BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perubahan cara pandang terhadap siswa objek
menjadi subjek dalam proses pebelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pemeblajaran
yang inovatif . Ivor K.Davis (2000 )mengemukakan bahwa “salah satu
kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakakn bahwa hakikiat belajar
dan pemebelajaran siswa bukan mengajar gurunya”
Guru dituntut
dapat memilih model pemebelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk
secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif
model pembelajaran yang memungkinkan di kembangkannya keteramoilan berfikir
siswa (penalaran,komunikasi,dan koneksi) dalam memecahkan masalah andalah Pembelajaran Berbasis Masalah
yang biasa di singkat PBM.
Munurut Tan
(2003) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pemebelajaran
karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui
proses keeja kelompok atau tim yang sistematis,sehingga siswa dapat
menberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemapuan berfikir secar
berkesimambungan.
Pada kenyataanya
tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut baik disebabkan oleh kurangnya
keinginan dan motivasi kualitas keilmuan maupun karena kurungnya dukungan
system untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidikan.
Berdasrkan hal
tersebut maka perlu kiranaya ada sebuah bahan
kajian yang mendalam tentang apa dan bagaimana Pembelajaran Berbasis Masalah
ini untuk selanjutnya di terapkan sehingga dapat memberikan masukan, khususnya
kepada para guru tentang Pembelajaran Berbasis Masalah yang menurut Tan ( 2003
) merupakan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abad ke 21 dan
umumnya kepada para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada
pengembanagn dan inovasi system pembelajaran.
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa
rumusan masalah yang dapat di peroleh diantaranya :
a.
bagaimana konsep
dan karakteristik pembelajaran berbasis masalah?
b.
bagaimana peran
guru dalam pembelajaran berbasis masalah?
c.
bagaiamna konsep berbasis kognitif?
d.
bagaimana desain
masalah dalam pembelajran berbasis masalah?
e.
Bagaimana
pengembanagan kurikulum dalam pembelajaran berbasis masalah?
f.
Bagaiamana
pembelajaran berbasis masalah dan perencanaan kurikulum?
g.
Bagaimana
pembelajaran berbasis masalah dan E-learning
?
h.
Bagaimana
pengalaman siswa dalam pembelajran berbasis masalah?
i.
Bagaimana
implementasi pembelajaran berbasis masalah?
j.
Bagaimana
intisari pembelajaran berbasis masalah?
k.
Bagaimana
teori belajar yang melandasi pendekatan
pembejaran berbasis masalah?
l.
Bagaimana
petunjuk bagi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan dalam berbasis masalah?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun beberapa tujuan dari penulisan ini secara
umum adalah untuk memberikan pengetahuan
dan pemahaman kepada pembaca mengenai Model Pembelajaran Berbasis Masalaah.
Dan secara khusus adalah :
Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa
rumusan masalah yang dapat di peroleh diantaranya :
1.
konsep dan
karakteristik pembelajaran berbasis masalah
2.
peran guru dalam
pembelajaran berbasis masalah
3.
bagaiamna konsep berbasis kognitif
4.
desain masalah
dalam pembelajran berbasis masalah
5.
pengembanagan
kurikulum dalam pembelajaran berbasis masalah
6.
pembelajaran
berbasis masalah dan perencanaan kurikulum
7.
pembelajaran
berbasis masalah dan E-learning
8.
pengalaman siswa
dalam pembelajran berbasis masalah
9.
implementasi
pembelajaran berbasis masalah
10. intisari pembelajaran berbasis masalah
11. teori belajar
yang melandasi pendekatan pembejaran berbasis masalah
12. petunjuk bagi guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan dalam berbasis masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dan
Karakteristik Pembelajan Berbasis Masalah
Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada
di dunia nyata. Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan inteligensi dari
alam diri individu yanag berada dalam sebuah kelompok orang atau
lingkungan untuk memecahkan masalah yang
bermakna relevean dan kontekstual.
