MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Teori yang melandasi pembelajaran
kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori
konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus
secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang
kompleks,memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu
(seojadi dalam Teti Sobari,2006:15). Menurut Slavin (2007) , pembelajaran
kooperati mengglakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam
suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan
demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan
untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan
aktivitas secara daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya
dinamika di dalam proses pembelajaran. Dalam teori kons, uktivisme ini lebih
mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah
kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih
sederhana atau atau keterampilan yang diharapkan. Model pembelajaran ini
dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget
dan Vigotsky .Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak ( Ratna 1988:181)
Dalam model pembelajaran kooperatif ini,guru lebih berperan sebagai
fasitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubuh ke arah pemahaman yang
lebih tinggi,dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan pada siswa,tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.
Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka,ini merupakan kesempatan
bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky
adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan
kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam,sehingga
terjadi perubahan konseptual.Piaget menekankan bahwa belajar adalah proses
aktif dan pengetahuan disisusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu,belajar
adalah tindakan kreatif dimana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan
objek dan bereaksi pada peristiwa tersebut.
Di
samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran
dituntut interaksi yang seimbang ,interaksi yang dimaksudkan adalah adanya
interaksi atau komunikasi antara guru guru dengan siswa.siswa dengan siswa,dan
siswa dengan guru. Dalam proses belajar diharapkan adanya komunikasi banyak
arah yang memungkinkan akan terjadi aktivitas dan kreativitas yang diharapkan.
Pandang
konstruktivisme Piaget dan Vigotsky dapat berjalan berdampingan dalam proses
belajar konstruktivisme Piaget yang menekankan pada kegiatan internal individu
terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki orang tersebut.
Sedangkan konstruktivisme Vigotsky menekanka pada interaksi sosial dan
melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosialnya.
Berkaitan
dengan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivis menekankan pentingnya
interaksi dengan teman sebaya,melalu pembentukan kelompok belajar . Dengan kelompok
belajar memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk
mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman akan membantunya untuk
melihat sesuatu dengan jelas bahkan melihat ke tidak sesuaian pandangan mereka
sendiri.
A.
Konsep
Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajar kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative
learning sama dengan kerja kelompok oleh karena itu, banyak guru yang
mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning dalam nelajar
kelompok. walaupun sebenarnya tidak
semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning,seperti dijelaskan
Abdulhak (2001:19-21) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing
proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di
antara peserta belajar itu sendiri”
Dalam
pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu
interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,siswa dengan
siswa,dan siswa denga guru (multi way traffic comunication).
Pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok
kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati,2002:25) . dalam sistem belajay
yang kooperative, siswa belajar sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memliliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajara untuk didirnya sendiri membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar. Siswa bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya
seorang diri.
Cooperative
learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara
berkelompok.model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentuk untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskann (Sanjaya 2006:217).
Tom V.savage (1987:217) mengemukakan
bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama
dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok.Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif
yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan
asa-asalan,pelaksaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatof dengan
benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam
pembelajaran kooperatifproses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada
siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya pembelajaran oleh
rbaya (peerteaching) lebih efektif daripada
pembelajaran oleh guru.
Cooperative learning teknik
mengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama
dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa
belajar bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggotas lainnya
dalam kelompok tersebut (johnson dalam Hasan,1996)
Strategi pembelajaran kooperative
merupakan kerangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam
kelompok,untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.Terdapat
empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif,yakni : 1) adanya
peserta dalam kelompok .2) adanya turan main (role) dalam kelompok,3) adanya
upaya dalam kelompok,4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Berkenang dengan pengelompokakan
lima unsur dasar model cooperative learning,yaitu : 1) minat dan bakat siswa,2)
latar belakang kemampuan siswa,3) perpaduan antara minat dan bakat siswa dan
latar kemampuan siawa.
Nurulhayati,(2002:25-28),mengemukakan
lima unsur dasar model cooperative learning,yaitu :1) ketergantungan yang
positif.2) pertangungjawaban individual,3) kemampuan bersosialisasi,4) tatap
muka,dan 5)evaluasi proses kelompok.
