melalui jaringan tema yang berisi pengetahuan , keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang utuh / terpadu dan simultan. Penggunaan model ini berimplikasi pada proses penciptaan situasi belajar dan pembelajaran dimana siswamempelajari beberapa mata pelajaran secara terpadu dalam satu tema pemersatu. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau keterampilan yang ada dalam mata pelajaran menjadi lebih bermakana bagi siswa. Model pembelajaran tematik disekolah dasar juga memberi peluang untuk membangun pengetahuan secara utuh, tidak terpecah-pecah dalam mata pelajaran.
1.       IMPLIKASI BAGI GURU
      Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berhasilnya penerapan model pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru dituntut untuk kreatif dan memiliki inovatif. Hal pertama yang harus dilakukan guru  adalah memahami model pembelajaran tematik, baik secara konseptual maupun secara praktikal. Kebiasan-kebiasaan yang terjadi dalam menerima suuatu bentuk inovasi dalam pembelajaran, guru cenderung ingin langsung atau dipaksa melaksanakannya tanpa dibarengi dengan pemahaman yang tuntas dari inovasi yang dikembangkan tersebut. Akibatnya, inovasi tersebut jarang yang berumur panjan dan selalu kandas ditengah jalan, bukan disebabkan karena buruknya bentuk inovasi tersebut, tetapi lebih disebabkan sifat konservatif pada diri guru yang lebih senag dengan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
      Hal-hal lain yang perlu diperhatikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar yaitu bahwa pembelajaran tematik ini dimaksudkan agar pelaksanaan  kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setipa tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada dilingkungan sekitar siswa. Pilihlah tema-tema yang terdekat dan familiar dengan anak, namun demikian selalu mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema-tema tersebut.
2.       IMPLIKASI BAGI SISWA
              Siswa sebagai objek dan subjek belajar merupakan faktor utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik disekolah dasar. Penggunaan cara baru dalam penyampaian isi kurikulum melalui penerapan model pembelajran tematik perlu diperkenalkan dan dikondisikan sejak dini agar tiak menimbulkan kerancuan-kerancuan yang dapat mengganggu dan berpengaruh negatif terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa sendiri perlu menyadari atau disadarkan akan pentingnya pengaitan materi/isi kurikulum pada masing-masing mata pelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna bagi kehidupannya kelak. kesiapan menerima pembelajaran yang mengharuskan adanya keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya merupakan hal mutlak yang harus dipahami oleh siswa dalam membangun pengetahuanan yang lebih bermakna dan dapat dipublikasikan.
3.       IMPLIKASI TERHADAP BUKU AJAR
Penerapan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar menuntut terseianyya bahan ajar terutama buku ajar, yang memadai dan dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan. Sekalipun, buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran masih dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, namun pada masa mendatang perlu diupayakan adanya buku suplemen khusus yang memuat  bahan ajar  yang terintgrasi untuk membantu siswa sejak dini memahami berbagai ilmu pengetahuan secara interdisipliner. Bahan ajar  tersebut berpangkal  dari tema-tema  yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya.
4.       Implikasi terhadap sarana dan prsarana, sumber belajar, dan media pembelajaran
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa  baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali,  dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik. oleh karena itu, penerapan model ini aka sangat berimplikasi terhadap ketersediaan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memadai disertai dengan manajemen yang baik. Hal yang paling dominan dalam kaitannya dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan model pembeljaran  tematik di sekolah dasar ini yaitu tersedianya sumber belajra  yang lengkap dengan pengelolaan yang profesional. Sumber belajar tersebut baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran tematik. Maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang tidak didesain untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat dimanfaatkan .
Agar pengelolaan sumber belajar berjalam dengan baik, pada masing-masing sekolah atau rayon sekolah, perlu dididrikan suatu pusat sumber belajar yang merupakan suatu tempat yang dirancang secara khusus untuk melaksanakan aktivitas terorganisasi dalam mendesain , mengembangkan, memanfaatkan , mengelolah, mengevaluasi, dan meneliti berbagai sumber untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan pembelajaran tematik





Komentar