Hasil pendidikan yang diharapkan meliputu pola kompetensi yang
dibutuhkan untuk berkprah pada abad ke -21. Pendidikan bukan hanya menyiapkan
masa depan. Pendidikna harus membantu perkembangan terciptnya indibvidu yang
kritis dengan tingkat kreativitas yang
tinggi dan tingkat keterampilan berfikir
yang lebih tinggi pula. Guru juga harus dapat member keterampialn yang dapat digunakan di tempat kerja . guru
akan gagal apabila mereka menggunakan proses pembelajaran yang tidak
memmengaruhi pembelajaran yang sepanjang hayat (life long condition).
Bound dan Feletti (1997) mengemukakan bahawa Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah inovsasi yang paling
signifikan dalan pendidikna unutk
meningkatkan perkembangan keteampilan belajar sepanjang hanyat dalam pola piker
yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitsai
keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja keompok, dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik di bandingkan dengan pendekatan yang lainnya.
1.
Masalah,
Pedagogi, dan Pembelajan Berbasis Masalah
Kekuatan
masalah
Masalah dapat mendorong keseriusan,
inquiry, dan berfikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful). Pendidikan memerlukan
perspektif baru dalam menemukan berbagai peramasalahan dan cara mandang suatu
permasalahan.
Berbagai terobosan dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah. Pada
umumnya pendidikan dimulai dari adanya keretrtarkan dengan masalah, dilanjutkan
dengan menntukan masalah dan penggunaan berbagai dimensi berfikir.
Masalah dan
Pedalogi
Menurut Shulman (1991) pendidikan merupakan
proses memebantu orang megembangkan kapasitsa untuk belajar bagaimana
manghubungkan kasulitan mereka dengan teka –teki yang berguna untuk membentuk
masalah.
Masalah dan
Multiple Prespective
Dalam memecahkan permasalahan yang ada di
dunia nyata, kita perlu menyadari bahwa seluruh proses kognitiif dan aktivitasa
mental yang terlibat didalamnya. Otak bekerja dengan siklus tertentu dan
literasi dari berfikir sitematis, sistemik, analisis general dan divergen.
Abad ke21 ditandai dengan tingginya
konektivitas karena realita yanga tidak dapat dipisahkan. Isu-isu yang ada di
dunia nyata merupakan disiplin silang dan melibatkan perspektif yang saling
berhubungan. Kita membutuhkan pandanngan yang luas tentang berbagai hal dan
perpaduan dari setiap perbedaan pengetauhuan dasar yanga salaing berhubungan.
Teori
Belajar, Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Dari segi paedagogis, Pembelajarn Berbasi
Masalah yang didasarkan pada tori belajar konstuktivisme (Schmidt,1993;Savery
dan Duffy,1995;Hendy dan Murphy,1995) dengan cirri:
a.
Pengalaman di
peroleh dari interaksi dengan scenario permasalahan dan limgkungan belajar
b.
Perguatan dengan
masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonasi yang menstimulasi
belajar.
c.
Pengetahuan
terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi social dan evaluasi terhadap
keberadaan sebuha sudut pandang.
Pembaelajaran Berbasis Masalah dan Kognisi
Paedahogi
pemebelajaran Berbasis masalah membantu untuk menunjukkan dan memperjelas cara
berfikir serta kenyataan dari stuktur dan proses kognitif yang terlibat
didalamnya. PBM mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarah kan
suatu proses belajar yang merancang
berbagasi macam jognisi pemecahan masalah. Inovasi PBM menggabungakan penggunaan
dari akses e-learning, interdispliner kreatif, penguasaan dan penegmbangn
keterampian individu.
2.
Pengertian dan
Karakeristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbsais masalaha merupakan
penggunaan berbagi macam kecerdasan yang diperlukan unutk melakukan
konfrontsai terhadap tanatangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yanga baru dan komplekstasnya yang ada (Tan,2000).
Kareakteristik pembelajaran berbasis masalah dalah sebagai berikut :
a.
Permasalahan
menjadi starting point dalam belajar,
b.