Ketergantungan
yang positif adalah suatu bentuk kerja sama yang sangat erat kaitan antara
anggota kelompok.kerja sama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan.siswa
benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan
anggotanya.
Maksud
dari pertanggungjawaban individual adalah kelompok tergantung pada cara belajar
perseorangan seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas
kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain dimana siswa harus menerima
tanpa pertolongan anggota kelompok.kemampuan bersosialisasi adalah sebuah
kemampuan bekerja sama yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok
tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi
yang dibutuhka.
Setiap
kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akn memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih
efektik.
Senada dengan menjelaskan tersebut
Siahaan (2005:2) mengutarakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam
pembelajaran kooperative,yaitu : a) saling ketergantungan yang positif,b)
interkasi berhadapan (faceto-face interaction),c) tanggung jawab individu
(individual responsibility),d)keterampilan sosial (social skills),e)terjadinya
proses dalam kelompok (group processing).
Pembelajaran
cooperative mewadahi bagaiman siswa dapat bekerja sama dalam kelompok,tujuan
kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa
untuk mencapai tujuan kelompok,siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai
tujuan,maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan,artinya tiao
anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.
Mengapa pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) perlu ? dalam situasi belajar pun sering terlihat sifat
individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individual,bersifat
tertutup terhadap teman,ingin menang sendiri,kurang memberikan perhatian
terhadap teman kelas,bergaul hanya dengan orang tertentu,ingin menang sendiri,
dan sebagainya. Jika keadaan ini di biarkan tidak mustahil akan dihasilkan
warga negara yang egois,inklusif,introfert,kurang bergaul dalam masyarakat,acuh
tak acuh dengan tetangga dan lingkungan,kurang menghargai orang lain,serta
tidak mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Gejala seperti ini
kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita,sedikit-sedikit demonstrasi,main
keroyokan ,saling sikut,dan mudah terprovokasi.
Model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembeajaran yang baik digunakan dan menjadi perhatian serta
dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: 1) penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus
dapat meningkatkan hubungan sosial,menumbuhkan sikap toleransi,dan menghargai
pendapat orang lain,2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa
dalam berpikir kritis,memecahkan maslah,dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
pengalaman. Dengan alasan tersebut,strategi pembelajaran koopertif didarapkan
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Ada dua komponen pembelajaran
kooperatif, yakni : 1) cooperative tesk atau tugas kerja dan,2) cooperative
incentive structure,atau struktur insensif kerja sama. Tugas kerja sama
berkenan dengan suatu hal yang telah di berikan. Sedangkan struktur insensif
kerja sama merupakan suatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan
kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran
kooperatif adanya upaya meningkatkan prestasi belajarnya siswa (student
achievement) danpak penyerta, yaiti sikap toleransi dan menghargai pendapat
orang lain.
Pembelajaran kooperatif akan relatif
digunakan apabila: 1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha
secara individual,2) guru menghendaki pemerataanperolehan hasil dalam
belajar,3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendri,4)
guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktidf siswa,5) guru menghendaki
kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan. ( Sanjaya,2006).
B.
Karakteristik
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda
dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dapat dilihat
dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam
kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan alademik dalam
pengertian penguasaan materi pelajaran,teapi juga adanya unssur kerja sama
untuk menguasaan materi tersebut. Adanya kerja sam inilah yang menjadi ciri
khas dari cooperative learning.
Pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan dalam bebarapa dapat dijelaskan dalam beberap perspektif, yaitu : 1)
perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang
dalam kegiatannya salin membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2)
perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan.3) perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya
interkasi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk
berpikir mengolah berbagai informasi (Sanjaya,2006:242)
Karakteristik
atau ciri-cri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagi berikut.
1. Pembelajaran
secara Tim.
Pembelajarn kooperatif
adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tom merupakan tempat utnuk mencapai
tujuan.oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap
anggota tim harus saling membantu mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan
Pada Manajemen Kooperatif.