Permasalahn yang
di angkat adalah permasalahan yanga ada didunia nyata dan tidak terstuktur,
c.
Permasalahan
membutuhkan perpektif ganda (multiple
perspective ),
d.
Permasalahan,
menantang pengtahuan yang dimilik oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang
kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar,
e.
Belajar
pengarahan diri menjadi hal yang lebih baru,
f.
Pemanfaatan
sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evalusi sumber informasi
merupakan proses yang esenisal daam PBM,
g.
Belajar adalah
kolabborasi, komunikasi, dan kooperati,
h.
Pengembangan keteramoilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan pengusaan isi
pengtahuan untuk mencari solusi dari sebuaj permasalahan,
i.
Keterbukaan
proses dalam PBM meliputi sintesi, dan intergrasi dari sebuha proses belajar
dan,
j.
Pbm melibatkan
evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Studi kasus Pemblejaran
Masalah meliputi : 1) penyajian masalah,2) menggerakkan inqury, 3) langakh-langkah PBM , yaitu anlisis insia, mengangkat
isu-isu belajar, interasai kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah ,
integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evalusi.
Alur Proses Pembelajaran Berbasi Masalah dapat
dilihat pada folwachhart .
Menentukan masalah
|
Analisis Masalah dan isu belajar
|
Pertemuan dan laporan
|
Belajar pengarahan Diri
|
Belajar pengarahan Diri
|
Kesimpulan,integrasi, dan evaluasi
|
Belajar pengarahan Diri
|
Belajar pengarahan Diri
|
Penyajia Solusi dan Refleksi
|
Gambar 8.1
keberagaman pendekan PBM
PBM
digunakan tergantunga dari tujuan yang ingin dicapai apakah berkaitan dengan :
1) penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner, 2) penguasaan
keterampilan proses dan disiplinheuristic, 3) belajar keterampilan pemecahan
masalah, 4) belajar ketampilan kehidupan yang lebih luas.
Ketika
tujuan PBM lebih luas, maka permasalahan pun menjdi lebih komplek dan proses
PBM membutuhkan siklus yang lebih panjang. Jenis PBM yang akan dimasukakan
dalam kurikulum tergantung pada profil dan kematangan siswa, pengalaman masa
lalu siswa, fleksibilitas kurikulum yang ada, tuntutan evaluasi, waktu dan
sumber yang ada.
B. Peran Guru
dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru harus
menggunakan proses pemeblajaran yang akan menggerakkan siswa menuju
kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belakjar sepanjang hayat.
Lingkungan belajar yang di bangun guru harus
mendorong cara berfikir refleksi , evaluasi kritis, dan cara berfikir
yanag berdayaguna. Peran guru dalam PBM berberda dengan peran guru di dalam
kelas. Guru dalam PBM terus berfikir tentang beberapa hal yang yaitu :
a)
bagaiamana cara
dapat merancang dan menggunakan
permasalahan yang ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar?
b)
bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam
proses pemacahan masalsah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya?
c)
dan bagaiman
siswa memandang diri mereka sendiri
sebagai pemecahan masalah yang aktif?
Guru dalam PBM juga memusatkna
perhatiannya pada :
a)
memfasilitasi
proses PBM, mengubah cara berfikir, mengembangkan keterampialn inquiry,
menggunakan pembelajran yang kooperatif,
b)
melatih siswa
tentang statergi pemecahan masalah , pemberian alasaan yang mendalam,
metakoggnisi, berfikir kritis, dan berfikir secara system dan
c)
menjadia
perantara proses penguasaan informasi meliputi : meneliti lingkungan informasi,
mengakses sumber informasi yang beragam informasi megakses sumber informasi
yang beragam dan mengadakan koneksi.
1.
Menyiapkan Perangkat Berfikir Siswa.
Beberapa
hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM adalah :
1) Memabantu
siswa mengubah cara berfikir
2) Menjelaskan
apa itu PBM? Pola apa yang dialami oleh siswa?
3) Memebrikan
siswa ikhtisar siklus PBM, sruktur,dan batasan waktu
4) Mengkomunikasikan
tujuan, hasil, dan haraapn
5) Menyiapkan
siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang
6) Membantu
siswa merasa memiliki masalah
2. Menekankan
Beajar Kooperatif
PBM menyediakan
cara untuk inquiry yag bersifat kolaboratif fan belajar. Bray, dkk (2000if )
memnggambarkan inqury yang ebrsifat kolaboratif sebagai proses di mana orang
melakukan reflekis dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja dalam tim
unutk menjawab pertnyaan penting. Dalam proses PBM, siswa belajar unutk
mnegembangkan proses kognitif yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami
permasalaahan, mengambil dan menganalisis data penting, dan mengelaborasi
solusi.
3.
Memfasilitasi
Pembelajaran Kelompok Kecil danlam Pembelajaran Berbasis Masalah
Belajar dalma kelompok kecil lebih mudah dilakukan
apabila anggota berkisar antara 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit
dengan satu orang guru. Guru dapat mengunakan berbagai teknik belajar
kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok etrsebut dalaam
langkah-langkah yang beragam dalam
siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar,dan penyajian ide.
4.
Melaksanankan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru dapat menagtur lingkungan belajar untuk mendorong
penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah. Gutu juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaborsi dan
proses belajar siswa.
C.
Proses Belajar Berbasis Kognitif
Pemecahan masalah yang efektif dalam setting dunia
nyata meliputi penggunaan proses
kognitif meliputi:
a.
perencanaan
penuuh untuk berfikir ( menggunakan waktu untuk berfikir dan merencanakan) ,
b.
berfikir secara
menyeluruh ( terbuka dengan berbagai gagasan dan menggunakan presfektif yang
beragam),
c.
berfikir secara sstematik (
diatur,menyeluruh dan sistemtis ),
d.
berfikir anatik ( pengkalasifikasian, analisis
login dan kesimpulan)
e.
Berfikir
analogis ( mengaplikasikan persaam pola, berfikir parallel dan lateral )
f.
Berfikir system
( holistic dan berfikir menyeluruh )
Berfikir
dengan menggunakan PBM ketika siswa menrencanakan, membuat hipotesis, mungunakan perspektif yang beragam
dna bekerja melalui fakta dan gagasan secara sistematis. Resolusi masalah juga
melibatkan analisis logis dan kritis, penggunaan analogi dan berfikir divergen,
integrasi kreatif dan sintesis.
Proses PBM dan latiahn
melibatkan penggunaan otak atau pikiran unutk melakukan hubungan refleksi,
artikulasi, dan belajar melihat perbedaan pandangan. Dalam proses PBM, scenario
masalah dan urutannya membantu siswa mengembangkan koneksi kognitif. Kemampuan
unutuk melakukan koneksi inteligen merupakan kunci dari pemecahan masalah dalam
dunia nyata. Pelatihan dalam PBM membantu dalam meningkatkan konektivitas,
pengumpulan data, elaborasi dan komunikasi inforamasi.
1.
Memfasilitasi
Berfikir
Memfasilitsi inquiry untuk belajar yang lebih
merupakan tantangan yang paling utama. Pembimbingan PBM yang efktif mengggunkan
urutan yang luas dan teknik menjawab yang baik. Ilmuan, penguusaha, dan
pengambilan keputusan yang efektif tahu bagaimana meminta jawaban yang baik
untuk membantu siswa melakukan internalisasi beberapa dialog.
2.
Menengahi
Belajar dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Mediator
yang paing efektif membantu siswa menemukan signifikansi dari bekerja yang
memecahkan masalah dan menjadai proses PBM itu mempunyai nilai manfaat.
Mediasi meliputi mediasi fefleksi praktis
( RP ) yang berhubungan dengan penagturan diri dan perilaku metakognitif,
mediasi kemandirian dan berbagai ( IS), menujukkan pada rasa memiliki dan perilaku berbagai . T
hubungan dengan peningktan intelegensi untuk melakukan konfrontasi terhadap
stuktur yang salah.