Manajemen seperti yang
telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungi yaitu : a) fungsi
manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanan,dan langka-langkah
pembelajaran yang sudah di tentukan. Misalnya tujua apa yang harus di
capai,bagaimana cara mencapainya, apa harus digunakan untuk mencapai tujuan dan
lain sebagaiman.b) fungsi manajeman sebagai organisasi,menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agr proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. C)
fungsi manajemen sebagai kontrol,menunujukkan bahwa dalam pembelajran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes
maupun nontes.
3. Kemauan
untuk Bekerja Sama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok,oleh
karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu di tekankan dalam
pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik,pembelajaran kooperatif
tidak akan mencapai yang optimal.
4. Keterampilan
bekerja sama
Kemampuan
bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran
secara berkelompk. Dengan demikian,siswa perlu didorong untuk dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas
pembelajaran yang menggunakan
pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan,
dan hadiah (Muslim Ibrahim,
2000:3).
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas,
tujuan, dan penghargaan
kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong
dan/atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam
penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau Iebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu
penghargaan bersama.
Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya
mereka berhasil sebagai
kelompck.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
a.
Siswa
dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan
bersama.
b.
Siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c.
Siswa
haruslah melihat bahwa semua anggota di dal am kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d.
Siswa
haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e.
Siswa
akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f.
Siswa
berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g.
Siswa
diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang
menggunakan model
pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok
dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras,
budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu.
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk
memahami suatu bahan pembelajaran.
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori
belajar kooperatif konstruktivis. Hal ini
terlihat pada salah satu teori Vigotsky
yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi
pada umumnya muncul pada percakapan
atau kerja sama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi
terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.
Model
pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan kompetensi sosial
siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan
dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya
tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin
dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunan
pembelajaran kooperatif. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok
atas kerja bersama menyelesaikan rugas-tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok
bawah, jadi memperoleh bantuan
khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa
kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih dalam tentang
hubungan ide-ide yang
terdapat di dalam materi tertentu.
Tujuan penting
lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini
amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar
dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana
masyarakat secara budaya
semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu
dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam
situasi kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus
yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja
dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan
dengan membagi tugas
antaranggota kelompok selama kegiatan.
Ada tiga bentuk
keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundgren (1994), yaitu:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai
kontribusi; (c) mengambil
giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong
partisipasi; (g) mengundang orang
lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; (b)
meng ungkapkan ketidaksetujuan dengan
cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan
dengan aktif; (d) bertanya; (e) memuat ringkasan; (1) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h)
menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan.
c.
Keterampilan
kooperatif tingkat mahir
Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat;
(c) menanyakan kebenaran; (d)
menetapkan tujuan; dan (e) berkompromi.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam
pelajaran yang menggunakan
pembeiajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar. Fase ini diikuti
oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan
ke dalam timtim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa
bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi basil akhir
kerja kelompok, atau evaluasi
tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
C. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur
asar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative
learning), yaitu sebag berikut.
1.
Prinsip
ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu alam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian
tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja
kelompok ditentukan oleh kinerja masing asing anggota
kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam k ompok akan merasakan saling ketergantungan.
2.
Tanggung
jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok
sangat tergantung dari masing-masing nggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam
kelompok tersebut.
3.
Interaksi tatap muka (face
to face promotion interaction), yaitu memberikan
kesempatan yang leas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka mclakukan interaksi dan
diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4.
Partisipasi
dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomurasi dalam kegiatan pembelajaran.
5.
Evaluasi proses
kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
D. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran koopera pada
prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1.
Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran
2.
Belajar Kelompok; tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.
Penilaian,
penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau
kelompok. Tes individu akan
memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006:247).
"Hasil akhir setiap siswa
adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalaTn kelompoknya.
Hal ini disebabkan nilai
kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota
kelompoknya."
4.
Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
E. Model-model
Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi jenis model dalam pembeldjaran
kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak
berubah, jenis-jenis model tersebut, adalah sebagai berikut.
1. Model
Student Teams Achievement Division (FAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Menurut Slavin (2007) model STAD (Student Team Achievement
Divisions) merupakan
variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah dalam matcmatika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan
banyak subjek lainnya, dan pada
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan
sukunya) Guru memberikan
suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa
menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang
Materi
tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa
diperbandingkan dengan nilai rata-rata
mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah
berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui
nilai mereka sebelumnya.
Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria
tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya.
Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai dari paparan guru ke kerja kelompok
sampai kuis, biasanya
memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas. STAD adalah yang paling tepat
untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti penghitungan dan penerapan matematika,
penggunaan Bahasa dan mekanika, geografi dan
keterampilan perpetaan, dan konsep-konsep
sains lainnya.
Lebih
jauh Slavin memaparkan bahwa: "Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru".
Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka
harus membantu teman sekelompok mereka
dalam mempelajari pelajaran. Mereka
harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu
penting, berharga dan
menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak
saling membantu ketika menjalani
kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab
perseorangan). Para.siswa mungkin bekerja berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan
saling membantu satu sama
lain, mereka bisa mendiskusikan pendekatanpendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau mereka bisa
saling memberikan
pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka pelajari itu. Mereka mengajari teman sekelompok dan menaksir
kelebihan dan kekurangan mereka
untuk membantu agar bisa berhasil menjalani tes. Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang
diperoleh siswa atas nilai
sebelumnya (kesempatan yang sama untuk berhasil), siapapun dapat menjadi
"bintang" kelompok dalam satu minggu itu, karena nilainya lebih baik dari nilai sebelumnya atau
karena makalahnya dianggap
sempurna, sehingga selalu menghasilkan nilai yang maksimal tanpa mempertimbangkan nilai rata-rata siswa yang
sebelumnya.
Langkah-langkan
Pembelajaran Kooperatif Model STAD
a.
Penyampaian
Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar.
b.
Pembagian
Kelompok
Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas
(keragaman) kelas dalam prestasi
akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
c.
Presentasi
dari Guru
Guru
menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan tersebut serta
pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar
dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dijelaskan
juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan
serta cara—cara mengerjakannya.
d.
Kegiatan
Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa
belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,
sehingga semua anggota menguasai
dan masing-masing memberikan isi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini
merupakan cirri terpenting dari
STAD.
e.
Kuis
(Evaluasi)
Guru mengevaluasi
hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak
dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab
kepada diri sendiri dalam
memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60,75, 84,
dan seterusnya sesuai dengan
tingkat kesulitan siswa.
f. Penghargaan
Prestasi Tim
Setelah
pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya
pemberian penghargaan atas
keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Menghitung Skor Individu
Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk
menghitung perkembangan skor individu
dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.2 sebagai berikut:
2) Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan
membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor
perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok
tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok
sebagaimana dalam Tabel 7.3 sebagai berikut:
3) Pemberian hadiah dan pengakuan
skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok
atau tim memperoleh predikat,
guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).
guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).
STAD
merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek
tertentu, guru menggunakan
pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk
siswa, tetapi kebanyakan guru
menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi ini.
2. Model Jigsaw
Model
ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.
Arti
Jigsaw dalam Bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu
sebuah teka-teki menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu
siswa melakukan suatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pada
dasarnya, dalam model ini guru membagi sat-an informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.
Selanjutnya guru membagi siswa ke
dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung
jawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggung jawab terhadap
subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.
Siswa-siswa
ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas koopera‑tifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik
bagiannya; (b) merencanakan
bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing
sebagai "ahli" dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut
kepada temannya. Ahli dalam subtopik
lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya
terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut.
a.
siswa
dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang;
b.
tiap
orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda;
c.
anggota
dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok Baru (kelompok ahli);
d.
setelah
kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kemba'li ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang
subbab yang mereka kuasai;
e.
tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
f.
pembahasan;
g.
penutup.
Model
pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja
kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (1999:73), bahwa "pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai
enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri".
Dalam
model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi
yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat
menyampaikan informasinya kepada
kelompok lain.
Lei
(1994) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak
riset telah dilakukan berkaitan
dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa
yang terlibat di dalam
pembelajaran model kooperatif model Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik,
mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai
perbedaan dan pendapat orang lain.