Interaksi dalam PBM meliputi 3
karakteristik yaitu :
1.
Adanya tujuan
yang disengaja dan timbale balik (IR)
2.
Mediasi belajar
(ME)
3.
Dan sangat
penting ( T )
Formulasi
isu-isu belajar dalam PBM, kebutuhan untuk mengajar satu sama lain dan
tantangan memecahkan masalah yanga ada di dunia nyata memberikan tujuan yang
menagrahkan perilaku, peran tutor adalah unutk membimbing dan menentukan tujuan
dan penguasaan perilaku. PBM berhubungan dengan peningkatan intelegensi untuk
mengkonfrontasi stuktur yang tidak sehat dan masalah yang baru muncul.
D. Desain
masalah dalam pembelajaran Berbasis Masalah
1.
Akar desain masalah
Akar
desain masalah adalah masalah yang riil berupa kenyataan hidup seprti halnya
penguasaan terhadap permesinan dalam rangka mengahadapi tuntutan perkembangan industry.
Dalam dunia medis siswa di ajari untuk menemukan sejumlah obat dan penanganan
terhadap penyakit. Pemdidikan dan pelatian para guru harus mampu menunjukkan
bagaimana menangani situasi rill dalam dunia pendidikan. Bahkan tetrdapat
kesenjangan antara reori dengan praktek dalam pendidikan.
2.
Menetukakan
tujuan Pembelajaran berbasis Masalah
PBM adalah sebuh cara untuk memanfaatkan masalah untuk
menimbulkan motivasi belajar. Suksesnya pelaksanaan PBM sanagt bergantung pada
seleksi, desain dan pengembangn masalah. Bagaimana pun juga pertama-tama perlu
mengenalkan PBM pada kurikulum atau berfikir tentang jenis masalah yang
digunakan. Hal etrpenting adalah menetukan tujuan yang ingin d capai dalam
penggunaan PBM.
Tujuan PBM adalah menguasai isi belajar dari disiplin
heuristic dan pengembangan keterampilan pemacahan masalah. PBM juga berhubungan dengan belajar tentang
kehidupan yang lebih luas ( lifewide
learning ), keterampilan memaknai informasi, kolaborasi dan belajar tim,
dan keterampialn berfikir felektif dan evaluative.
3.
Desain masalah
Pada dasarnya kompleksitas masalah yang dihadapi
sanagt tergantung pada latar belaknag dan profil para siswa. Desain masalah
memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a.
Karakteristik
Masalah nyata dalam kehidupan, adanya relevansi
dengan kurikulum, tingkat kesulitan dan
tingkat kompelksitas masalah, masalah memiliki kaitan dengan berbagi disiplin
ilmu, keterbukaan masalah sebagai produk akhir.
b.
Konteks
Masalah yang tidak
terstuktur, manantang, motivasu, memiliki elemen baru.
c.
Sumber dan
lingkungan belajar
Masalah dapat memebrikan
dorongan untuk di pecahkan secara kolaboratif, indpenden unurk bekerja sama ,
adanya bimbingan dalam proses memecahkan masalah yang digunakan seumber, adanya
informasi dan hal-hal yang dilakukan dalam proses pemecahan masalah.
d.
Presentasi
Penguunaan scenario masala, penggunaan video klip,
audio, jurnal , malajah dan web site.
E. Pengembangan
Kurikulum dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pengembangan kurikulum yang ada bersifat
deduktif prosesnya dari hal yang snagt
umum menyangkut keperluan masayarakat kepada hal yang sanagt khusus atau
spesifik : model induktif dari hal yang berifat spesifik materi dan proses kurikulum
kepada hal yang bersifat umum. Kurikulum
dalam PBM meliputi :
1.
Mega Level ( the
why )
Profil lulusan yang diharapkan, tujuan umum program,
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kompetensi lainnya yang menekankan pada
penggambaran disiplin ilmu.
2. Makro level ( the what )
Latihan dan model tujuan lembaga, belajr dari materi
dan silabus, penilaian tujuan, stuktur,
criteria, dan kegatan evaluasi.
3. Mikro Level ( the How )
Srtuktur kegiatan, jadwal sesi PBM, tutorial stuktur
mandiri, dan kemasn belajar, sumber masalh dan belajar.
F. Pembelajaran
Berbasis Masaalah dan Perecaanan Kurikulum
langkah pertaman dalam perencanaan pembelajaran
kurikulum kaitannya dengan PBM adalah menentukan tujuan dalam memanfaatkan PBM
dan tujuan program kurikulum, seprti yang disebutkan di atas mega level, makro
level dan mikro level.
Persiapan
sebuah dokumen yang meliputi :
a)
Rasional Penggunaan PBM
b)
Apa PBM dan apa
yang di perlukan
c)
Tujuan PBM dan
hasil yang ingin di capai.
Dengan sebuah ide yang jelas di mana PBM akan dimasukkan dan kaitannya daalm
ruang lingkup pemecahan masalah, kerja tim, pegembangan kemampuan dan matri
belajar yang spesifik pula.
G. Pembelajaran Berbasis Masalah dan e- Learning
1. Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Sistem Manajemen Belajar
Sistem manajemen belajar, seperti
halnya papan tulis hitam, sumber belajar dan perlengkapan belajar yang cukup
menyenangkan, rangkaian informasi, dokumen, pengukuran, buku-buku, sistem
komunikasi, dan lain-lain smeua ini memerlukan pengaturan, penataan dalam
sinergi yang baik memerlukan pengaturan, penataan dalam sinergi yang baik untuk
mencapai tujuan.
Inovasi e-Learning
2.
Inovasi e-Learning
E-learning memiliki manfaat yang
cukup besar terutama ketika dikaitkan dengan jarak dan keterbatasan waktu dalam
belajar, belajar dapat dilakukan hanya menggunakan web. PBM dapat memanfaatkan
fasilitas e-learning secara kolaboratif dalam proses pemecahan masalah. Dengan
memanfaatkan masalah sebgai pemicu untuk belajar dan interaktif, potensi
teknologi mungkin dapat dipergunakan secara penuh, namun pada sisi tertentu
e-learning tetap memiliki keterbatasan. Beberapa landasan prinsip penggunaan
PBM dalam e-learning adalah:
a. Menggunakan
kekuatan masalah yang riil untuk membangkitkan motivasi
b. Mengondisikan
lingkungan kaitanya dengan informasi global
c. Mendorong
proses pemanfaatan dan pengembangan belajar e-learning
d. Menekankan
pada pemecahan masalah dan pebuatan keputusan daripada bahan belajar
e. Menyediakan
sistem dalam kolaborasi
f. Mengembangkan
evaluasi terhadap sumber informasi
H. Pengalaman Siswa
dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Inti
dari pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran Siswa
Beberapa
hal penting yang mendapat perhatian adalah
1.
Memperkirakan kesiapan
siswa, meliputi dasar pengetahuan, kedewasan, berifkir, dan kekuatan
motivasinya
2. Mempersiapkan
siswa dalam hal cara berfikir dan kemampuan dalam hal cara berfikir dan
kemampuan dalam rangka melakukan pekerjaan secara kelompok, membaca, mengatur
waktu, dan menggali informasi
3. Merencanakan
proses dalam bentuk langkah-langkah dalam cycle
problem based Learin.
4. Menyediakan
sumber bimbingan yang tepat, menjamin bahwa ada akhir merupakan hasil akhir
I.
Implementasi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam setiap perubahan
bukan saja diperlukan adanya kemauan untuk berubah, akan tetapi kesiapan
menyongsong perubahan perubahan yang membawa implikasi terhadap sisi lain dari
pendidikan itu sendiri. Pada sekolah misalnya, segala perangkat keras dan
perangkat lunak, dari staff sampai tingkat pimpinan sekaligus harus memiliki
kemauan, kesiapan, dan kemampuan dalam melakukan melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan itu.