Jhonson
and Jhonson (dalam Teti Sobari 2006:31) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw
yang hasilnya menunjukkan bahwa
interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif
tersebut adalah:
a. meningkatkan basil belajar;
b. meningkatkan daya ingat;
c. dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat
tinggi;
d. mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik Qcesadaran
individu);
e. meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;
f. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
g. meningkatkan sikap positif terhadap guru;
h. meningkatkan harga diri anak;
i. meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan
j. meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.
Pembelajaran
model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda. Tetapi
permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi
yang sama, kita sebut sebagai
tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi,
selanjutnya basil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
a.
Melakukan
membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga
mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
b.
Diskusi kelompok ahli.
Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan
yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalahan tersebut.
c.
Laporan
kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan basil yang didapat dari diskusi tim ahli.
d.
Kuis
dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5.
Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Stephen,
Sikes and Snapp (1978), mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikUt:
a. siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim;
b. tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berteda;
c. tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
d. anggota
dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok
ahli) untuk mendiskusikan subbab
mereka;
e. setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota
kembali ke kelompok anal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan saksama;
f. tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g. guru memberi evaluasi;
h. penutup.
3. Investigasi
Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI
dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael
Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik
kooperatif GI adalah kelompok dibentuk
oleh siswa itu_sendiri dengan beranggotal:an 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan
kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap
kelompok mempresentasikan atau memamerkan
laporannya kepada seluruh kelas,
untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka (Burns, et al., tanpa tahun). Menurut Slavin (1995a), strategi kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar John
Dewey. Teknik kooperatif ini telah
secara meluas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-program
pembelajaran dengan tugas-tugas
spesifik.
Pengembangan belajar
kooperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam
domain sosial dan
intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut (Slavin, 1995a). Oleh
karena itu, group investigation
tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog
interpersonal (atau tidak mengacu
kepada dimensi sosial-afektif pembelajaran) . Aspek sosial-afektif kelompok, pertukaran intelektualnya,
dan materi yang bermakna,
merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa.
Interaksi dan komunikasi yang
bersifat kooperatif di antara siswa dalam satu kelas dapat
dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan lewat kelompokkelompok belajar kecil.
Belajar kooperatif dengan teknik GI
sangat cocok untuk bidang kajian yang
memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 1995a), yang mengarah
pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah. Oleh
karenanya, kesuksesan implementasi
teknik kooperatif GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan
sosial. Tugas-tugas akademik harus
diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam
kontribusinya, bukan hanya sekadar
didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat facual (apa, siapa, di mana, atau
sejenisnya). Menurut Slavin (1995a),
strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran biologi (IPA). Dengan topik
materi IPA yang cukup luas dan desain
tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam
kelompoknya dapat saling memberi
kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya. Selanjutnya, dalam tahapan pelaksanaan investigasi
para siswa mencari informasi dari
berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas/ sekolah. Para siswa kemudian melakukan evaluasi
dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat dalam upaya untuk
membuat laporan ilmiah sebagai hasil
kelompok.
Implementasi
strategi belajar kooperatif GI dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam langkah, yaitu: (1)
mengidentifikasi topik clar mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah
sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengategorisasi saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok
belajar dengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas
ketertarikan topik yang
sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi); (2) merencanakan tugas-tugas
belajar (direncanakan
secara bersama-sama oleh para siswa dalarp kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita selidiki;
bagaimana kita melakukannya, siapa
sebagai apa—pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi); (3) melaksanakan investigasi
(siswa mencari informasi,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para
siswa bertukar pikiran,
mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide); (4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan
pesanpesan esensial proyeknya;
merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat
presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi); (5)
mempresentasikan laporan akhir
(presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat
melibatkan pendengar (kelompok
lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi rnenurut kriteria yang telah ditentukan
keseluruhan kelas); (6) evaluasi
(para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam
mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis).
Di dalam
implementasinya pembelajaran kooperatif tipe group investigation, setiap kelompok presentasi atas basil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok
presentasi di depan kelas adalah
melakukan evaluasi sajian kelompok.
Model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa
mengikuti pembelajaran dan
berorientasi menuju pembentukan manusia social (Mafune,2005:4). Model pembelajaran kooperatif dipandang
sebagai proses pembelajaran
yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses
pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab
individu tetap merupakan kunci
keberhasilan pembelajaran.