J. intisari Pembelajaran
Berbasis Masalah
Ibrahim dan Nur
(2000:2) mengemukakan bahwa pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi
siswa dalam situasiyang beriorentasi pada masalah yang nyata, termasuk di
dalamnya belajar bagaimana belajar.
Moffit
(Depdiknas, 2002:12) mengemukakan pendapat bahwa pembelajaran Bebasis Masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensi dari materi pelajaran.
Persamaan
terletak pada pendayagunaan kemampuan berfikir dalam sebuah proses kognitif
yang melibatkan proses mental yang dihadapkan pada kompleksitas sutu permasalahan yang ada di dunia nyata.
Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki
pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif,
dengan keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan. PBM menuntut
aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dana keterampilan
melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran. Situasi atau
masalah yang menjadi titik titik tolak pembelajaran untuk memahami prinsip ,
dan mengembangkan keterampilan yang
berbeda pembelajaran pada umumnya.
Siswa
memahami konsep dan prinsip dari suatu materi dimulai dari bekerja dan belajar
terhadap situasi atau masalah yang diberikan memalui investigasi, inquiry, dan
pemecahan masalah. Siswa membangun konsep aua prinsip dengan kemampuan sendiri
yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya.
Problem-
Based Learning pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di
Universitas Mc Master Fakultas Kanal, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam
diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada.
Karakteristik
PBM dari Oon Seng Tan memiliki perbedaan dengan karakteristik PBM dari Ibrahim dan Nur (2005 : 5), yaitu:
1. Pengajuan
pertanyaan atau masalah (memahami masalah),
2. Berfokus
pada keterkaitan antar disiplin,
3. Penyelidikan
autentik
4. Menghasilkan
produk
5. Kerja
sama
Salah
satu perbedaan terletak pada konsep pada pengarahan diri. Tan secara eksplisit
menitikberatkan pada belajar pengarahan diri dalam setiap tahapan PBM,
sementara Ibrahim dan Nur tidak secara eksplist mengemukakan pentingnya belajar
pengarahan diri, tetapi lebih
menitikberatkan pada kerjasama antaranggota kelompok untuk menemukan solusi
masalah.
Pierce dan Jones (Howey, 2001:69)
mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBM,
adalah:
1. Keterlibatan
(engagement), mempersiapkan mahasiswa untuk berperan sebagai pemecahan masalah
dengan kerja sama
2. Inquiry,
dan investigasi, mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi
3. Performansi,
menyajikan temuan
4. Tanya
jawab (debriefing), menguji keakuratan dari solusi, dan
5. Refleks
terhadap pemecahan masalah
Berbeda
dengan Tan, Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan
tujuan PBM secra rinci, yaitu:
1. Membantu
siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah
2. Belajar
berbagai peran dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata
3. Menjadi
para siswa yang otonom
PBM
melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka
menginterpretasi dan menjelaskan fenomena di dunia nyata dan membangun
pemahamannya tentang fenomena itu.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan
Ismail (2002:1) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran Berbasis
Masalah adalah sebagai berikut:
Menurut Fogart (1997:3) PBM dimulai
dengan masalah yang tidak tersruktur sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini
siswa menggunakan berbagai kecerdasanya melalui diskusi dan penelitian untuk
menentukan isu yang nyata yang ada.
Langkah-langkah yang akan dilalui
oleh siswa dalam sebuah proses PBM adalah :
1) menemukan
masalah;
2) mendefinisikan
masalah;
3) mengumpulkan
fakta dengan dengan menggunakan KND;
4) pembuatan hipotesis,
5) penelitian,
6) rephrasing
masalah
7) menyuguhkan
alternatif dan
8) mengusulkan
solusi.
Lingkungan belajar yang harus
dipersiapkan dalam PBM adalah lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM
adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan
menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi
mandiri dan otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri.
Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral bukan pada guru.
K. Teori Belajar yang
Melandasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Selain teori belajar
konstruktivisme, ada beberapa teori belajar lainya yang melandasi pendekatan
PBM, yakni sebagai berikut:
1.