Asumsi yang
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation,
yaitu (1) untuk meningkatkan
kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat Bantu yang
secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional
lebih penting daripada yang rasional
dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan
dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosioanl dan irrasional.
Model pembelajaran
kooperatif tipe group investivigation langkahlangkah pembelajarannya adalah:
a. membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5
siswa;
siswa;
- memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis;
c.
mengajak
setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam
dalam kurun waktu yang
disepakati.
4. Model Make a
Match (Membuat Pasangan)
Metode
Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik, dalam suasana yang
menyenangkan.
Penerapan
metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang
dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Langkah-Langkah pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.
Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu
berupa icartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
b.
Setiap siswa
mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
c.
Siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).
d.
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
e.
Setelah satu
babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
f.
Kesimpulan.
5. Model TGT (Teams Games
Tournaments)
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam
bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadangkadang dapat juga diselingi dengan
pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi
angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka
tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan
poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, yang lebih mudah untuk
anak yang kurang pintar. Hal ini
dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang
dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat
berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi
pembelajaran.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang
diberikan dikerjakan
bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban
atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Menurut
Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan,
yaitu tahap penyajian kelas (class precentition), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan
(tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan
apa yang diungkapkan oleh
Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil;
b. games
tournament;
c.
penghargaan
kelompok.
6.
Model
Struktural
Menurut
pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Shlomo Sharan, 2009: 267) bahwa terdapat enam komponen utama di dalam
Pembelajaran Kooperatif tipe
Pendekatan Struktural. Keenam komponen itu adalah sebagai berikut.
a.
Struktur
dan Konstruk yang Berkaitan
Premis dasar dari pendekatan
struktural adalah bahwa ada hubungan
kuat antara yang
siswa lakukan dengan yang siswa pelajari, yaitu interaksi di dalam kelas telah memberi pengaruh besar pada
perkembangan siswa pada sisi sosial, kognitif, dan
akademisnya. Konstruksi dan pemerolehan pengetahuan,
perkembangan bahasa dan kognisi, dan perkembangan keterampilan sosial merupakan fungsi dari situasi
di mana siswa berinteraksi
b.
Prinsip-prinsip
Dasar
Ada
empat prinsip dasar yang penting untuk pendekatan struktural pembelajaran kooperatif, yaitu interaksi serentak,
partisipasi sejajar, interdependensi positif, dan akuntabilitas perseorangan.
c.
Pembentukan
Kelompok dan Pembentukan Kelas
Kagan (Shlomo Sharan,
2009: 287) membedakan lima tujuan pembentukan
kelompok dan memberikan struktur yang tepat untuk masing-masing. Kelima tujuan pembentukan kelompok itu
adalah: (1) agar dikenal; (2)
identitas kelompok; (3) dukungan timbal-balik; (4) menilai perbedaan; dan (5)
mengembangkan sinergi.
d.
Kelompok
Kelompok
belajar kooperatif memiliki identitas kelompok yang kuat, yang idealnya terdiri dari empat anggota yang
berlangsung lama. Kagan (Shlomo
Sharan, 2009: 288) membedakan empat tipe kelompok belajar tersebut adalah: (1) kelompok heterogen; (2)
kelompok acak; (3) kelompok minat;
dan (4) kelompok bahasa homogen.
e.
Tata
Kelola
Dalam
kelas kooperatif ditekankan adanya interaksi siswa dengan siswa, untuk itu manajemen melibatkan berbagai
keterampilan berbeda. Beberapa dari
perhatian manajemen diperkenalkan bersamaan dengan pengenalan kelompok,
termasuk susunan tempat duduk, tingkat suara, pemberian arahan, distribusi dan
penyimpanan materi kelompok, serta metode
pembentukan sikap kelompok.
f.
Keterampilan
Sosial
The
Structured Natural Approach untuk
pemerolehan keterampilan sosial
menggunakan empat alat, yakni (1) peran dan gerakan pembuka; (2) pemodelan dan penguatan; (3) struktur dan
penstrukturan; dan (4) refleksi dan waktu perencanaan.
Perbandingan karakteristik
dari masing-masing model pembelajaran kooperatif
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Komentar