Teori Belajar Bermakna
dari David Ausubel
Ausubel
(Suparno, 1997) membedakan antara belajar bermakna (meaningfull learning)
dengan belajar mengahafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses
belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yangn
sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan
bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitanya dengan PBM dalam hal
mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa.
2. Teori
Belajar Vigotsky
Perkembangan
intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan
menentang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya membangun
pengrtian baru. Ibrahim dan Nur (2000:19) Vigotsky meyakini bahwa memperkaya
perkembangan intelektual siswa. Kalian dengan PBM dalam hal mengaitkan
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui
kegiatan belajar dalam interaksi sosial denga teman lain.
3. Teori
Belajar Jerome S.Bruner
Metode
penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang
sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yan
lebih baik, berusaha sendiri mencari oemecahan masalah serta didukung oleh
pengetahuan iyang menyertainya. Serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Dahar, 1989: 103)
Bruner
juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial dikelas mauoun di luar
kelas. Scaffolding suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah
tertentu melampaui kapasitas perkembanganya melalui bantuan guru, teman atau
orang lain yang memiliki kemampuan lebih.
L.
Petunjuk
Bagi Guru dlam Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Salah satu isi
utama dlam PBM adalah pembentukan masalah yang menuntut penyelesaian. Sesuai
dengan pendapat Hudoyo (2002:3), masalah yang disajikan dalam pembelajaran
berbasis masalah tidak perlu berupa penyelesaian masalah (problem posing) yang
kemudian diselesaikan.
Melakukan pendekatan PBM siswa mempresentasikan gagsanya siswa
telatih merefleksikan persepsinya, mengargumentasikan dan mengomunikasikan ke pihak lain sehingga
gurupun memahami proses berfikir siswa, dan guru dapat membimbing serta
mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip. Dengan demikian,
pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan siswa menjadi terkondisi dan
terkendali.
Pembelajaran
melalui pendekatan PBM merupakan suatu rangkaian pendekatan kegiatan belajar
yang diharapkan dapat memberdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang
mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya kemusian hari.
Dlam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran
dilaksanakan dengan mengajak siswa untuk memahami intelektual mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan
PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam individu yang berada
dalam suatu kelompok/lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna,
relevan, dan kontekstual.
Penerapan
PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru harus berperan
sebagai seorang fasilitasor sekaligus sebagai seorang pembimbing. Guru dituntut
dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBM dan menjadi
penengah yang mampu merangsang kemampuan berfikir siswa.
Siswa
juga harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa
menyiapkan diri untuk mengoptimalkan kemampuan berfikir melalui inquiry
kolaboratif dan kooperatif dalam tahapan proses PBM.
Masalah
yang dibuat harus relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang dan masa
yang akan datang. PBM dapat memanfaatkan fasilitas e-learning secara
kolaboratif dalam proses pemecahan masalah.
Bagi
para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada siswa,
salah satunya pembelajaran berbasis masalah, perlu ditingkatkan karena
tantangna kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang akan semakin
kompleks dan menuntut setiap orang secara individual mampu menghadapinya dengan
berbagai pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan lebih efetif apabila individu, khususnya siswa dapat mengalaminya
sendiri, bukan hanya menunggu informasi dan materi dari guru, tetapi
berdasarkan pada usaha sendiri untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan
yang baru dan kemudian mengintegrasikan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang sudah dimiliki sebelumnya.
B.
SARAN
Diharapkan makalah ini dapat memberikan nuansa baru
dalam menerapakan PBM dengan baik sehingga para generasi bangsa selalu aktif
dalam menagrungi lautan ilm, diharapkan kepada para tenga pendidik lebih memahami konsep PBM sehingga
menimbulkan keinginan untuk lebih meningkatkan kualitas keilmuan. Perlu adanya
dukungan system yang baik untuk mengingkatkan kualitas keilmuan tenaga
pendidik.
Komentar